Punya teman ngobrol itu asyik ya? Baru-baru ini saya menyadari hal itu. Bahkan buat orang introvert seperti saya, punya satu dua orang teman ngobrol yang nyambung itu sangat menyenangkan.
Beberapa waktu lalu saya mengobrol dengan seorang teman dekat. Awalnya kami hanya saling share link media sosial yang sekiranya relate dengan kondisi kami saat ini. Lalu obrolan pun mengalir. Apa yang rasanya kami sembunyikan satu sama lain karena tergerus dengan kesibukan masing-masing serta merta keluar begitu saja. Saya? Tentu saja ikut bercerita. Meski penyelesainnya belum langsung bisa dieksekusi, tapi saya lega.
Lalu malam ini terjadi lagi. Seorang teman yang berjumpa lewat sebuah komunitas tiba-tiba membagikan info tentang kepribadiannya. Wow, kami langsung nyambung seketika. Meski semula memang sudah sering bercerita, tapi obrolan malam ini berbeda. Rasanya seperti ada energi baru yang saya dapat. Ya, hanya karena ngobrol dan saling bercerita.
Kalau saya tarik garis benang merahnya, dari kedua teman saya tadi sama. Kami sama-sama saling menceritakan pengalaman kami masing-masing. Bahkan mungkin kami tidak betul-betul berniat mencari solusi dari apa yang kami alami. Murni cuma bercerita saja. Yah, kata orang kebutuhan wanita memang cukup cuma didengar saja.
Tapi, nyatanya tidak semua orang mau mendengar lho. Ada yang meski sudah megeluarkan uneg-uneg panjang lebar ternyata tidak mendapat feedback sesuai dengan apa yang diharapkan. Bukan karena solusinya tidak pas, tapi lebih ke chemistry atau cara penyampaiannya yang tidak masuk di hati.
Tentang kondisi yang klik di hati ini memang gampang-gampang susah. Dari kedua teman saya tadi, saya menangkap satu hal yaitu ketika saya dipahami. Teman saya yang pertama bisa-bisanya berkomentar, "Iya wajar soalnya MBTI-mu bla bla bla bla". Wow, sesuatu yang bahkan tidak saya duga bahwa dia mengingat hasil MBTI saya. Sudut pandangnya untuk berkomentar jadi lebih terasa cocok untuk saya dengarkan.
Begitu juga dengan teman kedua. Ketika dia tahu tipe mesin kecerdasan saya, dia bisa menimpali dengan tepat. Bahkan dia mengenal sosok yang punya mesin kecerdasan serupa dengan saya. Alhasil saya merasa seolah dirangkul, seakan dimengerti bahwa karakter saya memang seperti ini.
Well, mungkin poinnya adalah bahwa dalam komunikasi memang harus ada 'saling'. Saling mendengar, saling berbagi, dan saling memahami. Tentu saja, karena tanpa saling tak akan terjadi komunikasi ini.
Thanks for you two guys