Follow Us @soratemplates

Sunday, 29 April 2012

Singkat Tepat Untuk Sehat

21:50 2 Comments
(dimuat di Majalah Embun LAZiS Jawa Tengah edisi April 2012)
 
Bukan sesuatu yang mengherankan jika orang selalu memiliki hasrat untuk menyantap makanan. Keinginan untuk makan demi memenuhi kebutuhan energi memang tidak dapat dipungkiri. Kebutuhan ini sangat manusiawi dan memang harus dipenuhi. Rasulullah SAW bersabda,  “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” (H.R Bukhori). Salah satu hak ini adalah mendapatkan asupan nutrisi melalui makanan.

Rasulullah SAW memiliki cara unik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beliau berusaha memenuhi asupan makanan agar energinya terjaga, tetapi di lain sisi juga menjaga agar tidak sembarangan makan apa saja.

Selepas Subuh, Rasulullah SAW membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur sesendok madu asli. Kandungan gula yang terdapat dalam madu dapat menjadi sumber glukosa untuk cadangan energi. Namun bukan berarti Rasulullah SAW lantas mengonsumsi banyak glukosa, beliau hanya menambahkan satu sendok madu. Hal ini menandakan bahwa Rasulullah SAW juga menjaga agar tidak terjadi kelebihan gula. Sikap beliau ini didukung oleh pakar gizi yang mengatakan bahwa mengonsumsi glukosa sebagai energi yang terlalu banyak di pagi hari justru akan membuat tubuh malas dan mudah mengantuk.

Memasuki waktu dhuha, Rasulullah SAW selalu makan tujuh butir kurma. Beliau bersabda, "Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindung dari racun." (H.R Bukhori). Hal ini menandakan bahwa Rasulullah SAW memang memperhatikan makanan apa yang layak untuk dimakan. Beliau tidak hanya memilih makanan yang asal mengenyangkan, tetapi juga memperhatikan apakah makanan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat, lebih-lebih jika ternyata berguna untuk menangkal penyakit.

Menjelang sore hari, Rasulullah SAW mengonsumsi cuka dan minyak zaitun. Tentu bukan sekedar cuka dan minyak zaitun saja, melainkan dikonsumsi dengan makan pokok yaitu roti. Lagi-lagi sikap Rasulullah SAW ini dibenarkan oleh ahli gizi yang menyebutkan bahwa konsumsi karbohidrat memang sebaiknya difokuskan di siang hari. Karbohidrat yang tinggi tersebut diharapkan dapat segera mengganti energi yang telah dipakai sejak pagi sehingga dapat segera digunakan untuk beraktivitas kembali.

Di malam hari, menu utama Rasulullah SAW adalah sayur-sayuran. Menu ini merupakan pilihan yang tepat karena sayur tetap mengandung karbohidrat namun tidak dalam jumlah besar. Dengan mengonsumsi sayur di malam hari, artinya kita tidak akan menimbun terlalu banyak karbohidrat ketika tidur. Rasulullah SAW juga tidak pernah langsung tidur selepas makan malam. Beliau selalu beraktivitas terlebih dahulu sehingga makanan yang beliau makan tersebut telah dimanfaatkan sebagai energi.

Jika dilihat dari kebiasaan Rasulullah SAW di atas, akan kita dapati bahwa interval waktu antarmakan sangat sesuai untuk keadaan tubuh kita. Ketika perut sudah mulai lapar, jam makan berikutnya pun tiba. Antara ba’da subuh, dhuha, menjelang sore, dan malam hari tentu sangat cukup bagi tubuh untuk mendapatkan sumber energi.

Waktu makan dengan jarak yang singkat tersebut didukung pula dengan pemilihan menu yang tepat. Pemilihan makanan ini disesuaikan dengan aktivitas yang akan dilakukan sehingga seluruh makanan akan dimanfaatkan secara tepat. Itulah mengapa Rasulullah SAW memilih menu yang berbeda-beda untuk setiap waktu makannya.

Seperti yang dituturkan oleh Aisyah r.a. dalam sebuah kisah. Setelah Rasulullah SAW wafat, suatu ketika para sahabat mengunjungi Aisyah r.a. Sahabat-sahabat tersebut saling bercerita tentang menu makanan yang mulai berkembang pesat. Mendengar hal itu, Aisyah r.a. menangis. Beliau berkata, “Dahulu Rasulullah SAW tidak pernah mengenyangkan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti”. Ternyata sikap Rasulullah SAW ini didukung oleh ahli gizi. Penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit.

Dari hadits tersebut kita dapat belajar bahwa ketika Rasulullah SAW telah kenyang dengan suatu jenis makanan, maka beliau tidak menambah makanan jenis lain. Artinya, ketika kita sudah kenyang dengan makanan utama, tentunya kita tidak perlu jajan untuk menambah makanan jenis lain.

Untuk menyiasati keinginan jajan itu, kita bisa meneladani sikap Rasulullah SAW yang mengatur waktu makannya dengan interval singkat. Dengan interval singkat dan pemilihan makanan tepat, tubuh pun tak akan kelaparan dan selalu sehat.


Wednesday, 25 April 2012

Gizi Pada Geriatri

22:15 0 Comments

dr. Kusumadewi

Yang sering orang tanyakan ketika berhadapan dengan gizi pada geriatric adalah “Apa pantangan untuk orang geriatric?”

Padahal yang benar adalah:
-       Tidak ada pantangan apapun dalam gizi geriatric
-       Justru geriatri tetap harus butuh makanan dengan gizi seimbang
-       Yang harus diperhatikan adalah porsi/jumlah makanannya. Mengapa? Karena kebutuhan gizi berbeda-beda sesuai dengan kelompok umurnya.

Kunci dari mengatur gizi pada geriatric adalah geriatric memiliki karakteristik khusus yaitu telah mengalami perubahan fisiologis.

Beberapa perubahan fisiologis pada geriatric yaitu:
a.    Massa otot telah berkurang. Tetapi meskipun massa ototnya berkurang, lingkar paha/lingkar lengannya berukuran sama. Mengapa? Karena massa otot itu diganti dengan jaringan lemak.
b.    Hipertensi
Hal ini dikarenakan elastisitas pembuluh darah sudah berkurang.
c.     Sistem gastrointestinal banyak berubah, mulai dari gigi ompong, gerakan peristaltic menurun sehingga pengosongan lambung menjadi lama. Akibatnya, terjadi konstipasi.
d.    Fungsi ginjal menurun sampai dengan 50%.
e.     Anoreksi (tidak mau makan). Dipicu karena produksi saliva yang menurun, mulut kering, sehingga tidak nyaman untuk makan

Pada geriatric, BMR-nya menurun 20-30%. Artinya, kebutuhan kalorinya berkurang. Jika geriatric tetap diberikan makanan dengan porsi yang sama dengan dewasa, tidak menutup kemungkinan akan terjadi obesitas pada geriatric.

Seseorang dikatakan geriatric berdasarkan beberapa kriteria:
-       Umur kronologis. Contohnya di Indonesia ditetapkan umur 60 tahun. Tetapi belum tentu di Afrika atau tempat lain juga sama.
-       Perubahan fungsi sosial. Misal, ketika sudah mulai pensiun.
-       Penurunan fungsi/kemampuan

Karena kebutuhan kalori berkurang, maka asupan makanannya pun dikurangi. Yang dikurangi adalah makronutriennya.

Pada kasus khusus misalkan pada keadaan sakit, infeksi, atau recovery, maka protein tetap dipertahankan.
Tetapi harus dilihat pula kemampuan dari ginjalnya. Jika terlalu banyak konsumsi protein sedangkan fungsi ginjal sudah menurun, maka akan ada banyak penimbunan urea yang akan meracuni tubuh.

KARBOHIDRAT
Karbohidrat komplek mulai dikurangi sedikit demi sedikit. Misalkan beras, gandum, jagung, sagu.
Hal ini dikarenakan karbohidrat komplek jenis di atas memiliki indeks glikemik tinggi. Akibatnya akan menyulitkan pancreas.
Karbohidrat kompleks yang dianjurkan adalah sayur dan buah.
Intinya, menganjurkan untuk memilih karbohidrat kompleks yang baik dan menurunkan gula (IG).

Pada geriatric terdapat masalah dengan rasa. Soalnya papil lidahnya sudah banyak yang mengalami atrofi, khususnya di rasa manis dan asin.
Solusinya?
Rasa manis bisa diatasi dengan madu. Kenapa? Soalnya madu itu manisnya kompleks dan tidak terlalu berbahaya dibandingkan gula pasir.
Mungkin bisa juga dengan gula alami.
Atau dengan menambahkan buah di dalam minuman (untuk memberikan rasa manis yang alami).

VITAMIN dan MINERAL
Asupan vitamin dan mineral alami harus tetap dijaga.
Geriatri sangat retan terkena dehidrasi. Kenapa? Karena sensitifitas terhadap rasa hausnya menurun. Jadi ketika haus, tidak akan merasa. Akibatnya akan malas minum.

Vitamin dan mineral bisa diperoleh dari buah.
Buah yang dipilih adalah buah yang mudah dikunyah. Padahal, geriatric punya masalah dengan gigi. Maka, buah boleh dihaluskan.
Ingat, dihaluskan artinya buah dicacah kecil-kecil, bukan diblander atau dibuat juice. Mengapa? Karena kalau dibuat jus, kemungkinan untuk menambahkan gula cukup tinggi.

Pilih juga buah dengan serat tinggi. Misalnya pisang apel, pear.
Jika buah dan sayur masih bisa diberikan (sekalipun itu dengan cara dicacah/dipotong hingga kecil), sebisa mungkin tidak memberikan suplemen vitamin dan mineral.

LEMAK
Lemak memang dipantang, tetapi bukan berarti tidak boleh secara absolute. Ingat, kunci utama gizi adalah memberikan semua jenis nutrient denga kadar yang seimbang. Jadi, lemak tetap diberikan.

Daging boleh diberikan, tetapi daging yang baik.
Ayam boleh diberikan, tetapi di bagian dagingnya, misal di bagian dada. Dan bukan diberikan yang bagian kulit.
Ikan boleh diberikan.

Yang harus diingat yaitu untuk pasien cardiovascular tidak boleh makan-makanan yang asin.
Artinya, dalam memberikan gizi memang harus diperhatikan juga cara memasaknya.

PROTEIN
Protein tetap penting untuk diberikan, namun harus memperhatikan kondisi ginjalnya.
Pada penderita gagal ginjal, hanya bisa menerima protein <2g. (Padahal, ini tak ada apa-apanya, seakan Cuma menjilat-jilat protein saja).
Jadi, yang penting adalah trik memasaknya.

Protein boleh tetap diberikan tetapi cara masaknya dengan dimasak/dikukus dengan garam rendah.

Usahakan mengurangi cara memasak digoreng. Sekalipun digoreng, bisa dengan menggunakan minyak sayur.

Pengecualian terjadi apabila ada pantang yang memang tidak boleh dikonsumsi.
Contohnya pada DM: ada pantangan nasi, kentang, pasta, kopi.

Intinya, dalam menentukan gizi pada geriatric yang harus diperhatikan adalah
-       Mengurangi total energy
-       Mengenali kebutuhan
-       Mengenali kesulitannya
(Misalnya abdominal discomfort, lemak bawah kulit, kehilangan masa otot)

Pemeriksaan terkait gizi yang dianjurkan untuk geriatric antara lain: cek kolesterol, gula darah, tensi, dll

Dalam menangani pasien yang penting adalah memberikan edukasi kepada keluarga tentang:
-       pentingnya tetap memberikan gizi seimbang
-       pintar-pintar mencari variasi makanan pengganti
-       memperhatikan cara memasak