Perjalanan si kopi berlanjut lagi. Setelah kemarin membahas kopi adalah sebuah obat di Bukan Obat Tidur, lalu tentang manfaat kopi di The Mystery of Coffee, kini saatnya membayar hutang posting untuk membahas tentang kerugian mengonsumsi kopi. Eits..., tunggu dulu, bukan berarti kopi ini lantas buruk lho ya sehingga kita membahas kerugian konsumsi kopi, tapi ini hanyalah sebuah warning untuk tetap berhati-hati. Statementnya tetap sama, si kopi: sedikit bawa manfaat, banyak bawa madharat. Let's check, apa saja akibat yang ditimbulkan jika kita terlalu banyak mengonsumsi kopi.
1. Menyebabkan kecanduan
Ini nih awal mula stigma buruk si kopi. Berhubung kopi itu punya manfaat memberikan efek nyaman, tenang, dan menghilangkan sakit kepala, tanpa sadar para pecandu kopi terus-terusan mengonsumsi dan meningkatkan dosis minum kopinya. Tak disangka jumlah konsumsi kopi bisa mencapai 6 gelas lebih sehari. Dari sinilah muncul faktor risiko terhadap penyakit.
2. Pola tidur terganggu
Masih nyambung dengan efek candu kopi tadi. Orang yang kecanduan kopi sering mengalami gangguan pola tidur. Bisa jadi insomnia, atau justru mengantuk terus jika tidak mengonsumsi kopi. Akibatnya mau tidak mau harus minum kopi lagi. Efek ini terjadi karena adanya blokade reseptor adenosin yang berfungsi dalam pengaturan pola tidur.
3. Bahaya bagi penderita hipertensi
Kopi adalah sebuah stimultan yang mampu meningkatkan tekanan darah. Bagusnya, bagi orang normal ini baik untuk meningkatkan stimulasi ke otak. Tapi jika pada dasarnya orang itu sudah hipertensi dan ditambah minum kopi, tentunya akan bahaya karena tensinya semakin tinggi.
4. Menyebabkan dehidrasi
Stimulasi tekanan darah tidak hanya mengalir ke otak, tapi ke seluruh tubuh, termasuk ginjal. Dampaknya kandung kemih akan cepat penuh dan cepat buang air kecil. Apabila kita banyak kencing dan tidak diikuti dengan menambah asupan cairan, akibatnya dapat terjadi dehidrasi.
5. Mengurangi kesuburan wanita
Waduh..., menakutkan! Hm..., tenang dulu. Ini terjadi pada wanita yang jumlah konsumsi kopi per harinya lebih dari 300 mg. Kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dibiayai oleh The USA National Institute of Child Health and Human Development dan The US Institute on Drug Abuse. Hasil penelitian itu menyebuatkan bahwa wanita yang mengonsumsi 300mg kafein setiap harinya memiliki kesempatan 27 persen lebih rendah untuk hamil dibandingkan dengan mereka yang terbebas darinya. Mekanisme pastinya memang belum diketahui, namun diperkirakan kafein dalam kopi itu sedikit menghambat produksi hormon, misalnya estrogen sehingga proses ovulasi akan terganggu.
6. Meningkatkan risiko endometriosis
Apa itu endometriosis? Endometriosis yaitu terdapatnya endometrium di luar uterus. Penyebabnya memang masih belum pasti. Nah, dari hasil penelitian di Harvard School of Public Health, ternyata ditemukan juga bahwa wanita yang mengonsumsi kopi 5-7 gr per bulan (sekitar 2 kopi rutin setiap harinya) memiliki kemungkinan menderita endometriosis dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi kopi.
7. Meningkatkan risiko penyakit jantung koroner
Sebuah penelitian di Belanda menyebutkan bahwa setelah mengonsumsi kopi selama 2 minggu, kadar homosistein dalam darah akan meningkat 10%. Peningkatan homosistein dapat menyebabkan luka pada lapisan pembuluh darah arteri yang mengakibatkan penimbunan asam lemak dan kalsium. Lama-kelamaan timbunan ini menyebabkan arterioskeloris sehingga terjadi penyakit jantung koroner.
8. Meningkatkan risiko osteoporosis
Ini kaitannya dengan peningkatan homosistein tadi. Karena kalsium banyak yang terjebak di pembuluh darah yang rusak, akibatnya jumlah kalsium di tulang berkurang. Risiko osteoporosis pun jadi meningkat.
9. Kurang baik untuk penderita maag
Kenapa? Karena kafein dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung dan pepsin sehingga cukup bermasalah jika ini terjadi pada penderita maag.
10. Meningkatkan kemungkinan premenstrual syndrome
Dari sebuah penelitian disebutkan bahwa konsumsi kafein dapat meningkatkan premenstrual syndrome pada sepertiga wanita. Apabila konsumsi kopi dilakukan selama 10 hari atau lebih, maka risiko akan meningkat 7 kali lipat lebih tinggi dari wanita yang tidak mengonsumsi kafein.
Yah, itulah sisi lain dari kopi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, memang cukup banyak risiko yang harus dihadapi. Namun jika kita bijak dalam mengonsumsinya, cukup 1-3 gelas saja, risiko pun dapat dicegah dan insya Allah manfaat kopi juga dapat dirasakan. Jadi, tetaplah wasapada dengan si kopi...
"Efek ini terjadi karena adanya blokade reseptor adenosin yang berfungsi dalam pengaturan pola tidur."
ReplyDeletesecara medis saya stuju, hal yang mengusik hati, dulu pernah dpet crita dari sorang teman klo di pesantren tmpt dia tinggal, ada sorang ustadznya yang nyandu banget ngerokok,dia uda ngerokok lama banget lah, hampir tidak pernah lepas dari rokok pokoke, hal yang mengejutkan ketika di cek kedokter, ternyata tidak terjadi gangguan apa2 dalam paru2nya, sudah di cek ke beberapa dokter, dan nothings happen, nah itu knpa ya..?kata temanku tadi karena kekuatan 'spiritual'nya gtu ktanya, scara medis bisa dhubungkan ga ya? ato emang medis ga sampe ksitu,.
mnungkin pertanyaan ini lebih ke umum dalam kedokteran kali ya...yagpapa lah...sharing doanks..
o ya pertamax ^^
Dalam medis ada ilmu yang membahas tentang itu yaitu psiko-neuro-endokrinologi. Psiko (psikologis) yang ditekankan di ilmu ini adalah psikoreligius.
ReplyDeleteKaitannya dengan neurologi (saraf) dan endokrinologi (kelenjar penghasil hormon) kurang lebih seperti ini.
Tubuh kita diatur oleh 2 sistem pengaturan besar yaitu sistem saraf dan sistem penghasil hormon. Dari hasil penelitian keperawatan, terapi yang dilakukan dari sisi psikoreligi ternyata mampu mempengaruhi fungsi saraf dan hormon dalam tubuh.
Ketika seseorang banyak melakukan ibadah, psikisnya akan tenang, pasrah pada Allah, tidak stress, dll. Sehingga dalam otak terjadi keseimbangan (proses homeostatis) neurotransmitter. Dari keseimbangan neurotransmitter inilah fungsi saraf akan normal dan pengaturan tubuh berjalan lancar.
Ketika neurotransmitter lancar, hormon yang asal mula bekerjanya dari hipotalamus yang dipengaruhi oleh neurotransmitter akan ikut normal. Jika hormon hipotalamus normal, hormon yang dihasilkan hipofisis pun akan normal. Dan seterusnya seluruh hormon akan normal karena hiposis lah yang menghasilkan stimulan produksi hormon endokrin yang lain.
Jika semua hormon berjalan dengan normal, otomatis tidak akan terjadi gangguan fungsi. Jika gangguan fungsi tidak ada, maka tidak akan ditemukan gangguan anatomis.
Mungkin itulah yang terjadi di ustadz tersebut, sehingga pada hasil pemeriksaan anatomi paru tidak ditemukan kerusakan apa-apa.
Wallahua'lam
'afwan Mbak, endometrium itu apa ya?
ReplyDeletedinding rahim bukan?!
ReplyDeletelohh . . mbak zahra juga kenak sama mbak Avi tho??
baru tahu.
@ azzahra
ReplyDeleteendometrium itu selaput atau jaringan yang melapisi bagian dalam rahim.
@ andhi faizal ramadhani
iya, betul. lebih tepatnya dinding bagian dalam rahim.
kalau dibilang kenal, juga tidak kenal sebenarnya. kebetulan saja dulu blogwalking dan menemukan blognya azzahra di sebuah web. karena tulisannya menarik, jadi sering berkunjung ke blognya azzahra.
hmm . .
ReplyDeleteseperti itu ya?!
siiphh..siphh..
aneh juga kalau manggilnya pake "azzahra".
ga biasa.
hoho..
berhubung tidak kenal dan taunya azzahra, ya pakai nama azzahra saja.
ReplyDeleteem.,gtu ya,.
ReplyDeleteterimakasih
terima kasih kembali sudah mau sharing di sini..
ReplyDelete