Follow Us @soratemplates

Tuesday 7 May 2019

Silent Please

23:44 0 Comments

Pernah merasa risih dengan seseorang yang hobi sekali memberikan komentar pada semua hal?

Entahlah, orang zaman sekarang senang sekali untuk speak up. Sedikit-sedikit unjuk bicara, sedikit-sedikit membuka suara.

Mungkin dalihnya demi mengeluarkan hak 20.000 kata per hari. Hingga kita sebagai pendengar diharap untuk memaklumi. Tapi apakah pengeluaran kata itu harus dalam wujud komentar yang kadang tak berarti?

Kalau komentar itu baik, tidak masalah. Kadang kala komentar itu justru awal mula menoreh luka. Sekalipun si pembuat komentar tak pernah bermaksud menggoreskannya.

Ambil contoh misalnya seorang ibu mengomentari seorang anak yang terlihat kurus kering. Mungkin sekedar bertanya "Kurus sekali, susah makannya ya". Hanya saja, tidakkah ada kata-kata yang lebih baik jika bertemu anak itu dibandingkan sekedar mengomentari dan memberikan judgement kurus tak mau makan?

Di sini sepertinya memang perlu mengolah perbendahaan kata. Tapi asal tahu prinsip berkata yang baik atau diam, setidaknya bisa mengerem mana-mana yang perlu untuk dikomentari dan mana yang cukup didiamkan.

Yah, semoga saja lisan kita terjaga dari 20.000 kata yang meluncur dengan sendirinya. Karena kita tentu tak boleh lupa bahwa lidah tetaplah menjadi satu organ yang kelak akan dihisab diminta pertanggungjawabannya.

Monday 6 May 2019

Hoax Everywhere

23:02 0 Comments
Kebohongan menjadi kebenaran


Awalnya saya berniat membuat sebuah artikel untuk mengisi blog baru saya. Ide itu muncul ketika membaca sebuah hadits.

"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri" (H.R. Muslim).

Berhubung blog sebelah memang saya niatkan untuk ajang teoritis, saya berniat meninjau hadits tersebut sesuai dengan ilmu yang saya miliki, yaitu tentang kedokteran.

Maka saya pun berselancar di dunia maya untuk mencari data-data. Tapi, apa yang saya dapat? Puluhan artikel yang muncul di pencarian mbah google rata-rata hoax semata.

Banyak yang menuliskan bahaya minum sambil berdiri, atau sebaliknya tentang manfaat minum sambil duduk. Sayangnya tinjauan yang dipakai seolah-olah dari sudut pandang medis itu sama sekali belum pernah saya dapat saat kuliah. Beberapa malah terkesan tidak masuk akal.

Alih-alih membuat artikel tentang hadits di atas, saya justru lagi-lagi bercuap-cuap di sini. Ada sedikit keresahan di hati, ah kenapa zaman sekarang banyak orang yang merasa menjadi ahli.

Beberapa artikel ditulis seolah-olah penulisnya paham betul tentang dunia kesehatan. Bahkan tak jarang dijumpai blog-blog dengan niche kesehatan tapi kurang tahu tentang background kesehatannya.

Bukannya saya sok tahu karena punya background sebagai seorang dokter. Hanya saja beberapa artikel kesehatan itu tidak terbukti secara ilmiah. Beberapa hanya getok tular, saling copy paste hingga ditemukan sudah menyebar luas di dunia maya.

Yang lebih miris adalah ketika dalil shahih yang dipakai di awal disandingkan dengan teori-teori yang belum bisa dipertanggungjawabkan. Ketika orang menjadi skeptis dengan artikel tersebut lantas dikhawatirkan muncul skeptis pula pada hadits yang menjadi dalilnya.

Semoga saja tidak. Semoga saja orang masih bisa berakal sehat melihat mana yang hoax dan mana yang nyata. Bukan sekedar percaya karena sudah banyak yang menyatakannya. Karena tak bisa dipungkiri di zaman ini sebuah kebohongan yang disampaikan berulang-ulang bisa diyakini menjadi sebuah kebenaran.

Na'udzubillah

Sunday 5 May 2019

Quranmu Berdebu

21:02 0 Comments


Marhaban ya ramadhan ....
Orang bilang bulan ini adalah bulannya alquran. Di bulan ini pertama kalinya ayat alquran diturunkan.

Di bulan ini orang berlomba-lomba mengkhatamkan alquran. Masjid yang sunyi mendadak riuh dengan lantunan ayat suci. Mushaf yang berjajar rapi di almari tetiba berhamparan di meja-meja, terbaca.

Euforia kah? Atau berkah kah?

Sedang di beberapa bulan yang lalu, quran itu bergeming. Bahkan hingga berdebu.

Terkadang orang lupa dengan keberadaanya, dengan surat cinta yang sudah Dia titipkan tapi diacuhkan begitu saja. Ah, dengan tidak terbacanya surat cinta itu apakah tertolak mentah-mentah juga cinta-Nya?

Ibaratnya seperti orang yang mendapat cinta sejati. Sang pengagum memberikan surat cinta. Sayangnya orang yang dikagumi tak tahu bahwa orang itu mengaguminya. Mengapa? Karena surat cintanya tak dibaca.

Begitukah pula kita dengan-Nya?

Kita tak paham bahwa Ia mencintai kita karena tak membaca surat cintanya. Dan karena tak tahu bahwa Ia cinta maka kita tak pernah benar-benar mencintainya.

Na'udzubillah ...

Semoga dengan terbukanya lembar-lembar cinta itu di bulan ini menjadi salah satu pembuktian cinta. Bahwa kita cinta Dia. Dan kita akan tahu bahwa Dia benar-benar mencintai hamba-Nya.