Follow Us @soratemplates

Sunday, 10 July 2022

Sibuk

11:38 0 Comments

busy




“Mbak, baru sibuk apa?”

Pertanyaan itu tidak satu dua kali dilontarkan kepada saya. Entah sejak kuliah dulu, sampai sekarang berumah tangga dan memiliki beberapa anak, tetap saja pertanyaan itu menyapa saya. Rasanya saya sedikit bertanya, “Kok pertanyaannya begitu ya? Emang saya terkesan sibuk?” Ketika saya telaah ulang, ternyata image sibuk memang tidak jauh-jauh dari diri saya. 


Saya cukup takjub ketika diajak mengisi assesment bareng tim Mommenkeu beberapa waktu lalu. Test itu untuk menilai apa sih motivasi terbesar seseorang dalam melakukan sesuatu. Ada yang memiliki motivasi terbesar karena uang, ingin berkomunikasi, ingin berbuat baik dll. Ada sekitar seratus motivasi yang dihimpun oleh tim pembuat assesment itu. Ternyata, hasil motivasi tertinggi saya adalah ‘aktif’, yang mana poinnya cukup mendominasi.


Saya pun kemudian menyadari. Ketika sedang off kerja karena punya baby seperti sekarang pun, tetap saja saya tidak bisa diam. Ada aja yang dikerjakan di rumah. Entah bersih-bersih rumah, entah mengerjakan hal-hal yang sifatnya mubah yang sebenarnya bisa dikerjakan nanti aja atau malah ga usah dikerjakan juga ga papa, atau sempat-sempatnya ngelirik laptop atau kerjaan ranah publik. Sampai-sampai almarhumah ibu waktu itu berkata, “Leren o mbak, ojo kesel-kesel. Aku wae sing nyawang kesel”. Hehe… 


Waktu ibu bilang begitu, saya cukup merasa kaget juga. Masa sih yang ngliat capek? Padahal saya ga merasa capek lho. Jangankan capek, saya justru merasa bahagia semacam berhasil melakukan sesuatu yang produktif. Saya justru berpikir sebaliknya. Kalau cuma diam saja, sepertinya saya bakal mati gaya. 


Saat selebrasi Superkamp#2 yang diadakan Kampung Komunitas Ibu Profesional saya menemukan jawabannya. Seorang peserta bertanya pada Ibu Septi, “Ibu, bagaimana ibu bisa punya begitu banyak kegiatan, seakan tidak pernah capek dan punya banyak energi?”


Ibu pun menjawab, “Waktu itu Pak Dodik berkata pada Bu Septi, ‘Kamu ga bisa kalau cuma diam begini. Kamu harus punya banyak kegiatan. Semakin kamu punya banyak aktivitas, semakin banyak kamu bisa beristirahat’”.


Aih, that’s true. Itu terjadi pada saya. 

Kalau dengan sibuk justru membuat kita lebih bahagia, kenapa tidak?


Trus, gimana dong solusinya biar bisa sibuk tapi ga capek?

Kalau versi Bu Septi, beliau mengalokasikan waktunya setiap hari. Misal, setiap hari beliau menyediakan satu jam untuk Ibu Profesional, satu jam untuk Padepokan Margosari, begitu seterusnya. Ketika satu jam itu sudah berlalu, beliau komitmen untuk switch. Artinya masing-masing kegiatan memang ada alokasinya, ga bisa nambah. Dengan begitu beliau punya waktu untuk aktivitas lain. Kesannya jadi punya banyak aktivitas kan.


Lalu, bagaimana dengan istirahat beliau?

Ternyata, beliau menyediakan waktu satu hingga tiga jam setiap hari untuk jalan-jalan di alam. Nah, jalan-jalan inilah yang merecharge energi beliau. Artinya, beliau tidak melulu melakukan banyak aktivitas yang sifatnya sosial atau organisasi. Beliau juga menyediakan waktu untuk me time yang bisa menjadi ajang rileks atau istirahat itu sendiri.


Hm, menarik… Artinya, selagi kita bisa menyeimbangkan diri, tidak ada salahnya untuk bergerak aktif kan. Daripada waktunya terbuang sia-sia tanpa bisa dipertanggungjawabkan. Setuju?