Duluuu sekali saat masih awal-awal menikah dan masih hitungan bulan kenal sama gincu, saya mendapat sebuah broadcast reminder yang salah satu isinya menyentil pemakaian make up bagi muslimah.
Kurang lebih intinya jika kecantikan seorang istri dinikmati laki-laki lain maka haram hukumnya. Di situ lebih-lebih lagi, kalau si istri ngeyel malah dandan tiap mau pergi, yang ada suami juga ikut kena dosanya karena membiarkan istrinya. Karena masih pengantin baru dan kadar cinta saya lagi maksimal-maksimalnya (eh, sekarang juga tetep ding 😛) saya pun ga rela kalau suami kena dosa gara-gara saya.
Maka, saya pensiunkan itu semua make up yang bahkan baru kenal menjelang nikah. Boro-boro sudah habis, kepakai separo aja belum. Lagi-lagi saya beralih ke yang alami, minyak zaitun everywhere.
Eh, baru jalan 1-2 minggu suami ternyata suami menyadari perubahan yang dilakukan si istri.
"Kok mukanya jadi berminyak?"
Ya gimana nggak berminyak, wong memang dioles minyak zaitun. Maka saya beberkan alasannya dan suami pun berkata, "Balik seperti biasanya aja ga papa, kan termasuk menyenangkan hati suami."
Wuidih, okelah kalau begitu kata saya.
Hingga ramadhan beberapa tahun lalu saya kembali kesambet masalah permake-upan ini. Waktu itu sudah mulai branding bisnis fashion Addina dan mulai terketuk-ketuk ini hati. Gini amat ya mau jualan hijab sama gamis aja. Terlebih lagi saat itu saya sedang dapat amanah kerja di tempat yang interaksi ikhtilatnya luar biasa. Yang bikin makin pikir-pikir dan kembali nyeletuk lagi
"Perlu ganti style ga ya?" tanya saya.
"Ganti style gimana?" Tanya suami yang ga paham kenapa lagi ini istrinya.
"Ya kalik terlalu berlebihan. Mau pakai gamis yang biasa-biasa aja gitu. Trus ga usah make up-make up aja." Mulai parno gitu kayaknya.
Eh jawaban suami langsung bikin buyar, "Lha emang gamis yang sekarang masih kurang sederhana? Ini juga sudah biasa-biasa aja kok. Make upnya juga sudah wajar, ga menor, ga berlebihan. Udah bagus kayak gitu, ga usah ganti-ganti style."
Langsung deh diam seribu bahasa.
Pernah juga entah kena angin dari mana si istri ini tiba-tiba nyletuk, "Kalau aku pakai cadar gimana?"
Yang bikin suaminya kaget, berasa ini istri kesambet apa.
Walaupun akhirnya beberapa waktu kemudian suami berkata, "Aku sih seneng-seneng aja kalau mau pakai cadar, tapi nanti keluarga yang geger semua"
Yang ujung-ujungnya hanya membuat kami tertawa.
Iya ini bukan mau sok-sokan sih, atau mungkin karena males-malesan dandan.
Jauh dari itu, kerempongan istri ini mungkin sebatas sebuah niat kecil dalam hati. Bahwa ia ingin berbakti, menjadikan dirinya hanya milik suami semata. Tanpa maksud berlebihan, hanya demi menyenangkan hati suami.
Tapi semua kembali ke kalimat sakti ini, "aku ridha".
Kalau suami sudah ridha, istri bisa apa?