Follow Us @soratemplates

Friday 22 July 2011

Sampaikan Dari Lubuk Hati Terdalam

Beberapa teman saya berkata, “Menulis itu susah”. Hm, benarkah? Bukankah tinggal memegang alat tulis saja, lalu menggoreskannya ke sebuah media? Jadilah sebuah tulisan. Hehe, saya bercanda. Memang, menulis yang baik dalam arti membuat sebuah karya yang baik itu bukan semata-mata hal yang mudah. Bagi penulis pemula seperti saya, untuk membuat tulisan bisa dikatakan baik pun harus berjuang ekstra. Tapi, tak perlu berkecil hati. Ada sebuah tips menulis yang saya adopsi dari sebuah film korea favorit saya.
Di film Dream High yang tayang di salah satu stasiun TV beberapa hari yang lalu, saya menemukan sebuah pelajaran. Film itu memang tidak mengajarkan bagaimana cara menulis, tapi dia menceritakan bagaimana cara menjadi seorang penyanyi. Tapi tak ada salahnya kita adopsi. Pada salah satu adegan, guru menyanyi dalam film itu mengajarkan pada murid-muridnya untuk berlatih berekspresi. Beberapa orang mulai bisa berakting. Ketika musiknya sendu, mereka terlihat melankoli. Begitu musiknya menghentak-hentak, mereka tertawa dan terlihat riang. Namun, ada seorang siswi yang ekspresi wajahnya datar saja. Guru itu berkata, “Kau tau kenapa kau gagal dalam audisi? Padahal suara dan teknik bernyanyimu jauh lebih bagus daripada murid lainnya.” Murid itu hanya menggeleng. Baginya, sejak awal dewan juri saja yang tidak tahu kualitas vokalnya. Guru itu pun melanjutkan, “Karena kamu tidak memiliki ekspresi. Tidak ada muatan emosi dari hati yang ingin kau sampaikan dalam lagu yang kau nyanyikan.” Hm…, menarik.
Jika kita mengadopsinya dalam dunia tulis-menulis, kurang lebih sama saja. Kita bisa ‘kalah’ dan tulisan kita dianggap buruk karena kita tidak melibatkan hati. Mungkin saja teknik kita sudah mumpuni, pengalaman kita sudah terlalu banyak makan asam garam. Tapi, karena tidak ada muatan emosi dalam tulisan yang kita buat, orang yang membaca akan merasa biasa-biasa saja. Tidak salah juga jika akhirnya tulisan kita dikategorikan dalam tulisan ala kadanya.
Tapi, menulis dengan hati sepertinya juga susah. Barangkali masih saja ada yang pesimis berpikir begitu. Oke, simak adegan selanjutnya di film tersebut. Murid itu lantas mencari segala cara untuk bisa menyanyi dengan ekspresi. Kata temannya, itu bisa saja jika dia jatuh cinta. Tapi, dia menyangkal. Dia tidak mungkin jatuh cinta saat itu. Lalu dalam suatu pelajaran, gurunya berkata, “Bukan masalah lagu apa yang ingin kau nyanyikan, tapi apa yang ingin kau sampaikan pada seseorang. Itulah cara untuk menyanyi dari hati.”
Hm, benar juga kan. Dalam kondisi jatuh cinta, orang serasa produktif untuk berkarya. Jutaan puisi bisa terangkai dengan mudahnya ketika jatuh cinta. Yang biasanya tak pernah menulis surat, jadi bisa menulis surat cinta begitu panjangnya. Coba kalau diproduktifkan. Bisa jadi terbiasa menulis surat pembaca ke media kan. Hehe…
Lalu kata-kata guru tadi, “Bukan masalah lagu apa yang ingin dinyanyikan, tapi apa yang ingin disampaikan pada seseorang.” Sepertinya ini masuk juga jika diaplikasikan pada dunia tulis-menulis. Tak masalah tulisan apa yang akan kita tulis, yang lebih penting adalah apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca.
Ambil contoh begini. Ketika kita memiliki sebuah opini, kita bisa menuliskannya dalam beberapa cara. Bisa menjadi sebuah puisi, sehingga orang terkesan dengan kata-kata puitis kita dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Bisa juga dengan membuatnya menjadi sebuah cerpen. Hingga orang menikmati jalan ceritanya dan mengambil hikmah dari kisah yang ada. Bisa juga dibuat menjadi sebuah essay. Yang meski terlihat kaku dan resmi, tapi dengan jelas memberikan opini kita dengan penguatan bukti. Hingga orang mengangguk-anggukan kepala karena paham dengan opini kita. Atau bisa juga dengan tulisan refleksi seperti yang saya tulis ini. Hingga orang mengetahui secara langsung sudut pandang saya dan menggumam untuk memikirkan opini dari sudut pandangnya. Nah, bukankah ada begitu banyak cara untuk menuliskan sebuah opini saja?
Jadi kuncinya adalah apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Apa yang membuat kita tergerak untuk menuliskan itu untuk pembaca. Karena dengan muatan keinginan itulah, emosi kita akan terbentuk. Sebuah emosi atau keinginan untuk membuat orang lain merasakan dan menyadari apa yang kita sampaikan. Dengan begitu, tulisan kita akan bisa dirasakan dan diterima oleh orang lain. Karena mampu dirasakan orang lain, dengan sendirinya tulisan kita akan dinilai sebagai tulisan yang bagus.
So, untuk teman-temanku yang sedang menulis, apa yang ingin kau sampaikan padaku?


No comments:

Post a Comment