Follow Us @soratemplates

Sunday 15 December 2019

Melepas Kenangan

22:26 0 Comments


Bismillah...

Sesuatu yang membawa kenangan kadangkala menyesakkan dan memenuhi ruangan. Kali ini mulai belajar untuk melepas benda kenangan.

1⃣ Ceritakan pengalaman berbenah benda kenangan yang sudah dikerjakan. Jawab pertanyaan di bawah ini:

A. Apa saja benda kenangan yang dimiliki?
Di setiap kategori ternyata saya menyimpan barang kenangan. Di klaster pakaian, saya menyimpan pakaian almarhumah ibu, baju seragam/pemberian keluarga, dan baju pengantin.
Di klaster buku, saya menyimpan buku-buku dan majalah yang memuat karya-karya saya. Di klaster dapur, saya menyimpan kado-kado nikah berupa perlengkapan dapur yang bahkan belum pernah dipakai. Di klaster dokumen dan kertas, saya menyimpan kertas-kertas kontemplasi saya yang berisi planning atau resolusi-resolusi tiap tahunnya.
Memang menurut kategori saya termasuk tipe sentimentil dalam hal cluttering, sehingga tanpa sadar ada banyak barang kenangan yang mungkin membuat clutter.

B. Apa saja hambatan dalam berbenah benda kenangan? 
Hambatan dalam berbenah benda kenangan adalah masih ada rasa tidak rela untuk melepas benda-benda tersebut. Untuk mengantisipasinya sementara ini saya menyediakan 'rumah' untuk masing-masing benda kenangan tersebut sesuai dengan kategorinya. Harapannya dapat segera dipilah sesuai tenggat waktunya.

C. Bagaimana proses memilahnya? Adakah kriteria seleksi tambahan? Seperti apa kriteria seleksi yang digunakan?
Untuk memilahnya saya memakai kriteria apakah saya sudah rela benda tersebut berpindah tangan. Jika memang sudha tidak menjadi milik saya, apakah kira-kira saya akan mencarinya lagi kelak. Kriteria yang lain yaitu apakah benda tersebut masih benar-benar bermanfaat bagi saya.

D. Apakah yang menjadi faktor pemberat dalam melepaskan benda kenangan yang dimiliki?
Yang menjadi faktor pemberat adalah karena benda itu menjadi moment sekali seumur hidup, peninggalan almarhumah, atau pemberian keluarga yang masih merasa tidak enak hati jika diberikan kepada orang lain. Untuk kado-kado masih berat karena berharap barangkali bisa dijadikan kado untuk orang lain lagi, meskipun sayangnya sejak beberapa tahun yang lalu tetap saja belum habis.

E. Bagaimana cara menata dan menyimpan benda kenangan?
Untuk baju pengantin saya simpan dalam box hantaran. Untuk kado-kado disimpan dalam rak etalase kaca. Buku atau majalah karya saya masuk di etalase buku. Sedangkan baju almarhumah ibu sementara ini masih dimasukkan dalam kategori pakaian yang ditangguhkan, dengan jangka waktu tertentu insya Allah akan segera disortir.



Menyimpan Dokumen dan Kertas

21:37 0 Comments


Bismillah...

Tugas menyimpan dokumen dan kertas ini seharusnya dikerjakan minggu lalu. Namun karena ada sedikit halangan, terpaksa baru malam ini dikumpulkan.

1. Ceritakan pengalaman berbenah dokumen dan kertas yang sudah dikerjakan. Jawab pertanyaan di bawah ini:
A. Bagaimana pembagian kategori dokumen dan kertas yang dimiliki di rumah?

Untuk kategori dokumen milik saya pribadi, saya simpan di dalam map dan diletakkan di etalase. Untuk dokumen yang sifatnya bersama, seperti kartu keluarga, dll diletakkan di dalam koper berkas-berkas.



B. Apa saja hambatan dan kesulitan dalam menata dokumen dan kertas? Bila ada, strategi apa yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut.

Alhamdulillah tidak terlalu banyak hambatan. Kendala yang muncul adalah kertas-kertas yang belum dikategorikan. Solusi yang dilakukan adalah membelikan wadah untuk memilah kertas berdasarkan kategorinya.



C. Bagaimana proses memilahnya? Adakah kriteria seleksi tambahan? Seperti apa kriteria seleksi yang digunakan?

Untuk proses memilah dibedakan berdasarkan kepentingannya. Dokumen proyek suami dikelompokkan sesuai proyeknya masing-masing. Dokumen milik saya atau anak atau suami juga dipisahkan menurut kepemilikan masing-masing.

Sunday 1 December 2019

Memilah Mainan

21:59 0 Comments


Bismillah.. Akhirnya lanjut lagi ke klaster kedua. Tema pertama kali ini adalah berbenah mainan.

Ceritakan pengalaman berbenah mainan yang sudah dikerjakan. Jawab pertanyaan di bawah ini:

A. Bagaimana respon anak saat tahu mainannya akan dibenahi?

Alhamdulillah anak sangat bersemangat diajak berbenah. Begitu saya memberi tahu kalau akan merapikan mainannya, dia langsung mengajak untuk merapikan saat itu juga. Meskipun versi rapi ala dia masih seadanya, keesokan harinya saya tinggal sedikit memberikan sentuhan terakhir saja.

B. Apa saja hambatan dalam berbenah mainan? Adakah kesulitan dalam menata mainan? Bila ada, strategi apa yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut.

Kendala berbenah kemarin adalah ketika menyortir mainan. Beberapa mainan sebenarnya sudah rusak (contoh motor-motoran yang sudah hilang rodanya, kereta api yang sudah tidak bisa dipasang baterainya, dll) tapi anak masih suka dengan mainan itu. Jadi ketika saya ingin menyisihkan mainan itu masih tidak diperkenankan oleh anak.
Yang saya lakukan adalah membiarkan. Selama dia masih mau memainkannya dan tidak berbahaya maka saya biarkan saja.

Kendala dalam menata ada pada mainan-mainan ride on yang ukurannya besar. Seperti sepeda, ekskavator, truck, kuda-kudaan dll. Jumlahnya cukup lumayan memakan tempat. Kondisinya masih bagus dan setiap hari dimainkan anak. Sekalipun memakan tempat belum bisa dimasukkan dalam kategori mainan yang disingkirkan. Solusinya untuk sementara ini 'diparkir' di ruang serba guna.

C. Bagaimana proses memilahnya? Adakah kriteria seleksi tambahan? Seperti apa kriteria seleksi yang digunakan?

Untuk memilah mainan pertama kali berdasarkan mainan rusak atau masih bagus. Kriteria kedua adalah mainan yang masih mau dipakai atau tidak. Jadi sekalipun rusak tapi masih mau dilakai tetap disimpan. Sebaliknya jika tidak rusak tetapi sudah tidak ingin dimainkan masuk ke kategori disisihkan.

Dan inilah hasil berbenah sederhana kami. Ternyata hanya segini saja.. 😊



Sunday 24 November 2019

Membersihkan Dapur (Bagian 2)

22:23 0 Comments


Bismillahirrahmanirrahim...

Minggu ini melanjutkan kembali berbenah edisi dapur. Di minggu ini fokus pada kulkas, pantry, dan meja makan. Sayangnya minggu ini saya kurang maksimal, beberapa spot belum selesai saya bersihkan. Insya Allah jadi PR saya untuk minggu-minggu depan.

1. Benahi kulkas dan pantry Anda (lokasi penyimpan makanan yang tidak menggunakan kulkas) kemudian cek berapa kebutuhan harian atau konversi kedalam kebutuhan pekanan dan bulanan. Evaluasi apakah sudah sesuai dengan anggaran. Evaluasi juga apakah ada foodwaste di dapur (minimal 3 hari peninjauan) dan tentukan langkah apakah ke depan membuat perencanaan terhadap belanja bahan makanan (food preparation) ataukah tidak. Berikan alasannya.

Poin ini sulit saya kerjakan. Berhubung tinggal dengan mertua, urusan belanja makanan beserta urusan menu makan masih menjadi wewenang mertua. Terkait anggaran pun saya tak ikut ambil bagian. Sebenarnya jika dievaluasi, ada food waste yang bisa dicegah. Namun saya pribadi masih sungkan untuk melakukan tindakan. Sejauh ini kami sebatas membersihkan, dan memang jika ada bahan masakan yang sudah tidak layak maka langsung alih fungsi jadi pakan ayam.

Untuk food prep pun masih sulit dilakukan. Pertama karena belanja sayur dll dilakukan mertua. Otomatis beliau juga yang meletakkan di kulkas dan pantry. Jika dipindah, khawatir menyulitkan beliau saat mencari. Pernah pula mencoba untuk ditata, tapi kembali lagi berantakan dan asal taruh.

Mungkin solusinya adalah saya yang harus meluangkan waktu lebih sering untuk membersihkan dan menata. Sekalipun tidak ala-ala foodprep, setidaknya tetap bersih dan tidak terlalu berantakan. Insya Allah

Di minggu ini saya hanya berhasil merapikan pantry dan meja makan. Untuk kulkas baru separuh bagian. Pun dengan pantry tempat bahan masakan kering belum sempat untuk dibersihkan.


Ini adalah meja makan yang memang langsung bersebelahan dengan pantry makanan. Meja makan diusahakan selalu kosong karena lauk dll dimasukkan ke etalase kaca paling bawah. Di rak atasnya untuk tempat makanan camilan dan minuman-minuman sachet. Untuk minuman dengan ukuran botol tinggi seperti sirup dan madu ditempatkan di paling bawah. Begitu juga susu untuk anak-anak ditaruh di paling bawah agar lebih praktis karena berkali-kali dibutuhkan dalam sehari.

2. Tulis kebiasaan baik terkait berbenah rutin dapur yang akan Anda lakukan (Harian, Mingguan, Bulanan).

Untuk berbenah dapur harian minimal adalah menyapu, mengelap/mengepel, dan merapikan area cuci piring. Terkait membuang sampah dan menyortir sampah organik/anorganik untuk bahan pakan ayam biasanya dilakukan oleh mertua.

Untuk berbenah mingguan insya Allah menyortir bahan masakan dan makanan untuk meminimilasasi food waste. Area yang difokuskan adalah pantry makanan matang, rak bumbu, dan kulkas.

Untuk berbenah bulanan insya Allah melakukan deep cleaning kulkas dengan mencuci dan membersihkan semua bagian-bagian kulkas, serta merapikan pantry bahan makanan mentah/kering sambil mengecek masa kadaluarsa.

Sunday 17 November 2019

Menata Dapur (Bagian 1)

21:51 0 Comments


Bismillah ....

Dua minggu ini tema berbenah adalah menata dapur. Untuk minggu ini fokus pada peralatan masak, meja kerja, dan peralatan makan. Meskipun saya tak terlalu banyak decluttering di zona ini karena 90% barang di dapur adalah milik mertua, alhamdulillah dengan sedikit sentuhan dapur pun tampak sedikit lebih rapi daripada biasanya.

Proses Decluttering
1. Apakah Anda membuat sub-kategori di setiap kategori dapur Anda? jelaskan alasannya (jika iya kenapa, jika tidak juga kenapa. untuk memudahkan cek materi halaman 4)

Di kesempatan ini saya justru membuat kategori untuk barang-barang dapur yang semula tampak tidak berkategori. Panci saya dekatkan dengan panci, dst. Sendok sayur saya gabung dengan sendok sayur, sotil saya gabung dengan sotil, begitu pula penjepit, pisau. Tutup panci yang semula menumpuk, saya letakkan di keranjang bersama tutup panci lainnya.

Begitu pula dengan alat makan. Piring beling saya gabung dengan yang beling. Piring melamin bersama melamin, dst. Sendok dan garpu juga diletakkan di tempatnya sendiri-sendiri agar lebih mudah untuk mencari.

2. Cek menu keseharian Anda, bagaimana pola makan Anda dan keluarga? Apakah barang di dapur sudah memenuhi atau justru berlebihan? bisa Anda ceritakan barang apa saja yang sering digunakan dan tidak atau belum sama sekali digunakan.

Sejujurnya barang di dapur termasuk berlebihan. Ukuran alat masak sangat bervariasi dari yang mungil sampai sangat besar. Panci dan wajan big size misalnya. Jarang sekali digunakan, mungkin hanya saat Idul Adha. Tetapi karena repot jika diletakkan di gudang, terpaksa masih menggantung di dapur.

Namun karena barang-barang tersebut bukan milik saya, lagi-lagi wewenang saya hanya menata. Selebihnya sesuai kebutuhan mertua jika sewaktu-waktu memang masih memakai barang tersebut.

3. Jika barang Anda berlebih-atau merasa overwhelmed, bisa ceritakan proses mengurangi perlengkapan dapur Anda. Dalam hal ini bisa Anda kaitkan dengan prinsip RASA (termasuk keputusan memilah sampah dapur).

Dari proses berbenah kemarin, saya hanya memilah barang yang sudah rusak saja. Barang-barang yang sudah tidak layak pakai kami sisihkan dan akan kami serahkan ke bank sampah. Di sini berkaitan dengan prinsip rasa khususnya poin sehat dan bersih, serta aman dan nyaman.

Untuk pengolahan sampah, kami terbiasa membuang sisa makanan atau bahan organik di wadah khusus. Sampah ini biasanya digunakan untuk makan ayam. Di sini selaras dengan prinsip alami dan berkelanjutan.


Proses Organizing
1. Pastikan barang hasil decluttering yg telah disingkirkan (tidak disimpan), tetap disisihkan khusus pada sebuah tempat/kantong/box utk donasi/jual/upcycle (buat batasan waktu kemana dan kapan melaksanakannya).

Barang yang sudah disisihkan sementara ini disimpan di tas kresek besar di gudang. Rencananya menunggu berbenah minggu depan di tema dapur berikutnya. Sampah-sampah yang dikumpulkan ini akan kami salurkan ke bank sampah paling lambat dalam bulan ini.

2. Tata barang dapur sesuai dengan materi atau gaya penataan Anda sendiri, usahakan sudah fix kemudian cek apakah sudah sesuai dengan prinsip RASA.

Untuk gaya penataan alat masak, kami menggantung peralatan masak di dinding dekat kompor. Penataan dengan gaya ini cenderung lebih rapi dan teratur dibandingkan jika ditumpuk karena ketika akan memakai langsung terlihat alat mana yang akan digunakan tanpa perlu mengangkat beberapa alat masak yang ditumpuk.


Untuk meja kerja sebenarnya tidak mutlak memakai meja kerja karena proses memasak cenderung justru dilakukan sambil duduk di lantai. Meja kerja digunakan untuk memasak yang singkat seperti ketika tinggal menggoreng tahu tempe, dst. Di space ini ditaruh toples-toples bumbu dengan maksud untuk memudahkan mengambil saat proses memasak.


Untuk alat makan, saya menyusunnya berdasarkan fungsi, bahan, dan menyesuaikan ukuran. Rak gelas ada di bagian atas bersama cangkir-cangkir karena menyesuaikan tipe almari.
Piring dan mangkok beling diletakkan di sini pula, sedangkan piring melamin dan seng ditaruh di rak bawahnya. Penataan ini mempertimbangkan prinsip aman dan nyaman karena anak kecil tidak bisa menjangkau piring, mangkok, dan gelas yang berbahan beling atau kaca di rak atas.



Kurang lebih hanya itu yang saya lakukan di sesi ini. Masih ada minggu depan untuk kembali mengoptimalkan dapur secara keseluruhan. Meskipun hanya sedikit mudah-mudahan bisa memberi dampak positif untuk keluarga sehingga memiliki habit rapi yang berkelanjutan hingga ke depannya. Aamiin...

Sunday 10 November 2019

Beberes Buku

23:04 0 Comments


Alhamdulillah masuk pekan berikutnya yaitu beberes buku. Apa saja itu?


Proses Decluttering
1. Apakah Anda membuat sub-kategori terhadap buku yang dideclutter? (misalnya : buku favorit, literatur, pekerjaan, anak, resep, dll. Silahkan jelaskan alasannya mengapa iya dan jika tidak juga kenapa)

Ya, saya membuat subkategori buku yang saya miliki. Buku kedokteran, bisnis, properti, parenting, marriage, agama, psikologi populer, buku anak, dan buku karya saya sendiri. Saya membuat kategori ini untuk memudahkan dalam mencari buku ketika dibutuhkan. Buku-buku dengan kategori yang sama saya susun menjadi satu sehingga memudahkan ketika hendak mengambil dan mengembalikan.

2. Cek buku-buku Anda apakah sudah memiliki tempat? (jika overwhelm, bagaimana cara Anda menyiasatinya. dan jika sudah sedikit sekali, tengoklah buku digital Anda-jika ada)

Sebelumnya ada yang belum memiliki tempat karena space terbatas sedangkan buku melebihi kapasitas. Solusinya adalah dengan decluttering buku tiap kategori.
Untuk buku digital tidak banyak saya miliki. Beberapa yang penting sudah tersimpan di laptop.

3. Kurangi jumlahnya jika berlebih (ceritakan proses decluttering pada proses berbenah buku Anda, kemudian kaitkan dengan prinsip RASA)

Saya memilah lagi untuk tiap kategori, buku mana yang kira-kira masih akan saya butuhkan dalam waktu yang akan datang. Untuk buku-buku yang saya sudah merasa cukup membacanya dan tidak terbersit untuk membukanya lagi maka saya sisihkan.


Proses Organizing
1. Bagaimana corak/style Anda dalam menyimpan buku? (boleh sesuai materi ataupun mix sesuai selera Anda) kemudian cek berdasar prinsip RASA.

Sesuai prinsip rapi dan teratur, sebagian besar buku saya simpan dengan cara vertikal. Namun ada buku yang terpaksa disimpan secara horisontal karena keterbatasan tempat.




Terkait prinsip aman dan nyaman, saya meletakkan buku yang masih dalam prosea baca dan alquran di atas lemari. Hal ini dikarenakan ketika ditaruh di meja mulai terjangkau oleh anak yang baru satu tahun dan disobek-sobek.


Terkait prinsip sehat dan bersih, saya membatasi buku dalam proses yang ada di atas lemari hanya 2 buku agar tidak terlalu banyak buku yang menumpuk. Buku yang sudah selesai dibaca saya kembalikan ke almari kaca dan ditutup rapat. Tujuannya agar mengurangi debu yang masuk dan menempel di buku.

Untuk prinsip alami masih belum saya terapkan karena kurang paham. Sejauh ini saya membersihkan buku hanya dengan mengelap atau dengan kemoceng saja.

Untuk berkelanjutan, saya memilih tema-tema buku yang masih relevan untuk dibaca di kemudian hari.

2. Tulis kebiasaan baik terkait buku-buku yang Anda simpan tersebut.

Prinsip yang saya pakai beberapa bulan terakhir ini adalah fokus pada satu buku. Artinya saya hanya menaruh 1 buku dalam proses baca di kamar. Saya fokus menyelesaikannya untuk dibaca. Begitu selesai, saya kembalikan ke almari kaca.

Saat berbenah kemarin, saya menyadari bahwa ada beberapa buku yang belum saya baca hingga selesai dan menumpuk di kamar. Setelah saya pertimbangkan ternyata saya kurang tertarik dengan bahasan buku sehingga wajar jika saya tidak menyelesaikan. Untuk buku-buku ini langsung saya decluttering saja.

3. Tulis berapa % buku yg sudah dibaca dari total buku yg Anda simpan (indikator selesai baca : sudah selesai membaca cermat semua halaman cover to cover).

Setelah proses decluttering, kurang lebih hanya 10% buku yang belum benar-benar selesai saya baca. Biasanya tipe buku kitab-kitab seperti tafsir quran, ensiklopedia hari kiamat, buku kedokteran yang tebal-tebal, dll. Buku ini semacam kamus yang dibuka jika dibutuhkan dan dibaca pun sesuai tema atau sub bab tertentu yang sedang ingin diketahui. Beluk terpikirkan untuk benar-benar menyelesaikan dari awal hingga akhir.

Sedangkan untuk buku-buku 'ringan', hanya 4 buku milik saya pribadi yang masih tersegel rapi. Beberapa buku milik suami ada yang belum terbaca dan saya pun agaknya tertarik untuk ikut membaca, namun dalam hal ini tidak saya masukkan sebagai daftar prosentase buku yang menjadi tanggung jawab saya untuk membaca.

Sunday 3 November 2019

Berbenah Pakaian

22:36 0 Comments


Selamaaat  Anda sudah memasuki tahap berbenah (PRAKTIK) kategori pertama di klaster pertama kita : pakaian.

Fyuh, akhirnya yang ditunggu-tunggu mulai juga. Tantangan pertama adalah pakaian dan ini termasuk zona paling saya tunggu-tunggu.

Yuk, ceritakan 2 tahapan proses berbenah Anda pada kategori pakaian ini, meliputi :

*Proses Decluttering*
1. Apakah Anda membuat sub-kategori pakaian yg Anda gunakan sehari-hari & hari khusus? jelaskan alasannya (jika iya kenapa dan sebutkan jenis subkategori yang dibuat, jika tidak juga kenapa).

Ya, dari dulu saya punya kategori pakaian-pakaian ini. Mulai dari pakaian di rumah, gamis keluar rumah sehari-hari, dan gamis pesta. Termasuk kategori pakaian lain seperti kerudung kain, kerudung langsung pakai, dalaman kerudung, pakaian dalam, kaos kaki, sarung tangan, mukena, jaket. Ada juga kategori yang disisihkan untuk saat ini seperti rok dan kemeja.

Begitu pula untuk baju suami dan anak. Ada kategori baju rumah dan pergi, celana rumah dan pergi, kemeja dan baju koko, pakaian dalam, dan asesoris.
Dengan membuat kategori ini memudahkan untuk mencari pakaian sesuai keperluan. Di samping itu baju ditumpuk sesuai kategori sehingga tidak terlalu tinggi dan terlihat lebih rapi.

2. Cek sepatu, tas, dan aksesoris Anda. Apakah semuanya sudah memiliki tempat? (jika belum, bagaimana cara Anda menyiasatinya)

Awalnya sepatu ditaruh di semacam rak bawah meja besar. Alhamdulillah di minggu ini sudah terealisasi membeli rak sepatu dan menatanya di situ.



Untuk tas yang sering dipakai sehari-hari biasanya digantung di semacam gantungan belakang pintu. Yang masih menjadi tantangan adalah tas-tas besar yang biasa dipakai bepergian. Untuk saat ini ditaruh di salah satu space kosong dengan sistem tas kecil di dalam tas besar.

Untuk aksesoris yang lain adalah topi suami dan anak-anak. Solusinya dengan digantung di dinding dengan gantungan baju.

3. Kurangi jumlahnya jika berlebih (ceritakan proses mengurangi/tidak perlu mengurangi pakaian Anda disini kaitkan dengan prinsip RASA)

Saat menata sesuai barang-barangnya ini ternyata baru sadar bahwa terlalu banyak barang di kategori tertentu. Padahal yang sering dipakai hanya itu-itu saja. Solusinya di sini saya memakao metode 90/90 yaitu apakah benda ini dipakai 90 hari kemarin dan akan dipakai 90 hari kemudian. Jika ternyata tidak, saya menangguhkan barang tersebut.

Barang-barang ini ada yang otomatis didonasikan, tapi ada pula yang masih mengandung rasa sayang karena nilainya yang tinggi. Solusinya barang ini akan saya jual. Beberapa barang yang kemungkinan masih dipakai di acara insodental (seperti seragam keluarga besar, rok dan kemerja) masih saya simpan di kotak terpisah untuk mengantisipasi kalau-kalau di lain waktu tiba-tiba harus dikenakan.

Untuk barang yang masih saya simpan akan saya lakukan sistem rotasi sehingga barang-barang yang masih terpilih itu benar-benar memberi manfaat dan tidak terkesan hanya itu-itu saja yang dipakai.

*Proses Organizing*
1. Pastikan pakaian hasil decluttering yg telah disingkirkan (tidak disimpan), tetap dilipat dg baik, disisihkan utk donasi/jual/upcycle (buat batasan waktu kemana dan kapan melaksanakannya).

Pakaian hasil decluttering saya lipat dan saya masukkan trash bag. Ada kategori donasi yang seharusnya langsung didonasikan. Namun karena terbentur acara keluarga, maksimal saya menargetkan donasi di akhir tahun nanti.

Untuk kategori jual maksimal bulan ini sudah mulai promosi. Jikalau hingga akhir tahun tetap tidak terjual, akan saya ikhlaskan untuk ikut didonasikan.

Begitu pula dengan pakaian kategori upcycle. Saya rencanakan hingga bulan ini untuk mulai berkarya. Tapi jika ternyata tidak sempat maka langsung saya donasikan semua.

2. Lipat dan tata didalam lemari yg sudah disediakan, usahakan sudah fix. jika ada yg di luar lemari, kurangi hingga pas. Ceritakan gaya lipatan Anda dan bagaimana Anda menata serta menyesuaikan dengan prinsip RASA.

Insya Allah untuk pakaian yang masih dalam lemari sudah fix adalah pakaian yang memang benar-benar selalu dipakai. Berhubung lemari yang saya miliki bergaya konvensional, maka tenik melipat saya adalah dengan ditumpuk ke atas. Namun tips untuk menjaga kerapian saya berlakukan di sini dengan tidak menumpuk terlalu tinggi, artinya prinsip lagom ditentukan di sini.

Untuk barang-barang ukuran kecil saya lipat dan susun dengan metode berjajar. Hal ini dikarenakan untuk memanfaatkan space kosong di masing-masing baris sehingga tetap bermanfaat untuk menyimpan.


Wednesday 9 October 2019

Pilar Gemar Rapi — Bagian 2

22:37 0 Comments
Zero waste, reduce, plastic free


Bismillahirrahmanirrahim ...

Alhamdulillah sudah masuk materi ketiga. Di minggu ini kami kembali melanjutkan pilar gemar rapi bagian kedua yaitu pilar kelima hingga delapan. Seperti minggu sebelumnya, tugas materi tiga ini pun mengaji ulang tiap pilar gemar rapi.


Pilar Kelima: Personalized

Maksud dari pilar ini adalah setiap orang punya kebutuhan berbenahnya sendiri-sendiri. Jadi tak perlu membandingkan dengan orang lain, tapi bandingkan saja dirimu antara sebelum dan sesudah proses berbenah.

Apakah saya sudah memahami kebutuhan saya dan anggota keluarga dalam kepemilikan benda-benda di rumah?

Sedikit banyak sudah.

Kebutuhan saya saat ini adalah decluttering dan minim sampah. Saya ingin benar-benar menghisab barang-barang atas nama saya saat ini demi meringankan hisab di akhirat kelak.

Kebutuhan suami lebih ke menjaga kerapian dan tampak bersih. Suami memang belum tergerak untuk mengurangi barang-barangnya lagi, berhubung baru beberapa waktu lalu sudah mengurangi barang. Asal rapi dan bersih, sudah cukup untuk saat ini.

Sedangkan anak-anak lebih pada pengenalan tanggung jawab pada benda-benda milik sendiri. Si kakak sudah mulai paham mana barang miliknya dan di mana letaknya. Pun jika akan mengurangi barang si kakak sudah bisa memilih barang mana yang akan dia sedekahkan.


Pilar Keenam: Rasa

Rasa di sini sebenarnya adalah singkatan Rapi teratur, Aman nyaman, Sehat bersih, Alami berkelanjutan. Dalam konsep rasa dikenal istilah hygge yang berasal dari Denmark. Maknanya yaitu nyaman. Jadi hal paling penting adaah bagaimana agar konsep RASA ini menimbulkan rasa nyaman.

Kriteria hygge saya dan keluarga dalam memahai definisi nyaman antara lain: ada kebersamaan dengan anggota keluarga, semua berjalan damai dan tenang tanpa ada emosi, suasana rumah bersih dan rapi sedap dipandang mata, tidak ada suara-suara berisik atau bau-bauan menyengat, semua anggota keluarga sehat dan menikmati rizqi hari itu dengan baik, dan beberapa kriteria lagi yang mungkin belum kami gali.


Pilar Ketujuh: Safety dan Hygiene

Mudah dipahami tentunya bahwa pilar ini mengharapkan kami untuk aman dan sehat. Aman di sini baik dari segi kejahatan dari luar ataupun hal-hal yang membahayakan. Sehat di sini juga poin penting bahwa tidak hanya sekedar bersih secara fisik, tapi bagaimana agar juga bersih dari kuman.

Apakah kondisi rumah kami sudah sehat dan aman?

Sayangnya lebih ke arah belum.
Kondisi rumah dengan anak kecil kadang kala menjadi tantangan tersendiri untuk menyediakan waktu berbenah. Sekedar bersih secara kasat mata saja sudah alhamdulillah, syukur-syukur kalau waktunya lebih dan bisa menaikkan ke taraf sehat. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk membreak-down lagi spot-spot mana yang kurang sehat, pun agar saya mulai meluangkan waktu untuk 'menyehatkannya'.

Dari segi keamanan masih dalam batas normal. Sekalipun ada anak kecil usia 1 tahun memang menjadi tantangan tersendiri. Sebisa mungkin kami menjauhkan barang-barang yang memicu kotor, berantakan, atau justru mencelakakan. Meski memang belum bisa dikatakan 100% aman.


Pilar Kedelapan: Tidak Mencemari Lingkungan

Di pilar ini kita diminta untuk mengkaji ulang setiap benda dengan prinsip 8r/8i yaitu refuse, reduce, reuse, recycle, rehome, repurpose, replant, rot.

Apakah ada upaya keluarga kami agar hidup tidak mencemari lingkungan?

Ini masih menjadi PR terbesar saya karena sejauh ini saya masih sangat minim mempertimbangkan tentang 8r/8i. Alhamdulillah dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai ada aksi nyata seperti mengganti diapers dengan clodi, beralih dari pembalut sekali pakai ke pembalut kain, mengurangi tisu dengan lap handuk, mendonasikan baju, mengalihfungsikan baju tak layak menjadi lap. Namun masih perlu banyak ditingkatkan lagi agar makin banyak memberi manfaat pada lingkungan.


Nah, itu sedikit resume sekaligus jawaban task 3 minggu ini. Siap untuk ilmu baru lagi minggu depan....

Thursday 26 September 2019

Clutter? Yuk decluttering!

22:56 0 Comments


Materi pertama di kelas Gemar Rapi adalah tentang clutter. Apa itu clutter? Mudahnya, segala yang tak sedap dipandang, tak enak didengar, tak nyaman dirasa itulah clutter.

Segala clutter ini harus dibereskan alias dirapikan. Proses ini dinamakan decluttering. Nah, lewat Gemar Rapi inilah nanti kami diajak step by step merapikan semua clutter.

Setelah paham tentang konsep clutter, tugas pertama adalah mengidentifikasi apa saja clutter di rumah masing-masing. Tentunya dengan mengidentifikasi maka kita jadi tahu bagian-bagian mana yang akan di-decluttering. Namun prinsip decluttering ini memakai prinsip berlaku untuk barang milik sendiri. Karena bagaimana pun hak untuk merawat atau bahkan membuang barang tentu saja harus seizin dari yang punya. Berhubung saya tinggal dengan mertua maka ada spot-spot tertentu yang sebenarnya bukan bagian saya.

Clutter yang saya identifikasi mulai dari kamar yaitu baju-baju di almari, khususnya baju anak-anak. Berhubung suka pilih baju sendiri, risikonya penataan baju jadi terkesan tidak rapi.
Di sisi atas almari juga masih menjadi clutter karena seolah menjadi space untuk meletakkan segalanya. Ada buku yang masih dalam proses baca di situ, ada laptop dan chargernya, ada topi dan asesoris, kertas-kertas dll. Menurut saya ini clutter paling wow di sudut kamar.

Beranjak keluar, di ruang tamu yang sekaligus jadi ruang keluarga adalah meja besar yang berisi segala toples-toples makanan. Ini bukan milik saya. Tapi mungkin bisa saya rapikan saja.

Ruang keluarga yang sesungguhnya beralih fungsi jadi 'ruang galon' karena menyetok galon 10 biji. Awalnya karena dengan mendaftar jadi agen maka harga lebih miring. Hanya saja memang negatifnya menjadi clutter dan galon pun memakan ruang tersendiri. Mungkin nantinya perlu dicarikan 'rumah' galon dulu.
Ditambah lagi akhirnya mainan anak yang berukuran besar seperti sepeda atau mobil ikut parkir di situ. 
Pun buku-buku dagangan dan stok-stok apapun ikut teronggok di tempat ini. Tak nyaman sebenarnya, tapi memang beberapa bukan ranah saya.

Di dapur, tak banyak yang bisa saya otak-atik. Hampir 100% barang di sana bukan milik saya.

Di ruang kerja suami, cukup clutter juga. Karena beberapa bulan yang lalu sedang ada renovasi di dapur dan kamar mandi, jadilah barang-barang dapur masih berantakan dan sebagian masuk ke ruang kerja. Sayangnya belum sempat untuk ditata ulang. Mungkin nanti bisa dikerahkan untuk menata bersama, biar masing-masing ruang kembali sesuai fungsinya.

Terakhir kamar tidur tamu yang beralih fungsi jadi tempat persembunyian. Baju-baju yang sudah niat dishodaqohkan sejak tahun lalu masih teronggok di situ. Kado-kado, baju-baju yang sengaja disimpan untuk next generation, 'koleksi' tas, dan apapun yang tak terpakai tapi masih belum dieksekusi semua masuk di kamar ini. Sekalipun masih bisa ditempati, tapi kamar ini kesannya penuh. Mungkin memang harus segera dieksekusi agar terkesan lapang dan bukan jadi clutter lagi.

Kesannya sepele memang, atau mungkin dianggap biasa karena memang sudah begitu dari dulunya. Tapi sebenarnya clutter ini memang mengganggu.
Suami misalnya, ketika harus menerima tamu dan biasa dijamu di ruang kerja (kantor) terpaksa di ruang teras karena ruang kerjanya penuh barang rumah tangga.
Pun ketika ada acara keluarga yang harus menggunakan ruang keluarga, terpaksa galon-galon yang di sana pun dipindahkan dulu tempatnya.

Harapannya dengan nanti semua sudah memiliki tempatnya, maka rumah menjadi lebih rapi. Semua berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada kerepotan-kerepotan ini itu karena moment-moment tertentu. Setidaknya dari decluttering barang milik saya, perlahan akan sedap dipandang pula untuk spot-spot lainnya.

Apakah terkesan mulul-muluk? Tidak, sewajarnya saja.

Bukan karena trend atau apa. Hanya saja memikirkan hisab kelak di akhirat itu cukup menjadi pengingat juga. Ketika semua barang menumpuk di rumah dan itu semua atas nama kita, bukankah akan lama waktu yang dipakai untuk menghisab barang itu satu per satu.

Sebaliknya jika barang-barang itu ada yang berpindah tangan barangkali di akhirat nanti barang-barang itu justru kembali datang pada kita dan menambah timbangam pahala sedekah kita.
Wallahua'lam...

Sunday 22 September 2019

Gemar Rapi, Menata Diri Menata Negeri

09:29 0 Comments


Bismillahirrahmanirrahim...

Minggu ini saya mulai mengikuti kelas gemar rapi. Adakah yang pernah mendengar tentang komunitas ini?

Gemar rapi adalah komunitas berbenah yang terinspirasi dari metode berbenah ala Jepang yaitu konmari. Awalnya komunitas ini pun bernama Konmari Indonesia. Tapi nyatanya berbenah ala Jepang belum tentu cocok diaplikasikan di Indonesia. Jadilah komunitas ini bertransformasi menjadi Gemar Rapi, komunitas berbenah yang memakai tagline menata diri menata negeri.

Memangnya saya suka berbenah? 
Yah, walaupun kualitas berbenah saya sekedar dalam batas normal, tapi melihat rumah yang rapi itu rasanya sungguh menyenangkan.

Pernah suatu ketika saya berkunjung ke rumah saudara. Karena anak saya ngantuk dan tertidur, saya dipersilakan untuk menidurkan anak di salah satu kamar. Begitu saya masuk, masya Allah rapinya bukan main. Tempat tidur tertata rapi dengan bantal, guling, selimut ditumpuk di sudutnya. Buku-buku pelajaran sekolah anaknya pun tersusun rapi. Tas-tas ada tempatnya sendiri. Mainan anaknya juga ada space tersendiri di pojok kamar. Bahkan baju-baju yang tergantung pun tetap sedap dipandang.

Lalu saya berpikir, nggak mungkin ini kalau baru saja dibersihkan total satu kamar. Pasti ada habit yang sudah tertata sedemikian lama sehingga seluruh sudut kamar tampat tertata. 

Saya pun merefleksikan diri saya. Ah, betapa banyak hal yang bisa saya tata sebenarnya. Betapa kamar dan rumah saya jadi terlihat sangat berantakan jika dibandingkan punya saudara.

Maka saya pun memutuskan mulai berbenah sejak itu. Namun saya tergelitik untuk tahu ilmunya. Biar berbenah saya bukan sekedar aktivitas insidental, lalu kembali berantakan lagi dan harus berbenah lagi. Saya ingin jiwa rapi itu pun menjadi habit baru dalam diri. Maka saya memilih untuk ikut join komunitas gemar rapi.

Sayangnya batch pertama sudah berjalan waktu itu, dan pembukaan sesi berikutnya belum dimulai. Ketika akhirnya ada info pembukaan batch kedua, saya buru-buru menyalakan notifikasi demi agar tidak ketinggalan berita.

Saat berhasil mendaftar pun aura semangat berbenah sudah mulai terasa. Siapa sangka sejak awal bulan ini saya sudah mulai berbenah 'lagi'. Padahal kelas baru dibuka di minggu ketiga. 

Beberapa sudut kamar sudah dieksekusi. Memang hanya berbenah kecil. Belum sampai merombak total isi kamar atau rumah. Ya, sedikit demi sedikit saja. Tapi yang sedikit begini saja sudah sangat berasa dampaknya.

Rasanya tak sabar untuk mulai belajar di minggu-minggu berikutnya. Semoga saya bisa benar-benar mengaplikasikan ilmu yang didapat nanti. Dan semoga benar-benar seperti tagline gemar rapi, mulai dari menata diri, maka akan menata negeri. Insya Allah

Saturday 7 September 2019

Bebas

15:25 0 Comments


Seseorang yang merasa terkekang dalam hidupnya terbersit sebuah pikiran, "Alangkah indahnya hidup bebas". Segala hal yang berbau bebas memang terkesan menyenangkan. Kebebasan finansial contohnya, atau kebebasan berpendapat misalnya. Rasanya seseorang dengan finansial yang bebas sudah lepas dari belenggu permainan uang dan terkesan menyenangkan.

Nyatanya tidak semua yang diberi kebebasan itu berdampak sebuah kesenangan. Ada kalanya bebas itu justru membingungkan. Tak jarang pula bebas justru menjadi sesuatu yang tak mengenakkan.

Misalkan ketika akan menentukan sebuah pilihan. Ketika beberapa pilihan ditawarkan lalu muncul jawaban bebas alias terserah, mungkin justru menjadi buah simalakama tersendiri. Ada rasa khawatir jika nanti yang dipilih ternyata tidak sesuai hati. Tentu akan lebih pasti andai langsung saja menjawab pilih A atau B.

Bahkan boleh jadi bebas justru menyiksa. Seorang narapidana yang bertahun-tahun hidup di lingkungan penjara terkadang justru mengalami shock culture ketika bisa menghirup udara bebas. Biasanya hidup sudah diatur, makan tersedia, rutinitas begitu-begitu saja, lantas harus keluar dari balik jeruji dan menentukan nasib sendiri dengan sebebas-bebasnya. Hingga ada perkara yang muncul kembali justru karena merasa terlanjur nyaman dengan ikatan pidana.

Begitu juga ketika harus menuliskan sesuatu atau menciptakan sebuah karya. Tema bebas bisa menjadi pisau bermata dua. Bagi sebagian orang terasa menyenangkan, tapi bagi sebagian yang lain tema ini justru lebih menyiksa.

Masalahnya ada di ide. Bagaimana kita bisa menangkap ide untuk menghasilkan karya. Apa yang terlintas di pikiran, itu saja yang dituliskan. Bingung? Tulis saja kalau sedang bingung. Terpikir naskah, tulis saja tentang sulitnya membuat naskah. Begitu seterusnya hingga tanpa sadar kita sudah menjawab tema itu sendiri.

Masa cuma begitu? Tak masalah, karena tak ada yang salah dengan apapun yang tercipta. Bukankah ini bebas?

Wednesday 3 July 2019

Make Up Bukti Cinta

03:38 0 Comments


Duluuu sekali saat masih awal-awal menikah dan masih hitungan bulan kenal sama gincu, saya mendapat sebuah broadcast reminder yang salah satu isinya menyentil pemakaian make up bagi muslimah.

Kurang lebih intinya jika kecantikan seorang istri dinikmati laki-laki lain maka haram hukumnya. Di situ lebih-lebih lagi, kalau si istri ngeyel malah dandan tiap mau pergi, yang ada suami juga ikut kena dosanya karena membiarkan istrinya. Karena masih pengantin baru dan kadar cinta saya lagi maksimal-maksimalnya (eh, sekarang juga tetep ding 😛) saya pun ga rela kalau suami kena dosa gara-gara saya.

Maka, saya pensiunkan itu semua make up yang bahkan baru kenal menjelang nikah. Boro-boro sudah habis, kepakai separo aja belum. Lagi-lagi saya beralih ke yang alami, minyak zaitun everywhere.

Eh, baru jalan 1-2 minggu suami ternyata suami menyadari perubahan yang dilakukan si istri.
"Kok mukanya jadi berminyak?"
Ya gimana nggak berminyak, wong memang dioles minyak zaitun. Maka saya beberkan alasannya dan suami pun berkata, "Balik seperti biasanya aja ga papa, kan termasuk menyenangkan hati suami."

Wuidih, okelah kalau begitu kata saya.

Hingga ramadhan beberapa tahun lalu saya kembali kesambet masalah permake-upan ini. Waktu itu sudah mulai branding bisnis fashion Addina dan mulai terketuk-ketuk ini hati. Gini amat ya mau jualan hijab sama gamis aja. Terlebih lagi saat itu saya sedang dapat amanah kerja di tempat yang interaksi ikhtilatnya luar biasa. Yang bikin makin pikir-pikir dan kembali nyeletuk lagi

"Perlu ganti style ga ya?" tanya saya.
"Ganti style gimana?" Tanya suami yang ga paham kenapa lagi ini istrinya.
"Ya kalik terlalu berlebihan. Mau pakai gamis yang biasa-biasa aja gitu. Trus ga usah make up-make up aja." Mulai parno gitu kayaknya.
Eh jawaban suami langsung bikin buyar, "Lha emang gamis yang sekarang masih kurang sederhana? Ini juga sudah biasa-biasa aja kok. Make upnya juga sudah wajar, ga menor, ga berlebihan. Udah bagus kayak gitu, ga usah ganti-ganti style."
Langsung deh diam seribu bahasa.

Pernah juga entah kena angin dari mana si istri ini tiba-tiba nyletuk, "Kalau aku pakai cadar gimana?"
Yang bikin suaminya kaget, berasa ini istri kesambet apa.

Walaupun akhirnya beberapa waktu kemudian suami berkata, "Aku sih seneng-seneng aja kalau mau pakai cadar, tapi nanti keluarga yang geger semua"
Yang ujung-ujungnya hanya membuat kami tertawa.


Iya ini bukan mau sok-sokan sih, atau mungkin karena males-malesan dandan.
Jauh dari itu, kerempongan istri ini mungkin sebatas sebuah niat kecil dalam hati. Bahwa ia ingin berbakti, menjadikan dirinya hanya milik suami semata. Tanpa maksud berlebihan, hanya demi menyenangkan hati suami.

Tapi semua kembali ke kalimat sakti ini, "aku ridha".
Kalau suami sudah ridha, istri bisa apa?

Tuesday 7 May 2019

Silent Please

23:44 0 Comments

Pernah merasa risih dengan seseorang yang hobi sekali memberikan komentar pada semua hal?

Entahlah, orang zaman sekarang senang sekali untuk speak up. Sedikit-sedikit unjuk bicara, sedikit-sedikit membuka suara.

Mungkin dalihnya demi mengeluarkan hak 20.000 kata per hari. Hingga kita sebagai pendengar diharap untuk memaklumi. Tapi apakah pengeluaran kata itu harus dalam wujud komentar yang kadang tak berarti?

Kalau komentar itu baik, tidak masalah. Kadang kala komentar itu justru awal mula menoreh luka. Sekalipun si pembuat komentar tak pernah bermaksud menggoreskannya.

Ambil contoh misalnya seorang ibu mengomentari seorang anak yang terlihat kurus kering. Mungkin sekedar bertanya "Kurus sekali, susah makannya ya". Hanya saja, tidakkah ada kata-kata yang lebih baik jika bertemu anak itu dibandingkan sekedar mengomentari dan memberikan judgement kurus tak mau makan?

Di sini sepertinya memang perlu mengolah perbendahaan kata. Tapi asal tahu prinsip berkata yang baik atau diam, setidaknya bisa mengerem mana-mana yang perlu untuk dikomentari dan mana yang cukup didiamkan.

Yah, semoga saja lisan kita terjaga dari 20.000 kata yang meluncur dengan sendirinya. Karena kita tentu tak boleh lupa bahwa lidah tetaplah menjadi satu organ yang kelak akan dihisab diminta pertanggungjawabannya.

Monday 6 May 2019

Hoax Everywhere

23:02 0 Comments
Kebohongan menjadi kebenaran


Awalnya saya berniat membuat sebuah artikel untuk mengisi blog baru saya. Ide itu muncul ketika membaca sebuah hadits.

"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri" (H.R. Muslim).

Berhubung blog sebelah memang saya niatkan untuk ajang teoritis, saya berniat meninjau hadits tersebut sesuai dengan ilmu yang saya miliki, yaitu tentang kedokteran.

Maka saya pun berselancar di dunia maya untuk mencari data-data. Tapi, apa yang saya dapat? Puluhan artikel yang muncul di pencarian mbah google rata-rata hoax semata.

Banyak yang menuliskan bahaya minum sambil berdiri, atau sebaliknya tentang manfaat minum sambil duduk. Sayangnya tinjauan yang dipakai seolah-olah dari sudut pandang medis itu sama sekali belum pernah saya dapat saat kuliah. Beberapa malah terkesan tidak masuk akal.

Alih-alih membuat artikel tentang hadits di atas, saya justru lagi-lagi bercuap-cuap di sini. Ada sedikit keresahan di hati, ah kenapa zaman sekarang banyak orang yang merasa menjadi ahli.

Beberapa artikel ditulis seolah-olah penulisnya paham betul tentang dunia kesehatan. Bahkan tak jarang dijumpai blog-blog dengan niche kesehatan tapi kurang tahu tentang background kesehatannya.

Bukannya saya sok tahu karena punya background sebagai seorang dokter. Hanya saja beberapa artikel kesehatan itu tidak terbukti secara ilmiah. Beberapa hanya getok tular, saling copy paste hingga ditemukan sudah menyebar luas di dunia maya.

Yang lebih miris adalah ketika dalil shahih yang dipakai di awal disandingkan dengan teori-teori yang belum bisa dipertanggungjawabkan. Ketika orang menjadi skeptis dengan artikel tersebut lantas dikhawatirkan muncul skeptis pula pada hadits yang menjadi dalilnya.

Semoga saja tidak. Semoga saja orang masih bisa berakal sehat melihat mana yang hoax dan mana yang nyata. Bukan sekedar percaya karena sudah banyak yang menyatakannya. Karena tak bisa dipungkiri di zaman ini sebuah kebohongan yang disampaikan berulang-ulang bisa diyakini menjadi sebuah kebenaran.

Na'udzubillah

Sunday 5 May 2019

Quranmu Berdebu

21:02 0 Comments


Marhaban ya ramadhan ....
Orang bilang bulan ini adalah bulannya alquran. Di bulan ini pertama kalinya ayat alquran diturunkan.

Di bulan ini orang berlomba-lomba mengkhatamkan alquran. Masjid yang sunyi mendadak riuh dengan lantunan ayat suci. Mushaf yang berjajar rapi di almari tetiba berhamparan di meja-meja, terbaca.

Euforia kah? Atau berkah kah?

Sedang di beberapa bulan yang lalu, quran itu bergeming. Bahkan hingga berdebu.

Terkadang orang lupa dengan keberadaanya, dengan surat cinta yang sudah Dia titipkan tapi diacuhkan begitu saja. Ah, dengan tidak terbacanya surat cinta itu apakah tertolak mentah-mentah juga cinta-Nya?

Ibaratnya seperti orang yang mendapat cinta sejati. Sang pengagum memberikan surat cinta. Sayangnya orang yang dikagumi tak tahu bahwa orang itu mengaguminya. Mengapa? Karena surat cintanya tak dibaca.

Begitukah pula kita dengan-Nya?

Kita tak paham bahwa Ia mencintai kita karena tak membaca surat cintanya. Dan karena tak tahu bahwa Ia cinta maka kita tak pernah benar-benar mencintainya.

Na'udzubillah ...

Semoga dengan terbukanya lembar-lembar cinta itu di bulan ini menjadi salah satu pembuktian cinta. Bahwa kita cinta Dia. Dan kita akan tahu bahwa Dia benar-benar mencintai hamba-Nya.

Monday 18 March 2019

NHW#7 Rejeki Pasti, Kemuliaan Kita Cari

10:46 0 Comments


Bismillahirrahmanirrahim ....
Di NHW kali ini saya diminta untuk menemukan bakat lewat tools yang sudah tersedia. Awalnya saya sudah pernah mencoba tes temu bakat. Namun setelah kuliah umum dengan Abah Rama, saya mempelajari terlebih dahulu tentang bakat-bakat itu lewat panduan ST30 dan pandu 45. Saya akui, barangkali aktivitas kegiatan saya memang kurang beragam sehingga ketertarikan pada aktivitas lain mungkin tidak muncul. Tapi setelah membaca 114 kegiatan yang dipaparkan Abah Rama, saya mulai bisa memetakan mana ketertarikan saya. Untuk memastikannya, saya coba lagi mengisi kuesioner di temubakat.com. Dan ini lah hasil ST30 saya.


Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa bakat utama (warna merah) dan bakat (warna kuning) saya sudah cukup konsisten. Bakat utama saya yang jumlahnya ada 7 terletak di networking (N), servicing (S), elementary (E), thinking (T), dan generating idea (Gi). Secara konsisten pula saya tidak berbakat plus bukan bakat utama saya di bagian headman (H), technical (Te), dan reasoning (R). Terbukti di peran-peran itu warna saya serba hitam, abu-abu, atau paling mentok berwarna putih.
Menurut cara pembacaan ST30 yang dipaparkan Abah Rama, hasil ini bisa memiliki 3 makna yaitu interpersonal vs individual, otak kanan vs otak kiri, serta rasa, cipta, karsa.

Dari gambar di samping, 5 dari 7 bakat utama saya masuk dalam kategori interpersonal. Artinya saya lebih memiliki potensi secara interpersonal dibandingkan individual. Hal ini saya konfirmasi dengan bagan yang kemarin sempat disampaikan Teh Elma dalam kuliah umum tentang Me Time. Saya menyadari ternyata me time saya yang bermakna dan bisa menge-charge kembali diri saya justru ketika saya berbaur dengan orang lain. Dibandingkan diberi kesempatan satu jam ke salon, saya lebih merasakan dampak kebahagiaan ketika diberi waktu yang sama untuk mengisi sebuah workshop misalnya. Agaknya pemetaan ini sudah sesuai, tinggal saya maksimalkan lagi untuk memperbanyak bekerja sama dengan orang lain dan juga melayani orang lain. Karena di poin inilah bakat peran saya plus di sini pulalah saya merasa bahagia.

Dari sisi otak kiri vs otak kanan, menurut gambar di samping saya lebih dominan otak kanan karena 6 dari 7 bakat utama saya masuk di pengelompokan otak kanan. Wallahua'lam terkait hal ini saya belum mampu untuk mengkonfirmasi dan sepertinya tidak terlalu signifikan bagi saya apakah akan berpengaruh jika saya tahu saya dominan otak kanan atau otak kiri. Walaupun mungkin jika mengingat masa kuliah dulu saya memang cenderung memakai cara-cara otak kanan dalam belajar dibandingkan cara otak kiri, seperti belajar sambil mendengar lagu atau belajar sambil mewarnai dll. Barangkali dari sini sudah cukup untuk mengkonfirmasi.

Terakhir adalah cara baca ST30 berdasarkan kelompok cipta, rasa, atau karsa. Jika dilihat dari pengelompokan di samping maka saya termasuk kelompok rasa karena 5 dari 7 bakat utama saya masuk kategori ini. Jika dikonfirmasi, barangkali memang cukup tepat karena dalam kehidupan sehari-hari pun saya memang sering memperhatikan aspek psikologis dll. Meskipun saya juga punya 1 bakat utama cipta yaitu creator dan 1 bakat utama karsa yaitu journalist, namun ranah rasa memang lebih dominan bahkan ikut mempengaruhi aktivitas peran sebagai creator dan journalist.

Untuk mengkonfirmasi secara keseluruhan bakat utama, bakat, bukan bakat, dan bukan bakat utama digunakan tabel aktivitas suka dan bisa. Hampir mirip pula dengan bagan kuadran minat dan bakat. Kurang lebih kedua bagan ini bisa dijadikan satu.

Bakat
Bukan bakat
Minat
Enjoy, easy, excellent, earn
Enjoy, easy, excellent
Kekuatan
Hobi
Memeriksa pasien, ikut kegiatan bakti sosial, menjadi pembicara, memotivasi orang, mendengarkan curhat, menulis
Jalan-jalan,  membuat kreasi masakan, menata rumah
Bukan minat
Easy, excellent, earn
-
Kemampuan
Sia-sia waktu
Membuat penelitian, menjadi admin, mengurusi keuangan, berjualan
Membetulkan barang, membuat craft, bercocok tanam, memelihara hewan
Produktif
Tidak produktif

Monday 11 March 2019

NHW#6 Menjadi Manager Keluarga Handal

10:32 0 Comments


Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, selama 6 minggu mengikuti matrikulasi, tugas ke-6 ini adalah tugas paling mudah bagi saya hehe. Mengapa mudah? Karena tidak sadar saya sudah diajarkan untuk mengandangkan waktu sejak zaman SD oleh ibu saya. Hanya saja kandang waktunya tentu berbeda. Seingat saya dulu, saya punya jam dimana saya bebas bermain dengan tetangga, tapi begitu menjelang magrib harus pulang. Pun saya punya waktu untuk belajar mengerjakan PR dan aktivitas rutin jam berapa saya harus bangun dan sebagainya. Jadwal rutin itu ternyata masih mewarnai saya hingga saat ini. Saat kuliah, saya terbantu dengan kandang waktu ini sehingga tetap bisa aktif di banyak organisasi. Setelah menikah pun saya memainkan kandang waktu dengan suami, dengan pilihan-pilihan aktivitas yang kami sepakati. Jadi di NHW ini syukurlah saya tinggal mereview kandang waktu saya lagi.

Tuliskan 3 akvitas paling penting dan 3 aktivitas paling tidak penting
Aktivitas Penting
  • Jaga klinik
Saya akui urusan jaga klinik masih menjadi aktivitas penting saya sebagai dokter. Bahkan jika ada tawaran untuk menggantikan jaga di luar jadwal tetap saya biasanya tergerak untuk mengeksekusinya. Tentunya untuk jadwal-jadwal insidental ini sudah sesuai izin suami dan sudah terfasilitasi alokasi waktu yang terpakai dengan segala konsekuensinya. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada kendala.
  • Talaqi hafalan anak
Sehubungan dengan anak pertama yang mulai saya delegasikan ke sekolah tahfidz balita, sebagai orang tua saya diminta untuk murojaah hafalan yang sudah didapat di sekolah. Senada juga dengan pertanyaan di NHW#2 saat saya bertanya ke anak, "Mami baik atau nggak?" Dan ternyata menurut anak pertama saya sudah baik karena mau mengaji dengannya. Berarti di sini dia senang jika saya mau meluangkan waktu mengaji bersama.
  • Menulis
Karena saya ingin mengambil peran hidup sebagai penulis, maka aktivitas menulis harus menjadi aktivitas penting saya. Semenjak punya anak, kegiatan ini hampir tidak saya lakukan dengan serius. Hanya semaunya saja, sesempatnya jika ada sisa waktu. Hampir tidak ada karya sama sekali dalam 3 tahun ini. Seiring resolusi 2019 untuk menajamkan pena kembali untuk mencetak karya, maka aktivitas menulis masuk dalam aktivitas penting.
Aktivitas Tidak Penting
  • Tidur terlalu lama
Aktivitas ini disponsori oleh anak-anak. Dengan dalih ngobrol sambil dongeng atau membacakan buku sebagai pengantar tidur siang si kakak, saya pun ikutan tidur sampai sore. Begitu juga menidurkan dua bocah selepas isya, tak jarang saya ikutan bablas. Alhasil waktu dalam sehari habis cuma buat tidur. Bisa sampai 10 jam sendiri. Astagfirullah ....
  • Melihat ig story
Alasannya karena ig story seru dan cuma ada 24 jam, lalu penasaran buat mengikuti story karena takut keburu hilang. Padahal kalau dipikir-pikir tidak terlalu penting buat saya juga kalau ketinggalan story dari teman-teman atau tokoh yang saya ikuti. Sepertinya aktivitas ini memang perlu ditiadakan.
  • Blogwalking
Dengan dalih belajar terkadang saya keasyikan browsing sana-sini. Misalnya di NHW kemarin ketika mencari info tentang desain pembelajaran, keasyikan browsing saat anak-anak tidur tak tahunya sudah masuk waktu ashar. Sebenarnya perlu karena salah satu sarana mencari ilmu, cuma mungkin bisa diperketat waktunya agar bisa lebih memaksimalkan aktivitas lain yang lebih bermanfaat.

Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
Syukurnya masih dominan aktivitas penting, walaupun hampir imbang. Karena biasanya saya blogwalking atau melihat ig story saat anak tidur tetapi saya tidak tidur. Kalaupun saya ikut tertidur, otomatis saya tidak sempat membuka HP untuk kedua kegiatan itu. Hanya saja tantangannya kali ini adalah mengurangi jam tidur tetapi juga tidak dipakai untuk memegang HP melainkan untuk memaksimalkan aktivitas penting. Insya Allah ....

Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.
Aktivitas jaga klinik, talaqy, dan menulis alhamdulillah sesuai dengan peran hidup saya di NHW sebelumnya yaitu menjadi istri dan ibu yang juga sebagai dokter dan penulis. Bismillah, berarti inilah yang akan menjadi aktivitas dinamis saya. Untuk jaga klinik sesuai jadwal jaga saya yaitu dari jam 08.30 s.d. 12.00. Kemudian sepulang dari klinik saya akan membersamai anak yang juga baru pulang sekolah dan memaksimalkan aktivitas bersama sambil talaqy quran sampai menjelang tidur malamnya kira-kira jam 20.00. Untuk aktivitas dinamis menulis saya luangkan di jam yang sama dengan jadwal jaga klinik karena tidak tiap hari saya jaga. Maka, aktivitas dinamis saya dimulai dari jam 08.30 hinga 20.00 setiap harinya. Bismillah ....

Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time
Di poin ini saya tersadar, ternyata aktivitas rutin saya tidak banyak. Berhubung saya tinggal dengan mertua, beberapa aktivitas domestik sudah diambil alih oleh ibu mertua, seperti memasak, menyapu halaman, menyiram tanaman, memberi makan hewan peliharaan, membuang sampah, atau mengangkat jemuran. Alhamdulillah .... Aktivitas rutin saya cuma menyapu rumah, mengepel, mencuci sekaligus menjemur baju, menyetrika baju, menyiapkan bekal sekolah dan membuat mpasi untuk anak yang kecil. Beberapa aktivitas pun tidak saya lakukan setiap hari. Misal hari ini saya menyetrika, maka saya tidak mencuci baju. Mengepel pun hanya 3 kali seminggu, di hari saat saya tidak jaga klinik. Ternyata cukup membuat saya tetap bahagia. Untuk alokasi waktunya mulai dari bangun tidur khususnya jam 06.00 sampai 08.30. Cut off time-nya insya Allah konsisten di jam 8.30. Karena selesai atau tidak selesai urusan domestik, jam itu saya harus berangkat jaga klinik. Kalau tidak jelas saya akan terlambat. Jadi insya Allah cukup mudah untuk patuh di cut off time-nya.

Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda
Insya Allah .... Untuk agenda harian ini cukup konsisten. Untuk agenda-agenda tak terencana biasanya dinegosiasian untuk diluangkan di waktu week end.

Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan
Kandang Waktu
Peran
Judul
Waktu
Kegiatan
Aktivitas rutin
As moslem
Prayer time
04.00 - 06.00
Bangun tidur, tahajud, subuh, tilawah 1 juz dengan suami
As wife
Domestic time
06.00 - 08.30
Cuci/setrika baju, menyapu, mengepel, menyiakan bekal + mpasi, menyuapi anak, memandikan anak, mandi, sarapan
Aktivitas dinamis
As doctor and writer
Productive time
08.30 - 12.00
Jaga klinik, menulis naskah
As mother
Playing and talaqy time
12.00 - 13.00
Ishoma
13.00 - 16.00
Komunikasi dengan anak, mendongeng, baca buku, tidur siang
16.00 - 17.00
Ashar, mandi sore, makan sore adik
17.00 - 18.00
Bermain, mengaji
18.00 - 20.00
Magrib, makan malam, isya, menidurkan anak
Aktivitas bebas
As me
Me time
20.00 - 22.00
Baca buku, buka hp, ngobrol dengan suami, tidur


Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?
Insya Allah jadwal ini sudah biasa dilakukan. Yang perlu diamati untuk minggu ini adalah apakah bisa mengerem untuk tidak terlalu banyak tidur. Lalu karena tidak ketiduran mudah-mudahan bisa memaksimalkan me time dengan suami, dan juga memanfaatikan waktu produktif saat tidak jaga klinik untuk menulis naskah dan bukannya justru membuka ig story atau blogwalking. Insya Allah ....