Follow Us @soratemplates

Sunday 28 February 2021

Jangan Mau Jadi Truk Sampah Kalau Ingin Bahagia

14:04 2 Comments


Ish, ga salah nih judulnya? Masa iya ada orang yang mau jadi truk sampah? Salah tulis kalik, mungkin maksudnya jangan jadi tukang sampah begitu ya?


But, wait. Kok jadi memandang sebelah mata profesi petugas sampah. Hohoho, tenang guys, bukan begitu maksud saya. Memang benar kok ini tentang truk sampah. Tapi bukan tentang sampah barang atau bungkus dan sebagainya, melainkan tentang sampah emosi.


Daripada bingung atau kita malah debat hanya perkara judul, simak dulu deh video berikut tentang Hukum Truk Sampah.





"Kebanyakan orang sudah seperti truk sampah. Mereka berkeliaran dengan penuh sampah. Penuh dengan frustasi, penuh marah, penuh kekecewaan. Saat sampah mereka sudah menumpuk, mereka butuh tempat untuk membuangnya. 


Hal ini membuat saya berpikir, seberapa sering saya membiarkan truk sampah menabrak saya dan bagaimana kemudian saya mengambil sampah mereka dan menyebarkannya kepada orang lain. Sejak saat itu saya bertekad tidak akan melakukannya lagi.


Semenjak itu saya mulai melihat truk sampah di mana-mana. Saya melihat beban mereka. Saya melihat bagaimana mereka datang untuk meluapkannya. Tapi, saya tidak akan menjadikannya masalah. Saya hanya tersenyum, melambai, dan mendoakan kebaikan mereka dan kemudian membiarkan mereka berlalu."


MasyaaAllah... 

Video itu sudah saya simak sejak beberapa bulan silam. Tapi ketika saya merasa mendapat 'sampah' dari orang lain, saya selalu mengingatnya kembali.


Ya, ada banyak hal di luar diri kita yang kadang mempengaruhi suasana hati. Awalnya mungkin kita damai-damai saja. Hari tampak begitu indah, semua tampak menyenangkan. Namun tiba-tiba bagai nila setitik rusak susu sebelanga. Karena ada orang lain yang datang lalu menumpahkan suasana buruk, kita pun terpengaruh menjadi buruk. Rusak sudah kedamaian hati kita sepanjang hari.


Sebenarnya ini wajar. Kalau kata teori sih, mirip-mirip dengan hukum frekeuensi. Jadi kalau kita memiliki frekuensi bahagia, kita akan menyalurkan energi yang bahagia. Kalau kita punya energi yang menyebalkan, tanpa sadar kita menbagikan hal mengesalkan pula.


Cuma, dalam teori hukum truk sampah ini kita diminta untuk tidak menggubris frekuensi buruk yang datang menghampiri. Yup, pasang muka badak saja, biarkan mereka berlalu.


Dianggap tak acuh dan masa bodoh? Mungkin. Tapi kalau dengan begitu kita bisa tetap bahagia dan tidak dipusingkan dengan urusan orang-orang di sekitar kita, kenapa tidak? Toh kita sudah sibuk dengan urusan 'sampah' kita. Tak perlu sok baik dengan memunguti sampah orang lain. Setuju?

Saturday 27 February 2021

Siapa Pencuri Hatimu

23:37 0 Comments



Selamat pagi. Bagaimana kabarmu hari ini? Yuk menulis diary!


Pertanyaan itu menyapa saya kemarin pagi. Dari siapa? Kok perhatian amat menyapa saya sejak pagi. Hm, bukan siapa-siapa padahal. Itu pertanyaan yang muncul dari salah satu aplikasi diary di handphone. Iya, tumben-tumbennya muncul notifikasi begitu, padahal biasanya ga pernah. Eh, entah ga pernah atau saya yang ga notice aja.


Jujur, ketika kemarin saya membaca notif itu, saya merasa terharu. Beuh, gampang amat trenyuh sih Mak... Iya, ya gimana, pertanyaan itu datang di saat yang tepat. Rasanya seperti, duh aplikasi kok kamu sungguh sangat memahamiku.


Pasalnya sejak dua hari yang lalu, suasana hati memang sedang bergejolak. Bukan gejolak bahagia penuh cinta seperti postingan sebelumnya, ini adalah gejolak dengan sedikit kekhawatiran karena tiba-tiba muncul tantangan yang harus dihadapi. Karena timing yang tepat itulah, saya pun merasa terharu.


Dari sekelumit kejadian ini, saya tiba-tiba merasa mendapat poin tersendiri. Saya mendadak merasa khawatir, "Gimana ya kalau pertanyaan tadi bukan muncul dari notifikasi aplikasi tapi dari orang lain?" Oh, kalau orangnya perempuan sih ga masalah. Asal bukan lgbt ya, hehe. Tapi kalau misal yang bertanya adalah lawan jenis dan yang ditanya ternyata memang sedang ada kendala lantas merasa terharu, duh bisa jadi bahaya nih. Dari yang semula merasa diperhatikan, lama-lama bisa keterusan.


Yah, manusia memang makhluk lemah. Dengan perhatian kecil begitu saja, dia sudah bisa klepek-klepek tak karuan. Hingga tanpa sadar bisa membuka pintu kemaksiatan yang berikutnya. Coba saja dicek, ada berapa kasus penyelewengan yang dimulai dari sekedar curhat basa-basi. Hm, cukup klasik kan modusnya.


Bersyukurlah kalau yang bertanya adalah sosok yang tepat. Suami misalnya. Tentu akan menjadi bonding

 yang memperkuat ikatan cinta. Sang istri akan merasa lega karena biaa melampiaskan uneg-unegnya. Problematika pun tersampaikan dan bisa jadi terselesaikan. Di sisi suami, hal ini bisa menjadi salah satu metode menunjukkan keqawwaman suami, yaitu mengaku bahwa suami memang pemimpin bagi istri sehingga bisa merengkuh jiwanya.


Beruntungnya, dalam kasus saya yang bertanya adalah aplikasi. Setidaknya tidak membuka celah untuk salah kaprah. Yah PR di saya sih, bagaimana agar bisa menyampaikan ke suami meski tidak ditanya bagaimana kabar hari ini. Semoga bisa. Hehe


Friday 26 February 2021

Salah Duga

22:34 0 Comments



Banyak orang berprasangka pada kita, tapi bisa jadi semua prasangka itu berujung pada salah duga. Yah, namanya juga cuma disangka.


Seorang teman berkata, "Kalau kamu pasti mampu kan?" Dia menduga kehidupan saya sudah tertata semuanya, lalu saya bisa melenggang dengan bahagia tanpa ada kendala. Ah, dia tidak tahu saja bahwa ada gejolak dan tantangan di dalam dada.


Tadi begitu pula saya dengar seorang teman berkata pada suami, "Udahlah dibangun aja. Urusan ini sudah beres, urusan itu sudah. Kurang apa lagi?" Iya, dia menduga semua baik-baik saja, padahal di baliknya ada banyak hal yang beres seperti prasangkanya.


Kasus lain yang cukup familiar misalnya, seorang ibu yang superlembut dan ramah pada semua orang disangka akan selalu menjadi ibu peri di mana-mana, termasuk pada buah hatinya. Padahal siapa yang tahu bahwa ketika di rumah, dia bisa saja menunjukkan taringnya dan lepas dari gelar ibu peri.


Sebenarnya ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kejadian salah duga ini. Pertama, artinya Allah SWT memang menutup aib hamba-Nya. Mungkin Allah menjaga martabat kita agar tidak jatuh karena suka maBanyak orang berprasangka pada kita, tapi bisa jadi semua prasangka itu berujung pada salah duga. Yah, namanya juga cuma disangka.


Seorang teman berkata, "Kalau kamu pasti mampu kan?" Dia menduga kehidupan saya sudah tertata semuanya, lalu saya bisa melenggang dengan bahagia tanpa ada kendala. Ah, dia tidak tahu saja bahwa ada gejolak dan tantangan di dalam dada.


Tadi begitu pula saya dengar seorang teman berkata pada suami, "Udahlah dibangun aja. Urusan ini sudah beres, urusan itu sudah. Kurang apa lagi?" Iya, dia menduga semua baik-baik saja, padahal di baliknya ada banyak hal yang beres seperti prasangkanya.


Kasus lain yang cukup familiar misalnya, seorang ibu yang superlembut dan ramah pada semua orang disangka akan selalu menjadi ibu peri di mana-mana, termasuk pada buah hatinya. Padahal siapa yang tahu bahwa ketika di rumah, dia bisa saja menunjukkan taringnya dan lepas dari gelar ibu peri.


Sebenarnya ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kejadian salah duga ini. Pertama, artinya Allah SWT memang menutup aib hamba-Nya. Mungkin Allah menjaga martabat kita agar tidak jatuh karena suka marah-marah. Karena aib tertutup itulah lantas orang mengecap kita sebagai orang yang ramah. Artinya Allah masih mencintai kita dan menjaga harga diri kita


Kedua, bisa jadi bukan Allah yang memang sengaja membuat kita nampak baik, tapi kitalah yang bermuka dia membuat diri kita seolah-olah sangat baik. Misal, kita bertingkah sebagai orang pandai lantas semua orang menganggap kita mampu dan cerdas. Padahal sebenarnya kita tidak benar-benar bisa. Orang hanya melihat dari covernya saja atau yang biasa orang sebut sebagai personal branding.


Namun bisa juga komentar itu adalah doa dan apresiasi dari orang lain. Yah, kadang orang memang tidak bisa melihat dirinya sendiri tanpa cermin. Orang-orang di luar kita itulah yang bertindak seolah-olah menjadi cermin yang memberi tahu seperti apakah diri kita. Mungkin orang melihat bahwa kita sejatinya memang mampu. Sayangnya kita saja yang belum percaya diri untuk mengakui.


Apapun itu, yang lebih utama adalah menjadi diri sendiri. Tak perlu bermuka dua hanya untuk menutupi kekurangan diri. Biarlah Allah yang menutup segala aib. Tak perlu pula mengada-ada hanya demi apresiasi. Orang di luar sana tak akan buta jika memang kita patut mendapatkannya. InsyaAllahrah-marah. Karena aib tertutup itulah lantas orang mengecap kita sebagai orang yang ramah. Artinya Allah masih mencintai kita dan menjaga harga diri kita


Kedua, bisa jadi bukan Allah yang memang sengaja membuat kita nampak baik, tapi kitalah yang bermuka dia membuat diri kita seolah-olah sangat baik. Misal, kita bertingkah sebagai orang pandai lantas semua orang menganggap kita mampu dan cerdas. Padahal sebenarnya kita tidak benar-benar bisa. Orang hanya melihat dari covernya saja atau yang biasa orang sebut sebagai personal branding.


Namun bisa juga komentar itu adalah doa dan apresiasi dari orang lain. Yah, kadang orang memang tidak bisa melihat dirinya sendiri tanpa cermin. Orang-orang di luar kita itulah yang bertindak seolah-olah menjadi cermin yang memberi tahu seperti apakah diri kita. Mungkin orang melihat bahwa kita sejatinya memang mampu. Sayangnya kita saja yang belum percaya diri untuk mengakui.


Apapun itu, yang lebih utama adalah menjadi diri sendiri. Tak perlu bermuka dua hanya untuk menutupi kekurangan diri. Biarlah Allah yang menutup segala aib. Tak perlu pula mengada-ada hanya demi apresiasi. Orang di luar sana tak akan buta jika memang kita patut mendapatkannya. InsyaAllah

Tuesday 23 February 2021

Merawat Cinta

22:41 0 Comments



Ada kupu-kupu yang menari-nari di dalam diri malam ini. Ada ombak yang tiba-tiba berdesir dalam hati. Ada bunga yang tiba-tiba bermekaran. Saya kasmaran? Tersebab apa? Sepele saja, suami menyalakan radio mobil yang sudah lama mati, lalu menggenggam tangan sepanjang perjalanan.


Gitu aja? Iya gitu aja. 

Kok sepele amat? Emang. 

Sangat sepele kan, dan dengan begitu aja ternyata trus jadi ada gejolak dalam dada. Apakah hati saya kering dan haus dengan cinta sampai-sampai dibegitukan saja langsung berdesir hatinya?


No, bukan begitu. Saya hanya mau bilang kalau ternyata semudah dan sesimpel itu untuk melakukan sesuatu dan menumbuhkan lagi rasa yang memang harus disiram dan dipupuk. Memangnya sebelumnya tidak ada rasa? Aih, tentu saja ada, tapi rasa yang berbeda ini seolah menjadi efek kejut dan meningkatkan kadar beberapa kali lipat sekaligus.


Ini persis seperti materi Matrikulasi Reborn HEbAT Community minggu ini tentang bagaimana merawat cinta dan menumbuhkan keqowwaman suami. Selain tentu saja berputar-putar tentang ajakan untuk kembali ke fitrah, salah satu cara untuk mewujudkannya yaitu dengan mengenali bahasa cinta.


Ah ya, materi tentang bahasa cinta sudah berkali-kali dibahas. Sudah bosan mungkin. Meski tidak benar-benar saya tes, tapi saya sudah paham apa bahasa cinta suami, physical touch. Tapi tetap saja, berhubung bahasa cinta kami berbeda, kadang ada rasa enggan atau sungkan untuk menampilkan bahasa cinta sesuai tipikal pasangan kita.


Yah, sejujurnya saya memang bukan sosok romantis yang akan menggandeng tangan sepanjang jalan. Bersalaman lalu cipika cipiki plus kening dan bibir pun lama-lama seakan menjadi rutinitas sebelum pergi atau selepas sholat. Padahal kalau dilihat, so sweet amat kan cium-cium segala. Tapi, ternyata jadi biasa aja. Gara-garanya sudah menjadi rutinitas lalu serasa tak berkualitas.


Maka, sesuatu yang spontanitas atau berbeda dari biasanya itulah yang akan memberi kesan lebih. Sesimpel tiba-tiba dipeluk dari belakang misalnya (Meski lama-lama jadi terasa biasa karena diulang berkali-kali juga hahaha) atau seperti tadi ketika selama di mobil kami saling bergenggaman tangan.


Ah, apapun itu, rawat selalu cintamu. Sekalipun harus memutar otak untuk menemukan hal baru. Bismillah, sehidup sesurga. Aamiin

Monday 22 February 2021

One Bite At A Time

22:10 0 Comments



One bite at a time, satu gigitan dalam satu waktu. Hm, ngomongin gigitan jadi berasa keinget makanan. Padahal ini bukan membicarakan makanan lho. 


Tapi kalau dipikir-pikir ga salah juga sih. Saat makan, kita pasti bikin satu gigitan aja kan. Begitu dikunyah dan ditelan, baru bisa masuk gigitan berikutnya. 


So, satu gigitan memang satu waktu. Kalau saat kita membuat satu gigitan lalu langsung nambah gigitan berikutnya, mulut kita akan penuh. Karena kepenuhan, bukannya tertelan justru bisa jadi malah dimuntahkan. Kalau muntah dan luber kemana-mana, justru ga ada yang masuk deh. Sia-sia.


Konsep ini saya dapat saat bergabung di Ibu Profesional. Tapi lagi-lagi bukan tentang makanan, melainkan tentang pilihan yang kita lakukan.


Yup, di jaman sekarang ada begitu banyak ilmu dan informasi yang bertebaran. Semua tampak bagus dan semua terlihat begitu menyenangkan. Alhasil tak jarang seseorang mengambil semua informasi yang berkelebatan, menggigit banyak ilmu dalam satu kesempatan.


Then, boom! Alih-alih ilmu itu masuk perlahan dan tercerna dengan baik, bisa jadi ilmu-ilmu itu justru sirna begitu saja. Ibaratnya masuk kuping kanan, keluar lagi dari kuping kiri. Atau saking banyaknya informasi, dia bukan lagi sekedar mendapat banjir informasi, tapi sudah taraf tsunami informasi. Dalam tsunami inilah kita justru tenggelam dan justru membahayakan diri.


Kenapa sampai bahaya? Ya, karena ujung-ujungnya bisa diduga kalau kita tak akan bahagia. Kita akan dihantui bayang-bayang FOMO (fear of missing out). Kita takut ketinggalan berita, takut kalau ada info penting yang semua orang tahu tapi kita tidak tahu. Hingga pada akhirnya kita justru memaksakan diri demi tetap up to date. 


Sayangnya, kita memang memaksakan diri. Kita meluangkan lebih banyak waktu untuk mengecek sana-sini. Kita mungkin mengorbankan jatah waktu lainnya seperti konsentrasi kerja atau kebahagiaan bersama ananda.


So, tips yang diberikan di Ibu Profesional adalah dengan berani berkata "Menarik, tapi tidak tertarik". Ya, ada banyak hal menarik di dunia ini. Tapi tidak semua hal harus kita ketahui.


Selama terbebas dari FOMO. Selamat berjuang untuk JOMO (Joy of Missing Out).

Saturday 20 February 2021

Mimpi Anak Kecil

17:29 0 Comments



Tadi malam saya terjaga hingga dini hari. Berbeda dari biasanya dimana saya melembur di ruang kerja alias kantor suami, semalam saya berbaring di antara kedua anak saya sambil mata menatap ke layar ponsel. Tiba-tiba ada suara dari sebelah kiri saya.


"Burungnya pergi."


Saya menoleh. Lho, ternyata Adik Z yang bersuara. 


"Burungnya minta makan."


Saya kembali menatap Adik Z. Matanha masih terpejam. Sepertinya dia bermimpi, tapi saya iseng-iseng menimpali.


"Meongnya lari"

"Lari kemana?" tanya saya.

Eh Adik Z menimpali, "Meongnya cari mamahnya, minta makan"


Tiba-tiba mata Adik Z terbuka lalu mengerjap-ngerjap. Sebentar kemudian kembali terpejam setelah mengatur posisi.


Saya tersenyum simpul. Lucu juga ternyata mimpi seorang anak kecil. Saya menduga-duga apa yang ada dalam bunga tidur Adik Z. Apakah dia bertemu dengan seekor burung dan seekor kucing? Ah, jiwa anak-anak sekali bertemunya dengan hewan-hewan kecil. Tapi kenapa semua hewan itu lari dan minta makan? Apa jangan-jangan Adik Z sedang lapar sampai-sampai terbawa mimpi tapi berwujud binatang lain? Oke, yang terakhir ini imajinasi mamaknya saja yang berlebihan.


Tapi dari mengigaunya Adik Z semalam. saya jadi mendapat bahan pelajaran. Saya makin sadar bahwa Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Eh, gimana maksudnya?


Haha.. Oke, ini terlalu ngelantur. Tapi Allah memberikan mimpi pada Adik Z berupa burung dan kucing. Sesuatu yang memang sesuai dengan batas kemanpuan Adik Z sebagai anak usia dua tahun. Dia tentu tidak akan mengigau tentang data covid yang terus melonjak atau harga emas yang naik turun kan? Tentu saja karena di luar jangakauannya. Bahkan mungkin seekor anak kucing yabg mencari mamanya karena lapar itu sudah menjadi problem pelik bagi dirinya. Hahaha


Yup. Tapi karena ujian memang diberikan sesuai dengan batas kemampuan, artinya sebenarnya setiap orang pasti akan 'lulus' sesuai dengan yang diujikannya. Sesimple Adik Z yang mengubah posisi dari telentang menjadi berbaring miring ke kiri, lantas dia terlelap lagi. Nyatanya sesimpel itu kan solusi yang dilakukan Adik Z.


Artinya, seberapa berat ujian yang menimpa kita, sejatinya itu sudah sesuai dengan takaran untuk diri kita. Karena kita percaya bahwa Allah tidak akan membebani hambanya di luar batas kemampuan hamba-Nya.


Eh kok jadi gini insightnya. Haha, abaikan saja mamak yang lagi menggila.

Wednesday 17 February 2021

Ebook OJK (Tantangan Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

23:28 0 Comments



Baiklah.. jurnal terakhir di zona ini. Apa daya ketiduran dua kali lantas menurunkan mood sampai dasar. Haha... 


Sebenarnya tema matematika dan finansial saya lakukan, hanya saja momennya tidak saya tangkap. Ah, ya, kurang mindfullness.


Jadi untuk menutup jurnal sepuluh kali setoran saya menceritakan membaca buku OJK semuanya. Yup, buku itu kami baca. Kenyataannya sehari bisa satu atau dua ebook. Jadi kalau mau sebenarnya saya bisa bikin masing-masing menjadi tantangan di hari yang berbeda. Tapi sudahlah gabung jadi satu saja.


Refleksinya alhamdulillah Kak A menyimak. Dia tahu info dasar. Niatnya mau diperdalam lagi di kehidupan nyata, tentang perbedaan mata uang misalnya, atau tentang menabung. Yup bismillah


Bintang untuk beberapa hari terakhir ini tiga saja karena nyatanya saya malas menjurnal. Hehe


#harike10

#tantangan15hari

#zona6stimulasimatematikafinansial


Saturday 13 February 2021

Kebutuhan vs Keinginan (Tantangan Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

22:12 0 Comments



Sejak kemarin, kami ada di rumah simbah di Wonogiri. Iya, simbah sedang kurang fit. Alhasil anak cucunya bergantian menemani simbah jika longgar. Nah, karena di sini Kak A tidak membawa mainan, maka saya yang memutar otak mencari media belajar matematika. Berhubung Kak A juga tidak membawa buku barunya, bagi saya ini kesempatan untuk membacakan ebook dari OJK.


Ebook pertama yang saya pilih tentang Penghapus Rama. Ceritanya tentang menentukan mana kebutuhan dan mana keinginan. Rama yang sedang membuat kartu ucapan tergoda dengan iklan es krim anggur. Tulisannya jadi berantakan karena ga fokus. Tapi ketika akan menghapus, ternyata penghapusnya mau habis. Jadi dia pun harus beli penghapus dulu. Tapi di satu sisi dia juga ingin beli es krim anggur. 


Hm, menarik kan. Dilema klasik nih. Kita yang gedhe aja masih suka sok-sokan nyebut keinginan sebagai kebutuhan. Jadi, ilmu finansial dasar ini penting banget buat dikenalkan pada anak sejak dini. Biar mantap dan ga tergoda iman sampai kelak dewasa.


Saat membaca bukunya Alhamdulillah Kak A paham mana kebutuhan dan mana yang keinginan. Kak A bisa berkomentar saat saya bertanya, "Harusnya beli pengahapus atau es krim anggur ya?" Kak A bisa menjawab penghapus sebagai kebutuhan yang memang harus dibeli. Alhamdulillah, moral of story-nya nyampe.


Setelah baca buku, saya pun iseng mengetes Kak A. "Jadi, kalau haus tuh beli minum atau beli dozzer ya?" Sambil tertawa Kak A menjawab, "Minum". Yup, saya pun menguatkan bahwa minum adalah kebutuhan dan beli mainan dozzer hanya keimginan.


Tapi yang namanya Kak A, tetap saja dia iseng. Saat saya bertanya berikutnya, "Kalau lapar berarti beli makanan atau beli Spiderman?" Kak A spontan menjawab, "Spiderman." Saya pun menimpali, "Emang Kak A butuh Spiderman? Cuma pingin kan, bukan butuh. Kalau laper nanti gimana dong karena belum beli makanan." Dengan santainya Kak A menjawab, "Spidermannya nanti dimakan"

Fyuh, dasar Kak A!


Yah, kali ini bintang empat saja lah ya.


#harike9

#tantangan15hari

#zonastimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

Friday 12 February 2021

Sing A Song (Tantangan Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

07:54 0 Comments



Hari ini saya berencana membacakan buku dari OJK. Apa daya Kak A kurang tertarik. Kebetulan dua hari kemarin ada buku baru datang. Ya sudah, kalah pamor dengan buku barunya. So, saya perlu memutar otak cepat nih biar bisa segera eksekusi hari ini. Dan saya langsung kepikiran untuk sing a song.


Tahu dong lagu tentang berhitung. Yup, apalagi kalu bukan satu ditambah satu. Nah, saya pun menyanyikan itu sambil lagi-lagi bermain jari. Karena kemarin sempat main jari, Kak A pun ikut-ikutan memainkan jarinya. Setelah satu putaran lirik lagu, saya pun mengimprovisasi lagunya.


Saya: Satu ditambah dua, sama dengan 

Kak A: Tiga

Saya: Tiga ditambah satu, sama dengan

Kak A: Empat

Saya: Empat ditambah dua, sama dengan

Kak A: Enam

Saya: Enam ditambah tiga, sama dengan

Kak A: Sembilan


Yeiy bisa. Walaupun tetap saja Kak A sebelum menjawab harus menghitung jari secara konkret terlebih dulu karena belum begitu familiar dengan simbol jari untuk angka enam sampai sepuluh. Tapi setidaknya ini sudah cukup baik karena dia makin punya pengalaman tentang penambahan dalam matematika.


Biar lebih asyik, saya pun mengajak menyanyikan lagu berikutnya yaitu Balonku. Lagu ini secara tidak langsung mengajarkan tentang pengurangan dalam matematika. Hm, bisa jadi kombinasi untuk lagu satu tambah satu tadi kan. Nah kali ini saya mengimprovisasi sedikit juga.


Balonku ada empat

Rupa-rupa warnanya

Kuning-kuning kelabu

Merah muda dan biru

Meletus balon kuning DOR

Hatiku sangat kacau

Balonku tinggal?

(Kak A menjawab) tiga

Kupegang erat-erat


Hehe agak maksa sih untuk bagian lirik warnanya, but its okay. Saya menunjuk empat angka dengan jari. Dan ketika balon meletus, saya turunkan satu jari. Jadi lagi-lagi Kak A menghitung sisa balon dengan jari secara konkret.


Simpel sih, tapi bisa menjadi pembelajaran matematika yang meyenangkan karena sambil bernyanyi juga. Sebenarnya masih ada banyak lagu matematika juga, cuma berbahasa Inggris. Seperti lagu ten little indian, atau lagu jumping on the bed, dll. Tapi karena saya memang belum fokus pada Bahasa Inggris jadi sementara pakai lagu ini dulu. 


Hm, ada ide lagu lain lagi nggak ya?


#harike8

#tantangan15hari

#zonastimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#kelasbundasayang 

Thursday 11 February 2021

Menyusun Tangga (Tantangan Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

06:46 0 Comments



Salah satu permainan yang Kak A suka dan bisa adalah bermain balok atau lego. Yup, dulu pernah saya bahas di zona melatih kreativitas. Kak A memang cenderung dominan kecerdasan spasial. Jadi permainan bikin-bikin sesuatu atau menyusun bentuk tertentu adalah permainan yang mengasyikkan baginya.


Kali ini saya memanfaatkan media balok kayunya untuk menjadi sarana stimulasi kecerdasan matematika. Saya siapkan tumpukan kayunya lalu saya ambil satu balok kayu. Saya tanya pada Kak A, "Ini berapa Kak?" Dia menjawab satu. Lalu saya letakkan satu balok kayu itu di lantai.


Saya ambil lagi dua balok kayu dan kembali bertanya pada Kak A. "Ini berapa Kak?" DIa menjawab dua. Lagi-lagi saya meletakkan dua balok itu di lantai, persis bersebelahan dengan balok pertama tadi. Saya susun dua balok tadi ke atas, bukan menyamping.


Selanjutnya saya minta Kak A untuk mengambil tiga balok kayu dari wadah. Kak A pun mengambil dan ikut-ikutan menyusun ke atas. Dia meletakkan tiga balok susun tadi tepat di sebelah balok yang kedua. Begitu seterusnya hingga ada lima balok yang diambil. Dari sini, kami lagi-lagi belajar tentang jumlah secara konkret. Mungkin terlalu simpel sih untuk usia Kak A.


Lalu saya bertanya, "Ini jadi apa nih?" Kak A menjawab, "Jadi tangga!"

Yup, betul sekali. Balok yang disusun berjejaran tadi memang membentuk sebuah tangga. Saya mengajak Kak A mengambil mainan superheronya dan memintanya untuk menaiki tangga. Tentu saja tidak sekedar naik, tapi sambil berhitung di setiap menapaki jejak tangga berikutnya. Satu - dua - tiga - empat - lima. Superhero pun berhasil sampai tangga ke atas.


Sebagai tambahan, saya lanjutkan lagi tentang konsep tinggi dan rendah. Ini termasuk kemampuan kecerdasan matematika juga kan. Saya bertanya pada Kak A, "Mana balok kayu yang paling rendah?" Kak A bisa menjawab balok pertama. Saya bertanya lagi, "Mana susunan balok kayu yang paling tinggi?" Kak A bisa menjawab balok kayu yang kelima.


Alhamdulillah, konsep sederhana ini Kak A sudah paham. Sekian dulu permainan kami kali ini. Bintang yang kami dapat lima karena Alhamdulillah kami bisa bertahan untuk konsisten bermain tiap hari meski dengan ide sederhana.


#harike7

#tantangan15hari

#zonastimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#kelasbundasayang 

Wednesday 10 February 2021

Jari Tanganku (Tantantang Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

05:08 0 Comments



Memasuki lima hari kedua di tantangan 15 hari. Kalau menurut saya, lima hari kedua ini adalah fase yang paling berat. Eh, ini sih buat yang ala-ala mengejar badge ya. Karena kalau sampai ketiduran di lima hari ini alamat hilang sudah kesempatan mendapat badge 15 hari berturut-turut atau 10 hari berturut-turut. Ujung-ujungnya cuma dapat badge 10 setoran meski rapel. Nah jeleknya di saya, karena rapel ga masalah toh dapetnya ini juga trus jadi bikin ntar-ntar aja setornya kan bisa dirapel. Haha... Niat buruk!


Baiklah, kembali ke topik stimulasi kecerdasan matematika dan finansial. Masih ada banyak ide yang sudah dituliskan namun belum sempat dieksekusi. Yah qodarullah mamaknya ni lagi keasyikan ngurus yang lain. Hehe... Alhasil acara hari ini simpel-simpel saja. Asal tetap nyambung dengan matematika.


Sambil tiduran, saya memutar otak. Mau main yang apa ya kali ini. Tiba-tiba saya teringat "Oh iya, main simbol angka dengan jari aja lah." Maka kami pun mengatur posisi seperti biasa. Adik Z di sebelah kiri, saya di tengah, dan Kak A di sebelah kanan. Kami tiduran layaknya akan mulai bercerita.


"Kak tebak, ini angka berapa?" Saya mengacungkan satu telunjuk saya. Kak A bisa menyebut 1. Next dua jari yang saya acungkang, begitu seterusnya sampai dengan lima jari terbuka semua. Alhamdulillah Kak A bisa. Haha, iya sih simpel. Next lanjut ketika saya mengacungkan jempol tangan kiri, Kak A agak ragu. Ternyata dia belum paham penunjukkan angka dengan jari untuk enam sampai sepuluh.


Begitu selesai sepuluh angka, saya lanjutkan dengan penjumlahan dan pengurangan sederhana. Di tangan kanan saya mengacungkan dua jari, lalu Kak A menyebut ada berapa. Di tangan kiri saya mengacungkan tiga jari, lagi-lagi Kak A menyebut juga. Setelah itu saya memancing, "Jadi jari Mami semua ada berapa?" Kak A pun menghitung semuanya dan benar jawabannya lima.


Begitu juga dengan pengurangan. Saya menunjukkan jari di kedua tangan lalu berkata, "Ada jari yang capek dan mau turun. Sekarang tinggal berapa ya?" Alhamdulillah Kak A bisa, meski dengan menghitung satu-persatu jarinya. Tak apa, memang katanya di fase ini anak diperkenalkan dengan menghitung yang konkret. So, dia paham secara konkret kalau tadi ada tujuh jari yang berdiri lalu ada dua jari yang turun dan sekarang tinggal lima.


Di akhir, Kak A gantian yang bermain-main dengan jarinya. Dia mengacungkan jempol dan kelingking lalu bilang ini berapa? Dia menghitung dua. Begitu juga ketika dia hanya mengacungkan jari tengah, dia bilang satu. Yup, ini membuat anak kreatif bahwa dua tidak melulu tentang telunjuk dan jari tengah. Bisa juga dengan jari lainnya asal jumlahnya sama. MasyaAllah...


Hari ini kami mendapat bintang lima lagi. Alhamdulillah...


#harike6

#tantangan15hari

#zonastimulasimatematikafinansial

#pulaubentangpetualang

#institutibuprofesional

#kelasbundasayang

Tuesday 9 February 2021

Gerbong Kereta Api (Tantangan Zona Stimulasi Matematika dan Finansial)

05:28 0 Comments



Buat Kak A dan Adik Z, main pasir, batu, dan air ibarat surga. Mereka bisa main tiga material ini berjam-jam sampai kadang lupa waktu, lupa belum mandi, belum makan, bahkan lupa kalau sudah ngantuk. Tentang permainan ini sudah saya jadikan tema di zona ketiga tempo dulu. Meskipun zonanya sudah usai, tetap saja main pasir, air, dan batu tetap menjadi aktivitas sehari-hari. Nah, kali ini permainan seputar itupun saya masukkan di zona tantangan kecerdasan matematika dan finansial.


Fokus permainan kali ini adalah batu kerikil. Saya mengajak Kak A untuk membuat kereta api dari kerikil yang ditata panjang. Kak A bersemangat untuk mengambil kerikil-kerikil kecil yang bertebaran. Saya meminta Kak A untuk mengambil batu yang agak lebih besar untuk dijadikan kepala kereta alias lokomotif. Begitu juga satu batu ukuran sedang untuk bagian ekor.


Dari sini Kak A sudah belajar konsep besar kecil. Mana yang lebih besar dan mana yang lebih termasuk salah satu kecerdasan matematika dasar. Tidak berhenti di situ, saya pun meminta Kak A untuk menghitung jumlah batu yang disusunnya. Alhamdulillah Kak A bisa menghitungnya.


Selanjutnya kami membuat lagi kereta serupa di sebelahnya. Kali ini batu yang dipilih adalah batu yang cenderung berwarna putih. Yah semacam gamping atau batu apung kali begitu. Hanya ada sedikit batu yang dikumpulkan, tidak sebanyak batu kereta pertama tadi. Lagi-lagi saya meminta Kak A untuk menghitung jumlah gerbong kereta alias batu putih yang disusunnya. Di sini termasuk belajar pengelompokkan lagi karena Kak A diminta menyortir batu-batu yang cenderung berwarna putih daripada memilih yang hitam.


Nah karena kereta yang jadi cuma dua, kami membuat satu kereta lagi. Maksudnya biar satu kereta untuk Kak A, satu untuk Z, dan satu untuk saya, Hm, tanpa sadar di sini masuk konsep pembagian juga, dibagi sama rata biar masing-masing punya satu. Maka kami pun membuat satu kereta lagi di sebelahnya dan lagi-lagi kami menghitung jumlah gerbong.


Satu lagi, setelah ketiga kereta jadi, saya bertanya pada Kak A, "Mana kereta yang paling panjang? Mana kereta yang paling pendek?" Alhamdulillah Kak A dan Adik Z bisa menyebutkan. 


Ya, dari bermain kereta begini saja ada banyak poin kecerdasan matematika dasar yang bisa distimulasi. Bahkan bisa menstimulasi kreativitas karena membuat kereta dari batu. Alhamdulillah, bintang lima untuk saya dan Kak A.


#harike5
#tantangan15hari
#zona6stimulasimatematikadanfinansial
#pantaibentangpetualang
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Monday 8 February 2021

Ayo Pulang Ke Rumah (Tantangan Zona Kecerdasan Matematika dan Finansial)

05:59 0 Comments



Baru pagi hari, saya sudah memutar otak mengajak Kak A dan Adik Z main. Pasalnya, pagi-pagi mereka sudah ribut berebut sesuatu. Ya sudah, daripada ramai, mending saya mengajak salah satu menepi dan mulai mencari ide untuk membuatnya sibuk.


Awalnya saya mengajak Adik Z untuk menggambar di kertas. Saya menggambar sebuah bunga cukup besar, lalu meminta Adik Z untuk menyebutkan gambar apa. Bunga itu saya gambar di kertas atas bagian kiri. Lalu di bagian agak tengahnya, saya menggambar sebuah bintang. Tanpa ditanya, Adik Z langsung bersorak 'bintang'. Satu lagi, saya menggambar satu wajah beruang di kertas sebelah kanan. Jadilah tiga gambar itu berjejer berurutan.


Tiba-tiba saya mendapat ide untuk membuat gambar bunga, bintang, dan beruang di sekitar tiga gambar besar tadi. Iseng saja menggambarnya di sekelilingnya. Lalu Adik Z mulai menunjuk-nunjuk ini bintang, ini bunga, ini beruang. Karena suasana sudah mulai kondusif, Kak A pun datang menghampiri. Nah mulailah stimulasi matematika beraksi.


Saya minta Kak A untuk menghitung ada berapa jumlah bunga, berapa jumlah bintang, dan berapa jumlah beruang. Tanpa saya sadari, ternyata jumlahnya berbeda-beda. Ada tujuh bunga yang saya gambar. Lalu ada enam bintang dan lima beruang. Di sini saya memancing lagi, "Jadi mana yang paling banyak? Bunga, bintang, atau beruang?" Jawaban Kak A benar, bunga yang paling banyak. Alhamdulillah, berarti dia sudah paham salah satu konsep matematika dasar tentang lebih banyak dan lebih sedikit.


Lalu ketiga gambar besar tadi saya buatkan 'rumah'. Saya gambar dinding rumah mengelilingi gambar tadi. Jadilah ada rumah bunga, rumah bintang, dan rumah beruang. Lalu saya meminta Kak A untuk menari garis dari masing-masing gambar kecil menuju ke rumahnya masing-masing. Untuk bunga-bunga kecil yang bertebaran ditarik garis ke rumah bunga. Begitu juga untuk gambar bintang dan beruang. Sederhana sih, tapi ini melatih koordinasi tangannya untuk menulis. Sekaligus melatih kecerdasan matematika seperti beberapa waktu lalu tentang konsep himpunan dengan cara mengelompok-ngelompokkan.


Alhamdulillah Kak A bisa menarik garis setiap gambar menuju rumahnya masing-masing. Tapi permainan tidak berhenti di situ. Saya menambahkan konsep tentang arah di sini. Karena ketiga rumah itu berjejeran, saya tanya ke Kak A "Mana rumah yang tengah? Mana rumah yang sebelah kanan? Mana rumah yang sebelah kiri?" dst. Ini ternyata masuk dalam konsep matematika dasar juga.


Alhamdulillah pagi ini kami masih mendapat lima bintang. Yah walaupun awal mulanya karena 'tragedi' tapi ternyata justru jadi pemantik untuk bermain matematika lagi. Alhamdulillah...


#harike4
#tantangan15hari
#zona6stimulasimatematikadanfinansial
#pantaibentangpetualang
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Sunday 7 February 2021

Menghitung Sepanjang Jalan (Tantangan Zona Kecerdasan Matematika dan Finansial)

22:45 0 Comments



Sejak tadi malam kami berkunjung ke rumah simbah. Maksudnya simbah saya, alias simbah buyutnya Kak A dan Adik Z. Salah satu aktivitas rutin di rumah simbah setiap pagi adalah jalan-jalan ke sekitar lingkungan rumah. Begitu juga tadi pagi. Ketika matahari sudah mulai tampak, kami memutuskan untuk berangkat jalan-jalan. Tentu saja jalan-jalan kali ini tidak sekedar jalan, tapi saya punya misi untuk merangsang kecerdasan matematika terutama pada Kak A.


Saat berangkat, kami disambut dengan segerombolan ayam yang berciap-ciap memasuki pekarangan rumah simbah. Saya pun mulai beraksi, "Kak A, ada berapa ayamnya?" Alhamdulillah meski ayamnya sedang berlari-lari ke sana ke mari tak tentu arah, Kak A bisa menyebutkan ada 5 ayam kecil dan 1 ayam besar.


Kami pun memulai perjalanan, berjalan perlahan-lahan sambil papi berlari-lari kecil. Saya pun teringat ide yang diceritakan Kakawi di Bintang kemarin. Hm, mulai deh kami menghitung langkah bersama-sama. Yup, sebatas satu sampai sepuluh saja karena itupun Kak A masih suka angot-angotan. Saya tak ingin terburu-buru masuk ke angka sebelas dan seterusnya.


Di tengah jalan, Papi ternyata ingin buang air kecil. Ya sudah, kami pun mampir ke sebuah masjid yang kami lewati. Sembari menunggu papi, kami menengok ke sekeliling. Ternyata ada beberapa ekor burung kecil yang hinggap di pagar masjid. Saya pun buru-buru menangkap moment, "Kak A, burungnya ada berapa?" Waktu itu burung yang hinggap ada tiga. 


Tak berapa lama, ada satu burung lagi yang ikutan hinggap di pagar. Saya pun kembali bertanya, "Wah, ada yang datang lagi satu. Jadi berapa ya sekarang?' Kak A bisa menjawab tepat kalau burungnya jadi empat. Yeiy, konsep berhitung sederhana tentang penambahan bisa didapat kan secara konkret dengan melihat burung yang hinggap. Masya Allah walhamdulillah.


Next ketika melanjutkan perjalanan, saya iseng bertanya sana-sini. Misal ketika melihat anjing yang menyalak-nyalak, saya bertanya, "Ada berapa anjingnya?" Alhamdulillah kali ini adik Z yang bisa menjawab lebih cepat karena anjingnya cuma satu.


Bintang untuk hari ini adalah lima untuk saya dan Kak A karena kami bisa belajar matematika dengan cara alami tanpa terlihat bahwa sebenarnya sedang mengajarkan. MasyaAllah...


#harike3

#tantangan15hari

#zona6stimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#kuliahbundasayang

#institutibuprofesional

Saturday 6 February 2021

Hewan Darat, Air, Udara (Tantangan Zona Kecerdasan Matematika dan Finansial)

18:34 0 Comments



Tadi malam saya mendongeng bareng Kak A dan Adik Z. Judulnya memang dongeng sebelum tidur yang akibatnya saya pun ikutan tidur sampai pagi dan belum bikin jurnal bunda sayang. Duh gusti paringono sabar, baru juga tantangan hari kedua kok sudah masuk geng wong keturon. Tepok jidat!


Ya sudah daripada ketiduran lagi, langsung eksekusi saja pagi ini. Mumpung mereka main pasir di luar dan saya bisa curi-curi pegang HP, langsung cicil dulu. Siapa tahu nanti malam bisa bikin jurnal berikutnya lagi.


Semalam saya cerita tentang hewan. Ada hewan yang bisa di udara, darat, dan air. Kok masuk tantangan kecerdasan matematika sih? Iya, karena ternyata pengelompokan itu termasuk kecerdasan matematika lho. Ini termasuk matematika dasar tentang himpunan. Jadi ketika anak bisa mengelompokkan sesuatu, secara matematis dia punya kemampuan tersebut.


Awalnya saya meminta Kak A menyebutkan hewan apa yang bisa terbang di udara? Kak A bisa menyebutkan burung dan kupu-kupu. Hm, lumayan lah. Saya kira dia cuma bakal menyebutkan burung saja.


Next, lanjut ke hewan darat. Saya bilang kalau hewan darat ada yang berjalan dengan perut, namanya hewan melata. Kak A bisa menyebutkan ular. Lalu, lanjut lagi ada hewan berkaki dua dan berkaki empat. Nah kan masuk lagi matematikanya. Anak jadi paham kan secara konkret mana itu dua dan mana yang empat. Alhamdulillah, Kak A bisa menyebutkan cukup banyak hewan di sini seperti ayam, sapi, kambing, gajah, dll.


Next tentang hewan di air. Kak A menyebut ikan dan bebek. Yah meskipun bebek bisa jalan di darat juga ya hehe. 


Permainan belum selesai. Saya lanjut menyebutkan nama-nama hewan lalu meminta Kak A untuk menebak hewa itu masuk kategori hewan udara, darat, atau air. Alhamdulillah tebakan Kak A benar.


Ada bonus juga nih. Saya pancing deh, hewan tadi siapa yang menciptakan. Kak A jawab, Allah. Yeiy, kena kan ke keimanan juga. Alhamdulillah... Bintang buat kemarin lima buat saya dan Kak A.


#harike2

#tantangan15hari

#zona6stimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#kuliahbundasayang

#institutibuprofesional


Thursday 4 February 2021

Ada Berapa Kucing? (Tantangan Zona Kecerdasan Matematika dan Finansial)

21:46 0 Comments



Bismillahirrahmanirrahim


Yes, memasuki zona berikutnya. Kali ini tentang kecerdasan matematika dan finansial. Hm, salah satu kecerdasan yang saya tunggu-tunggu di Bunda Sayang ini. Bismillah mudah-mudahan menjurnalnya pun bahagia dan tuntas. Aamiin...


Sebelumnya, saya akan mengkaji dulu kondisi tentang tema ini pada Kakak A. Ya, kali ini saya mau fokus pada Kakak A saja. Sejujurnya Kak A belum saya ajarkan untuk menulis dan berhitung. Dia belum benar-benar mengerti huruf dan angka karena selama ini saya sebatas mengenalkan saja. Bahkan kadang dia masih terbalik antara enam dan empat. Habis menyebut tiga lanjut enam, bukannya empat. So, tema kali ini saya mau menguatkan lagi matematika dasarnya.


Hari ini saya mengajak Kak A (dan sekaligus Adik Z) untuk main dengan menggunakan laptop. Awalnya saya hendak menggambar, atau mengeprint gambar. Tapi ketika tadi Kak A membuka laptop, tiba-tiba saya mendapat ide untuk memanfaatkan laptop untuk media hitung tanpa perlu mengeprintnya.


Pertama, saya membuka google mencari gambar kucing. Adik Z memilih kucing favoritnya. Demikian juga dengan Kakak A. Setelah dipilih, saya mendownload gambar tesebut dan membuka ms.word. Saya insert gambar tersebut dengan jumlah satu kucing di baris pertama, lalu dua kucing di gambar kedua, dst hingga lima kucing. Begitu juga dengan kucing milik Kak A. 


Saya ajak Kak A untuk menghitung ada berapa kucing setiap baris. Alhamdulillah Kak A bisa menyebutkan dengan urut, tidak terbalik antara empat dan enam. Kemudian, cerita saya lanjutkan dengan simulai, "Yah, kucingnya ngantuk. Satu kucing pergi deh. Sekarang kucingnya ada berapa?" Lalu Kak A pun menghitung sisa kucing yang ada di baris tersebut.


Hal yang sama berlaku juga ketika kucing Kak A ada dua, lalu datang kucing Adik Z mau ikut main. Sekarang ada berapa kucing yang main sama-sama? Alhamdulillah, Kak A bisa menghitungnya secara konkret. Yup, untuk usianya memang dianjurkan untuk memberikan latihan konkret terlebih dahulu. Alhamdulillah secara tidak langsung Kak A sudah belajar tentang penambahan dan pengurangan.


Bintang untuk hari ini lima untuk saya karena saya berhasil menciptakan permainan yang hemat tak perlu ngeprint hehe. Pun bahkan bisa menjadi kecerdasan multimedia juga kan karena Kak A ikut mengamati proses mencari gambar di google lalu mendownload dan mengcopy di word. Begitu juga untuk Kak A mendapat bintang 5 karena berhasil sabar mengikuti permainan dan bisa menghitung dengan benar. Alhamdulillah


#harike1

#tantangan15hari

#zona6stimulasimatematikafinansial

#pantaibentangpetualang

#kuliahbundasayang

#institutibuprofesional