Follow Us @soratemplates

Saturday 21 May 2011

Memendam Rasa

05:51 2 Comments

Beberapa waktu lalu, saya tertarik dengan sebuah kata-kata yang spontan dilontarkan oleh kawan saya. Saat itu, kami tengah mendiskusikan sesuatu. Berhubung teman saya ini (sebut saja A) tidak banyak cakap, sang ketua diskusi memintanya untuk bicara.
"Ayo A.., silakan diutarakan perasaannya. Ga baik kalau cuma dipendam saja."
Jawaban kawan saya ini cukup menggelitik.
"Harus dipendam dulu. Kalo ga dipendam, nanti ga bisa tumbuh."

Hm..., menarik!
Silakan jika Anda menafsirkan 'rasa' ini dengan segala macam 'rasa'. Entah cinta, entah benci, atau rasa lainnya. Namun, saya mengaplikasikan kata-kata kawan saya ini dalam wujud sebuah mimpi atau cita-cita. Ketika kita berani bermimpi atau berani memiliki cita-cita tinggi, kita tak mungkin cukup sekedar memiliki keinginan itu saja untuk mewujudkannya. Ada sebuah proses awal di mana mimpi itu harus benar-benar merasuk ke dalam diri kita. Menguasai hati kita, mendominasi otak kita, memprovokasi raga kita. Nah, proses 'perasukan' inilah yang sejatinya adalah proses memendam.

Sebuah mimpi seharusnya dipendam dulu dalam diri kita. Bukan berarti dipendam di sini adalah tidak segera diwujudkan. Tapi dipendam di sini agar mimpi itu benar-benar tumbuh dan memberikan efek yang besar bagi diri kita untuk mewujudkannya. Semakin tumbuh perasaan atau keinginan terhadap mimpi itu, pastinya akan semakin besar pula tekad untuk menggapainya.

Seperti juga sebuah tanaman yang akan tumbuh. Terkadang beberapa jenis tanaman tak cukup hanya dipendam saja untuk tumbuh. Butuh perawatan seperti memberikan pupuk, menyirami, dan menghilangkan hama. Begitu pula dalam memendam cita-cita. Tak semua cita-cita akan mudah terwujud hanya dengan menginginkannya saja. Harus ada proses pemberian pupuk dan air dengan meningkatkan informasi, skills, dan pengetahuan untuk meraih mimpi itu. Begitu juga harus ada upaya menghilangkan hama-hama malas atau pesimis untuk mewujudkan mimpi itu.

So, apakah Anda benar-benar ingin mimpi Anda terwujud?
Ayo mulai dengan memendamnya. Dan jangan lupa untuk rajin merawatnya. Agar pohon cita-cita kita tak sekedar tumbuh saja, namun benar-benar bisa menbuahkan hasilnya.



PS:
'Afwan untuk kawan saya karena kata-katanya saya ambil tanpa ijin sebelumnya...


Pilih Motto Terbaik

05:18 0 Comments
Setiap orang pasti punya motto hidup. Setidaknya, pernah merasa kagum atau memaknai beberapa kata mutiara, quotes, atau kata-kata motivasi yang dianggap menarik. Apakah hal itu hanya sekedar dikagumi atau sekedar biar punya motto saja? Ataukah sampai mempengaruhi dalam kehidupan nyata? Hm..., ternyata sebuah kata yang mungkin dianggap remeh itu bisa menjadi energi tersendiri dalam realisasinya. Tak percaya? Saya punya 'bukti' yang cukup unik.

Ini sebuah cerita beberapa bulan yang lalu, saat ibu saya terbaring sakit di rumah sakit. Waktu itu ibu opname di salah satu rumah sakit di Solo (tidak perlu saya sebutkan ya, daripada nanti saya kena kasus pencemaran nama baik seperti Prita). Pertama kali masuk, ibu memilih kamar VIP di mana 1 kamar untuk 1 pasien. Hampir 1 minggu ibu opname di sana, dan tiap malam saya menginap bersama ibu. Mau tak mau dalam 1 minggu itu saya begitu sering berinteraksi dengan perawat, petugas catering, atau cleaning service.

Suatu ketika saat saya duduk-duduk di luar kamar ibu, saya iseng mengamati ruang perawat. Di sana terdapat sebuah papan yang terpasang di dinding. Papan itu bertuliskan "Kudambakan perhatian dan kasih sayangmu." Wuih, saya excited sekali. Hehe, bukan karena merasa slogan itu begitu romantis, tapi ada unsur magis yang tiba-tiba menyelimuti. Kalau saya flash back, para perawat, petugas catering, atau cleaning service sekalipun memang tampak begitu perhatian dan memberikan kasih sayang pada ibu saya. Pun pasien di kamar sebelah yang menurut saya terkesan 'rewel'. Para perawat akan segera datang begitu ibu kambuh, menunggui, dan membersihkan lukanya dengan pelan-pelan dan rapi. Petugas catering juga menanyakan ingin menu apa atau suka tidak dengan makanan tertentu. Petugas cleaning service juga memberikan pelayanan yang baik. Kamar yang semula penuh oleh-oleh atau memang belum sempat dirapikan, bisa terlihat bersih dan rapi dalam sekejap. Mereka semua juga selalu permisi dan setidaknya menyapa saya jika masuk dan keluar dari kamar ibu. Pokoknya ramah dan murah senyum. Benar-benar menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

Hingga akhirnya ibu diijinkan untuk pulang. Sayangnya, 2 hari setelah sampai rumah, kondisi ibu belum pulih juga. Akhirnya saat kontrol ke rumah sakit, ibu diminta untuk opname lagi. Ternyata kamar VIP sudah penuh. Jadilah ibu dapat kamar di kelas III. Waktu itu saya baru kuliah dan baru siangnya saya diberi kabar kalau ibu opname lagi. Saya pun 'bolos' kuliah dan segera menyusul ke rumah sakit.

Begitu sampai di rumah sakit, keadaan ibu di kamar kelas III jauh berbeda dengan kamar VIP. Kamar itu cukup besar. Diisi 4 bed dengan masing-masing dibatasi dengan tirai. Lalu ada 1 kamar mandi di tengah. Jangan berharap AC, yang ada hanya 1 kipas angin besar di tengah. Kelas III ini juga berada di bagian utama, jadi sering dilewati oleh orang banyak. Ribut sekali lah keadaannya. Ups, oke. Dari segi fasilitas memang wajar jika standardnya berbeda. Tapi...

Ibu lantas bercerita, "Ga penak kak. Susternya ga bisa senyum. Ngambil termometer ya ngambil aja. Tadi petugas makannya juga naruh makan cuma naruh. Ga mempersilakan makan juga." Waduh, kok jadi gini. Hm..., ada yang ga beres ni.

Di tengah ketidaknyamanan ibu saya itu, kumatlah bakat iseng saya. Saya pun pamit keluar sebentar pada ibu saya. Apa yang saya lakukan? Saya berjalan-jalan menuju ruang perawat. Begitu sampai di sana, saya pura-pura bodoh duduk-duduk di situ dan mengamati ruang perawat. Setelah ketemu apa yang saya cari, saya segera kembali ke kamar ibu.

Saya pun bercerita pada ibu dan bapak saya, "Pantes lah bu, kalo susternya ga bisa senyum. Ya jangan dibandingan sama di kamar VIP. Lha kalo di kamar VIP kan di ruang perawatnya ada tulisan 'kudambakan perhatian dan kasih sayangmu'. Lha kalo di sini tulisannya cuma 'Rawatlah pasien dengan hati tulus'. Kalo tulusnya cuma segitu, ya cukup segitu aja. Daripada dipaksa perhatian tapi ga tulus?" Hehe...

Peace...^^V


Hikmah:
Bukan bermaksud membeda-bedakan antara kelas VIP dan kelas III. Cuma mengajak merenungi dampak dari kata-kata motivasi saja. Bukankah kata-kata yang lebih baik juga akan memberikan dampak yang lebih baik. So, pilih kata-kata terbaikmu sendiri!



Tuesday 10 May 2011

Perfeksionis Melelahkan

05:20 0 Comments
Perfeksionis itu melelahkan. Toh, untuk apa? Seperfeksionis apapun manusia tetaplah tidak mungkin sempurna.

Kalimat itu saya tulis dalam akun twitter saya beberapa bulan yang lalu. Kala sindrom perfeksionis sedang melanda, dan tiba-tiba saya merasakan capek yang luar biasa. Sepertinya, perfeksionis memang melelahkan.

Kata ibu, saya ini perfeksionis. Kalau memang inginnya begitu, pokoknya diusahakan harus begitu. Bahkan untuk urusan baju pun, waktu kecil saya sering ribut hanya karena kerudung yang dibeli tidak senada dengan bajunya. Kata teman saya, saya ini juga cenderung perfeksionis. Mana mau saya bikin karya tulis yang hanya abal-abal. Hm, begitukah?

Barangkali sekilas memang terlihat ribet. Urusan sepele bisa menjadi lama dan menghabiskan konsentrasi hanya karena ingin sempurna. Salahkah?

Kalau saya mau ngeles, perfeksionis itu tidak salah. Ingin sempurna itu tidak salah. Bagaimanapun berusaha untuk memberikan yang terbaik atau menjadi yang terbaik tetap merupakan hal yang baik. Justru kalau tidak ada semangat juangnya, semuanya terasa seperti asal jalan dan asal jadi saja. Seakan tidak ada ikhtiar yang benar-benar diupayakan. Jadi, tak ada salahnya berusaha maksimal untuk sempurna.

Di sini saya katakan, berusaha. Ya, karena memang mampunya hanya sebatas berusaha. Kembali lagi ke kalimat di atas, meski berusaha sesempurna apapun, kita tetap tak mungkin sempurna. Bagaimanapun pasti ada salah atau luput sekecil apapun itu. Wajar. Karena manusia juga tempat salah dan dosa.

Kalau pada batas ini si perfeksionis masih bisa mentoleransi, saya kira ini perfeksionis yang baik. Bukan perfeksionis yang gelap mata hingga benar-benar ingin sempurna dengan menggunakan segala cara. Kalau memang masih mau bertoleransi pada batas yang sudah di luar kemampuan secara manusiawi, bukankah seharusnya perfeksionis itu tidak menjadi masalah?

Nyatanya, tidak juga. Perfeksionis tetap dianggap sebagai sesuatu yang melelahkan. Bagi orang yang tidak perfeksionis dan harus berhubungan dengan si perfeksionis, tidak jarang ikut merasakan kelelahan itu sendiri.

Seperti ketika pemilihan dosen untuk pembimbing dan penguji skripsi kemarin. Ada beberapa daftar nama dosen yang saya incar. Tetapi beberapa teman berkomentar, “Jangan dosen itu. Dia perfeksionis. Ribet.”

Hm, ribet? Berarti melelahkan ya? Saya jadi merefleksikannya ke diri saya sendiri. Sebegitu ribetkah saya dan melelahkan di mata orang lain? Entahlah.

Mungkin masalahnya karena orang lain tidak perfeksionis, sehingga bagi mereka agak aneh segala upaya yang kita lakukan. Padahal kalau kami sendiri yang menjalaninya enjoy, harusnya tidak ada masalah kan? Toh, ini azzam kami sendiri. Biarlah kami berlelah-lelah sendiri.

Cuma, mana ada urusan manusia di dunia ini yang benar-benar sendiri? Ujung-ujungnya tetap butuh orang lain. Ujung-ujungnya tetap akan berinteraksi dengan orang lain. Karena itulah, berhubung berinteraksi dengan orang lain maka muncul sebuah kesenjangan dan menimbulkan sebuah kelelahan.

Konsekuensinya? Kalau memang itu sudah menjad harga mati bagi diri sendiri, ya lakukanlah sendiri. Puaskan diri sendiri untuk berjuang mencapai tingkat kesempurnaan sebatas yang bisa kita upayakan. Lakukan sendiri, toh itu azzam diri kita sendiri. Jangan buat orang lain ikut merasakan lelah hanya karena kita mematok standar yang terlampau tinggi.


Lakukan saja, berusaha saja. Sampai apa? Sampai kita lelah, sampai kita tak mampu meraihnya karena kodrat kita sebagai manusia. Ya, karena sesempurna apapun keinginan kita, kita tetap akan benar-benar sempurna.


Saturday 7 May 2011

Smile Naturally

13:08 2 Comments


Taukah Anda bahwa senyum itu tak bisa dipaksa? Ups, maksudnya senyum yang manis. Senyum yang benar-benar cute dan memancarkan ketulusan hati. Oke oke.., kita memang bisa dipaksa untuk tersenyum. Namun yang tercipta adalah senyum yang aneh. Bahkan tak jarang justru senyum menyeringai. Hiii…, niatnya mau tersenyum malah menakuti-nakuti. Nah lo, ga pingin kejadian seperti itu kan? So, simak nih kenapa kita bisa tersenyum manis atau menyeringai.
Ketika kita secara spontan ingin tersenyum, bagian otak yang bekerja adalah area di lobus frontalis (bagian depan otak). Lobus frontalis secara dramatis akan memberikan sinyal kepada sekitar 50 otot wajah untuk siap tersenyum. Itulah mengapa, tak hanya bibir yang terlihat tersenyum. Tapi mata pun akan ikut ‘tersenyum’ dan begitu pula semua otot yang ada di wajah sehingga terciptalah senyum yang manis.
Namun sebaliknya. Jika kita disuruh untuk tersenyum alias bukan keinginan kita untuk tersenyum, bagian otak yang bekerja adalah sistem motoriknya. Padahal sistem motorik tidak bisa memerintah otot-otot wajah dengan baik. Yang ada justru otot-otot itu berusaha melawan. Akibatnya meski otot-otot itu tertarik ke tepi, yang terlihat justru suatu hal yang aneh atau menyeramkan.
Hm…, ternyata simpel sekali mengapa kita bisa tersenyum manis atau menyeramkan. So, tersenyumlah secara spontan. Senyum yang tulus dari dalam hati dan bukan karena paksaan. Karena senyum ibadah itu adalah senyum manis yang menentramkan, dan bukan senyum aneh yang menakutkan.

adapted from Film Mr.Brain

PS:
Untuk sahabat sejatiku miss keep smiling, apakah wajahku juga aneh jika kau memaksaku untuk tetap tersenyum? Hehe..
Aku tak akan memintamu untuk tersenyum karena aku hanya ingin melihat senyum manismu, meski aku teramat ingin melihat senyummu.


Friday 6 May 2011

Tarian Kata

11:18 1 Comments

Kadang aku bertanya

Kala layar pertunjukan mulutku terbuka
Dan menarilah untaian kata
“Ada yang punya telinga?”
Telinga saja
Tanpa mulut lain

Sayang
Telinga tanpa mulut tak bisa ada
Telinga menikmati tarianku
Namun mulut menjiplak pertunjukanku
Ikut menarikan untaian kata yang sama
Pada telinga selanjutnya
Bahkan dengan mendekorasi layarnya agar lebih sempurna

Beruntunglah jika memiliki kawan setia
Udara kosong yang mendekap erat
Hening yang bisu
Kupersembahkan tarian kataku padanya
Karena mereka bukan plagiat
Dan telinga mereka tak kan bernanah bila tarianku meraja lela




PS:
Tak habis pikir dengan manusia
Tak lelah kah mulut mereka menarikan untaian kata pada telinga selanjutnya?


Thursday 5 May 2011

Doakan Aku Ya...

05:03 7 Comments

Menjelang ujian atau sedang punya hajat besar, orang-orang biasanya berkata pada orang lain, "Doakan ya..." Hm..., kita memang harus saling mendoakan. Do'a sendiri adalah suatu ibadah. Jadi, tak ada salahnya kita mendoakan saudara kita. Tapi, ada yang perlu kita ketahui nih...

Apakah ada yang salah dengan permohonan do'a itu? Tidak. Bukan ada yang salah. Tapi ada sesuatu yang lebih baik. Cek hadits berikut. "Ada empat do'a yang tidak tertolak, yaitu do'a orang yang berhaji hingga ia kembali, do'a orang yang berjihad hingga selesai, do'a orang yang sakit hingga sembuh, dan doanya seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Adapun do'a yang paling cepat diterima di antara do'a-do'a tersebut adalah do'a seseorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya. (Riwayat Ad-Dailami dari Ibnu Abbas)" (Mohon maaf belum bisa mengecek keshahihannya)

Nah, niat mau mendoakan keberhasilan saudarmu kah? Maka, doakanlah selagi ia tak tau bahwa kau selalu berdoa untuknya. Ayo berdoa...!



PS:
*tulisan singkat berhubung mau ujian (daripada dimarahin sabila lagi karena ujian-ujian malah ngeblog). peace...

*hope... Ya Rabb, kabulkan do'a hamba karena mereka tak tahu hamba selalu berdo'a untuk mereka. Semoga..


Tuesday 3 May 2011

Kuliah Itu Awal atau Akhir?

20:12 4 Comments
Terinspirasi dari sebuah film jepang berjudul Tokyo Tower. Terkisah seorang laki-laki desa yang sangat ingin berkuliah di Tokyo. Begitu sampai di Tokyo dan melihat Tokyo Tower, dia merasa senang luar biasa. "Akhirnya, sampai di Tokyo," begitu katanya. Tapi di sampingnya duduk seorang wanita yang juga mahasiswa baru dari daerah. Wanita itu justru berkata, "Ini awal dari segalanya."

Apakah teman-teman menyadari apa makna di balik kedua kalimat di atas? Mungkin terkesan refleks saja. Sebagai sebuah syukur atau kekaguman karena bisa melihat Tokyo Tower yang sudah mereka idam-idamkan sejak kecil. Namun, di balik kata-kata itu ternyata memberikan dampak yang besar di kemudian hari.

Pada kasus laki-laki, ia berkata, "akhirnya...". Ini menandakan kalau keinginannya baru sebatas di situ saja. Kasus terjadi juga di teman-teman saya. Misalkan sejak SMA ingin sekali kuliah di kedokteran. Begitu diterima, mereka berkata, "akhirnya diterima kedokteran". Simpel. Tapi apa dampaknya? Setelahnya, sikap yang muncul adalah santai. Merasa bahwa perjuangannya untuk meraih kedokteran telah usai.

Lain halnya dengan si wanita pada film tersebut. Ia mengatakan, "ini permulaan..". Ya, tujuannya masih sangat jauh. Diterima di Tokyo hanyalah sebuah segmen untuk mencapai tujuannya. Begitu pula teman-teman saya. Beberapa teman yang memang memiliki keinginan besar, tak akan cukup puas hanya bisa kuliah di kedokteran saja. Tak cukup sekedar bisa masuk dan mengalir mengikuti proses hingga bergelar dokter. Orang yang menganggap kuliah sebagai sebuah permulaan justru akan merasa terpicu untuk lulus tak sekedar menjadi dokter biasa.

Bukti dari statement sederhana kedua tokoh itu muncul di akhir segmen cerita. Ketika kedua orang itu lulus kuliah di Tokyo, pemeran laki-laki belum mendapatkan pekerjaan. Bahkan saat lulus pun ia mengatakan, "akhirnya penderitaan kuliah usai juga". Setelahnya, ia kembali santai dan tidak berusaha untuk mencari pekerjaan. Hingga akhirnya ia menganggur berbulan-bulan. Sedangkan si wanita, begitu lulus dia sudah diterima di sebuah pekerjaan yang sesuai dengan ia idam-idamkan sejak awal.

So, bagaimana dengan Anda? Apakah kuliah adalah akhir dari kukungan sekolah? Ataukah justru permulaan perjuangan yang lebih keras untuk mewujudkan mimpi selanjutnya?

Don't say "Finally", but "Let's start"!

Monday 2 May 2011

Uroradiologi

20:32 2 Comments
Pertama, kita harus tau dulu anatomi dari uroradiologi. Apa aja coba organnya? Ginjal, ureter, dan vesica urinaria, uretra.
- Ginjal ada bagian-bagian yang punya arti penting di radiologi. Yang harus diketahui itu korteks renal, pyramis, kaliks, pelvis. Bagian-bagian ini harus diamati bener-bener. Soalnya bisa jadi kunci untuk uroradiologi.
- Trus ada ureteropelvico junction
- Ureter : ada 1/3 proksimal, medial, distal
- Vesica urinaria di sini ada ureterovesica junction.
- Trus uretra: pars prostatica, membranosa, kavernosa.
(Hm…, mesti pada udah hafal di luar kepala)

FOTO POLOS
Pada pemeriksaan uroradiologi, pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah foto polos.

Foto polos abdomen untuk GIT dan untuk uroradiologi tu beda. Kalo foto polos abdomen biasa, misalnya bukan foto polos untuk uroradiologi (BNO), pasien tidak perlu persiapan. Tapi untuk foto polos uroradiologi, butuh persiapan.

Apa persiapannya?
Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien diberi “urus2” kalo di Muwardi pake garam Inggris 30 gr pada malam harinya, dan paginya harus puasa.
Supaya hasil foto polosnya bersih, pasien juga diminta tidak banyak bicara, merokok, dan aktivitas berlebihan. Kenapa? Biar ga menimbulkan gas di GIT waktu pemeriksaan foto polos.

Foto polos uroradiologi itu disebut juga BNO.
Jadi, foto polos tu dibedain jadi 2. Ada yang foto polos biasa sama BNO. Kalo yang BNO tu butuh persiapan.

Gambar di slide 3. Gambar ini menunjukkan persiapan yang kurang bagus. Kenapa? Soalnya di situ keliatan ada gas di dalam GIT-nya.

Batu di ginjal dan saluran ada 2 macem :
 Opak : tampak putih, densitas / warnanya mendekati warna tulang
 Non opak : gak keliatan

Dari pemeriksaan ini misal ada batu opak kita baru bisa bilang “curiga ada batu di ureter”. Kita belum boleh langsung mendiagnosis batu itu. Ntar ada pemeriksaan sendiri yang udah boleh yakin. Namanya IVP.

IVP
IVP itu kepanjanganya intravenous pyelografi. Inget baik-baik ya. Kayaknya keluar ni.

Gimana cara pemeriksaannya?

Pertama, kontras masuk secara intravena.
Syarat kontras bisa masuk tu diliat dari ureum kreatinin. Misalnya
o Di Muwardi : ureum kreatinin ≤ 2
o Di Surabaya : ureum kreatinin ≤ 1,5
Ada di tempat swasta yang udah canggih, yang ureum kreatinin > 5 bisa tetap dilakukan.
Penting juga ni kayaknya syarat-syaratnya.

Trus, pada menit ke-5 kita lakukan foto yang konsentrasi/fokusnya di ginjal.
Nah, apa aja yang dinilai ? (Ada 3. Penting ni!)
1. Fungsi sekresi ginjal
Caranya kita bandingkan kontur ginjal dari IVP dengan kontur ginjal pada foto polos. Kalo di foto polos, kontur ginjal gak tampak jelas. Kalo di IVP ternyata kontur ginjal tampak jelas, berarti fungsi nefron baik (sekresinya baik).
2. Fungsi ekskresi ginjal
Kita nilai kontrasnya bisa masuk di dalam ginjal atau ga. Kalo tampak jelas, maka fungsi ekskresi normal.
3. Bentuk kaliks / PCS (pelvicocalics system)
Bentuk kaliks bisa untuk menggambarkan diagnosis. Ada 4 bentuk :
 cupping (cangkir)  kaliksnya kurus. Ini keadaan yang normal.
 blunting  kaliks lebih gemuk tapi ujung kaliks masih cekung
 flattering  kaliks lebih gemuk, ujung kaliks lurus  Hidronefrosis grade II
 clubbing / ballooning  kaliks lebih gemuk, ujung kaliks cembung  Hidronefrosis grade III

Dari gambaran itu kita bisa mendiagnosisnya kayak gini (Penting ni)
- Normal : cupping
- Hidronefrosis grade I : blunting
- Hidronefrosis grade II : flattering
- Hidronefrosis grade III : ballooning
- Hidronefrosis grade IV : ballooning + penipisan korteks

Pada menit ke 15 kita menilai ureter baik yang kiri ataupun yang kanan.
Yang dinilai yaitu
1. Ukuran
Kalo ukuran ureter membesar: hidroureter
2. Mukosa dinding ureter
Kalo dindingnya ireguler : ureteritis (infeksi ureter)

Pada menit ke 30, kita menilai vesica urinaria.
Apa aja yang dinilai?
1. Ada batu atau ga
Kalo ada batu gambarannya radioopak (putih)
2. Filling defect
Kalo filling defect, gambaran putihnya ntar ada yang hilang. Kok bisa gitu?
Soalnya kontras ga bisa melumuri vesica urinaria secara keseluruhan karena ada sesuatu. Kalo normal, vesica urinaria akan putih total. Tapi berhubung ada sesuatu, jadinya putihnya ntar kroak (menghilang). ‘Sesuatu’-nya itu biasanya tumor (karsinoma).
3. Additional defect /shadow
Gambarannya ntar ada penonjolan dari lumen yang keluar. Ntar kayak polip gitu.
4. Pendesakan dari luar
Jadi ntar lumennya terdesak (ada warna hitam). Keadaan ini disebut indentasi.
Kalo yang mendesak dari bawah (dasar buli) :
- pada cowok : Bernigna Prostat Hiperplasi (BPH)
- pada cewek : pseudoprostat
Kalo yang mendesak di atas / dinding superior buli :
- biasanya pada cewek karena pendesakan organ ginek (uterus)

Gambar kiri di slide 8
Ureter yang sebagian hitam, sebagian putih itu normal. Kalo keliatan putih semua dari pangkal sampai ujung justru kelainan. Kenapa kok bisa gitu?
Soalnya ureter kan punya otot untuk kontraksi. Jadi ketika kontras lewat, ada yang sedang dalam keadaan kontraksi.
Nah, kalo keliata semua justru bisa mengindikasikan kalo ada obstruksi. Misalnya karena ada batu.

Trus, setelah dinilai vesica urinarianya pada menit 30, dilakukan tahap selanjutnya yaitu pemeriksaan post miksi (PM).
Pasien diturunkan dari meja periksa, kemudian harus kencing sampai tuntas karena kita akan menilai fungsi pengosongan vesica urinaria.
Kalau setelah kencing kita foto dan bulinya masih terisi > 20%, maka fungsi pengosongan buli tidak normal.

Kalo BNO (foto abdomen polos) kita hanya bisa bilang “suspect” batu, tapi kalo udah pake IVP kita harus bisa memastikan kalo itu batu.
Contohnya di gambar kiri slide 10.
Terlihat ada bendungan/obstruksi di ureter. Trus di ureter distalnya ada yang kosong. Kita bandingin dengan foto polosnya.

Gambar slide 11: menunjukkan adanya filling defect (warna putihnya ga rata).

BIPOLAR VOIDING/URETROCYSTOGRAFI
Caranya kontras dimasukkan lewat 2 jalur,
- lewat kateter sistotomi
- lewat OUE: pake spuit 50 cc yang lubangnya di tengah
Normalnya kontras nyambung terus sampai ke uretra.

Gambar kanan slide 12
Stricture uretra. Keliatan ada penyempitan, kontrasnya ga gabung. Jadi yang bagian atas dilatasi. Yang bagian bawah mau gabung juga ga bisa karena lumennya menyempit.

URETROGRAFI
Bedanya dari bipolar (2 arah) yang ini hanya dari OUE aja.
Caranya : gland penis ditarik sehingga uretra gak melengkung-lengkuk, dimasukkan spuit 50 cc. Masukkan kontras 30-40 cc.
Kalo nariknya glands penis bagus, hasilnya lurus dan pasien gak merasa kesakitan.

Jadi ntar kontras akan mengisi lumen uretra. Apa yang kita nilai? Kita menilai di bagian mana ada rupture/ kelainan.

USG (Ultrasonografi)
Gambar 14
Ada bulat trus ditengahnya hitam, nyebutnya anechoic (karena ada cairan). Biasanya kista. Jadi karena USG-nya ini di ginjal maka diagnosisnya kista ginjal.
Istilah di USG tu ada
- putih: hiperechoic
- sama dengan jaringan sekitarnya: isoechoic
- lebih hitam: hipoechoic
- kalo ada cairan: anechoic

CT SCAN
Irisannya bisa aksial dan coronal.
Pada CT Scan, istilahnya
- Hiperdens
- Hipodens (lebih terang)
- Isodens

Penting buat dipelajari
- Bentuk batu di ginjal.
Batu stuck horn: batu yang bentuknya kaya tanduk rusa
- PCS
Ada gambaran kaliks kaya bunga layu disebut gambaran “lili drop sign”
- Waktu-waktu interpretasi IVP
- Grade-grade penyakit berdasarkan bentuk kaliks
- Kepanjangan USG, IVP, dll


Silakan download di sini


Ambil Saja

11:06 0 Comments

Dulu, ada seorang sahabat karib saya yang bersajak begini
"Dia itu ibarat apel yang ranum. Yang membuat orang yang lewat di pohonnya meneteskan air liur. Beberapa tangan sudah siap menadah, berharap apel itu jatuh ke pangkuannya. Tapi hanya akan ada satu orang yang beruntung." Hm..., maknanya dalem sekali. Tapi kali ini saya tak akan membahas makna tersirat dari celoteh sahabat karib saya itu. Saya justru akan bercerita sedikit tentang makna tersuratnya.

Di depan rumah saya (lebih tepatnya lagi di depan kamar saya) ada dua pohon yang cukup rimbun daunnya. Itung-itung pohon itu memberi pemandangan segar tiap kali saya membuka tirai jendela. Nah, kedua pohon ini bukanlah pohon biasa. Dua-duanya adalah pohon berbuah yang sengaja ditanam oleh prakarsa bapak dulu. Di sebelah kiri adalah pohon mengkudu, sedangkan di sudut kanan jendela kamar saya adalah pohon kelengkeng.

Akhir-akhir ini (mungkin juga sudah dari dulu cuma saya kurang mengamati dan memaknai) ada beberapa orang yang berseliweran di depan rumah saya dan tertarik dengan kedua pohon ini. Karena kaca kamar saya riben, jadi mereka tak tahu kalau sebenarnya aktivitas mereka saya amati dari dalam kamar. Ternyata mengamati tingkah laku orang itu menyenangkan sekali.

Beberapa waktu kebetulan saya sedang tidak ada jadwal kuliah. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah saja dan bukannya menghabiskan waktu di kampus. Saat sudah berada di dalam kamar, datanglah rombongan anak SD yang kebetulan memang sangat dekat dari rumah saya. Apa yang dilakukan? Tentu saja, mencoba memetik kelengkeng yang memang sedang berbuah. Padahal buahnya belum seberapa. Hm..., saya cukup mengamati saja. Mungkin mereka sudah mengincar kelengkeng itu tiap berangkat atau pulang sekolah. Hingga begitu tau ada kelengkeng baru, langsung mereka petik.

Lain waktu saat sore hari. Biasanya jam-jam segitu saya memang belum pulang. Kalaupun pulang pasti sudah terlelap di atas kasur. Kebetulan saja saya tidak tidur saat itu. Datanglah anak-anak kecil yang tiap sore TPA di depan rumah saya. Kira-kira 5 orang anak perempuan yang masih kecil-kecil. Suasananya ribut sekali. Pasalnya mereka masih kecil, hingga tidak sampai untuk menjangkau kelengkeng yang agak atas. Suasana makin riuh ketika mereka mencoba saling gendong-menggendong. Alhamdulillah, setelah 2 orang bekerja sama untuk menggendong 1 orang yang paling kecil, terraihlah dahan pohon yang agak tinggi. Cuma, kelengkengnya belum sampai. Begitu mereka menurunkan dahan itu sembari menyusuri untuk mengambil kelengkeng, tiba-tiba ada anak TPA laki-laki yang berteriak. "Heh.., sing duwe ana ning omah lho. (Heh, yang punya ada di rumah lho)!" Langsung kelima anak perempuan itu berlari kembali ke masjid.
Duh..., kasihan sekali. Padahal tinggal sedikiiit lagi kelengkeng itu bisa mereka nikmati. Hm...

Itu baru kisah dibalik menggiurnya kelengkeng. Tenyata si pohon mengkudu alias pace yang pahit dan baunya ga enak pun mengalami nasib serupa. Hampir tiap pagi, saya melihat ada ibu-ibu yang mengambil beberapa pace dari pohon. Pernah suatu waktu saat saya kebetulan keluar rumah dan memergoki ibu itu, si ibu terlihat salah tingkah. Akhirnya dengan tampang yang sepertinya malu-malu ibu itu pun berkata, "Nyuwun pacenipun nggih mbak (minta mengkudunya ya mbak)"

Ada juga yang lucu. Seperti tukang becak misalnya. Suatu waktu ada becak berhenti di depan kamar saya, kemudian bapak itu bilang, "Mendhet paca mbak (ngambil pace mbak)" Padahal saya di kamar dan belum tentu pak becak itu tau kalo saya ada di rumah. Hm..., mungkin sebagai syarat untuk meminta izin saja kali ya.

Yang lucu lagi adalah kejadian siang ini. Ada seorang bapak dan anak naik motor tiba-tiba berhenti di depan jendela kamar saya. Lalu bapak itu berkata, "Cepet jipuki (cepet diambilin)" si anak pun turun dan mengambil beberapa pace yang memang sudah jatuh. Mungkin karena jumlahnya cuma sedikit, bapak itu pun ikut turun. Dan apa yang dilakukannya? Pohon pace itu digoyang-goyang dan berjatuhanlah pace-pace dengan suksesnya. Hm..., berasa panen saja dia...

Ups, saya tidak bermaksud mengkritik atau apa. Justru rasanya senang saja kalau ada pohon di rumah saya yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Walaupun mereka mengambilnya dengan tidak permisi dan meski malu-malu atau takut ketahuan, sebenarnya tak masalah jika memang mau diambil. Bahkan saya termasuk menikmati ketika kambing-kambing mulai mendekat dan menjulur-julurkan badannya untuk meraih daun-daun pohon kelengkeng yang rendah. Hm..., enak rasanya bisa berbagi dengan apa yang kita miliki.

So, buat bapak-bapak, ibu-ibu, adek-adek SD, adek-adek santri TPA, bahkan kambing sekalipun, kalau mau ambil kelengkeng, pace, atau sekedar makan daunnya (khsusus kambing) silakan saja karena saya tak tega jika kalian semua hanya bisa seperti sahabat saya yang cuma bisa bersajak "Andai buah itu jatuh ke pangkuan saya."


Hikmah:
Ayo berbagi. Karena dengan berbagai, hatimu akan merasa bahagia.


Sunday 1 May 2011

Bakteriologi Urine

21:08 0 Comments
Tri N. Susilawati, dr., MMed.

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Yaitu suatu keadaan infeksi pada saluran kemih, mulai dari ginjal sampai ke uretra.

Normalnya saluran kemih itu steril, kecuali di bagian distal uretra. Soalnya kontak dengan dunia luar.

Kalo cowok, dunia luarnya adalah celana. Kalo cewek, kontak dunia luarnya dengan labia.

Pada cewek, kemungkinan terjadinya infeksi saluran kemih lebih banyak karena ukuran dan panjangnya uretra lebih pendek dibandingkan pria. Jadi kalo OUE-nya terkontaminasi dengan kuman akan cepat sekali naik ke saluran kemih.

Selain itu, penyebabnya juga karena lebih dekat dengan anus. Sehingga infeksi oleh kuman enteric juga lebih mungkin terjadi.

Untuk menentukan orang tersebut menderita ISK atau ga, digunakan kriteria kass.

Kriteria kass tergantung dengan cara pengambilan urinnya.

Kalo diambil dari urin pancar tengah: kalau > 100.000 CFU/ml dikatakan ISK

Kalo diambil dengan kateter: > 1.000 CFU/ml

Kalo aspirasi suprapubik: 1 saja ditemukan koloni kuman sudah dikatakan ISK

Mikroorganisme penyebab ISK

E.coli : yang paling banyak

Proteus

Klebsiella

Pseudomonas

Stafilokkokus : Yang paling sering justru Stafilokkokus saprofyticus

Streptokokus

Candida

Neisseria

Trichomonas vaginalis : uterinya meradang, tapi ga nyeri karena di uterus ga ada sarafnya.

Stafilokkokus

- S. Aureus : penyakit dengan range sangat lebar

- S. Epidermidis : menyebabkan koloni jika berkoloni di alat-alat yang dimasukkan ke dalam tubuh. Seperti kateter, pace marker. Sehingga menyebabkan proses inflamasi di tempat pemasangan.

- S. Saprofiticus : insidennya cukup banyak.

Neisseria gonorhoe: pipis seperti disilet, pus banyak. Pada wanita, gejalanya minimal (udema, eritema).

Candida: wanita justru manifest: gatal, keluar discharge, ruam-ruam. Pada laki-laki justru kurang bermakna.

Mekanisme infeksi

Common infection

Nosocomial infection

Sexual transmitted

Faktor pendukung insiden

Kateterisasi

Post partum : bisa jadi ISK karena persalinan normal otot-ototnya meregang. Setelah bayi keluar, m.sphincter-nya masih butuh waktu buat nutup. Saat inilah kemungkinan untuk terjadi infeksi sampai uterus bisa terjadi.

Selain itu bisa juga waktu kehamilan.

Gangguan mobilitas : mobilitas menurun, aliran darah menurun. Padahal sistem pertahanan tubuh ikut aliran darah. Kalo aliran darahnya ga baik, ‘pasukan’ untuk memerangi infeksi juga kurang baik.

Higiene sanitasi buruk : misal bayi yang tak segera diganti popok: bisa jadi ruam kulit, ISK, bakteri dari anus bisa ke sistem urinaria

Aktifitas sexual : misal honeymoon cystitis: peradangan cystitis pada wanita yang baru saja menikah. Bisa jadi karena infeksi atau gangguan fisiologis atau psikologis. Fisiologis misalnya otot-otot daerah vagina tidak berelaksasi saat berhubungan, atau karena nikah mudah sehinngga organnya belum siap.

Rumus untuk menghitung jumlah koloninya yaitu

Jumlah koloni yang ditemukan x jumlah sempel urine dijadikan dalam 1ml x pengenceran