Follow Us @soratemplates

Sunday 29 June 2014

Persiapan

Ramadhan #1

Ini hari pertama Ramadhan, dan pagi hariku dimulai dengan obrolan panjang yang membicarakan persiapan. Tentang apa? Banyak hal.

Sejatinya hidup hanyalah berisi dengan segala macam persiapan. Saat bangun tidur tadi, aku melakukan persiapan untuk sahur. Ibu melakukan persiapan untuk ke pasar. Hari ini aku harus melakukan persiapan ujian, dan seterusnya hingga akhirnya kita seharusnya mempersiapkan titik terakhir yaitu kematian.

Pertanyaannya adalah, apa yang akan kita persiapkan?

Ketika kita tidak pernah memikirkan persiapan itu dengan matang dan hanya menjalani kehidupan mengalir bagai air, mungkin pertanyaan persiapan menjadi tanda tanya besar yang butuh jeda waktu untuk menjawab. Persis seperti tadi pagi. Ketika obrolan itu berakhir, aku hanya terpaku dengan beribu pertanyaan. Mana yang harus aku persiapkan dulu? A, B, C, D, atau E? Ah, kenapa belum ada yang beres semua?

Persis seperti akan mempersiapkan ujian. Buku 1 belum selesai, buku 2 belum kepegang, buku 3 apalagi. Mentok. Begitukah juga untuk persiapan kematian? Sholat belum khusyu, ilmu belum cukup, ngaji masih semampunya, sedekah masih seadanya.

Kalau begitu terus, kapan siapnya?

Siap tidak siap, ketika waktu akan menghampiri maka mau tidak mau harus dinyatakan siap. Sekalipun ada banyak buku di lemari yang belum dijamahi, kalau jam masuk ujian sudah tiba, pasti akan ditinggal juga semua buku-bukunya. Kalau ajal sudah menjemput,sekalipun dalam proses menggenapkan tabungan haji, ujung-ujungnya akan ditinggal pula tabungannya.

Jadi?

Persiapan seharusnya bukan dilihat dari waktu yang akan dijalani. Bukan ketika akan ujian maka mulai persiapan. Bukan ketika akan mati lalu menyiapkan diri. Ketika seorang pelajar memiliki tugas belajar, maka seharusnya sudah dia lakukan jauh-jauh hari. Ketika seorang hamba diberi kehidupan di dunia, maka sudah selayaknya dia menyempurnakan wudhu, sholat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya. 

Kembali lagi, kita bukanlah pemilik waktu. Maka tidak selayaknya kita bermain-main dengan waktu. Karena bisa jadi persiapan mati kita sepuluh tahun lagi ternyata diakselerasi menjadi satu hari lagi. Jika begitu, mau bilang apa? 

Maka, dibuat aturan umum saja. Persiapkan, persiapkan, dan persiapkan. Apapun. Tak peduli kapan waktu akan mengeksekusi, kita hanya butuh terus mempersiapkan diri.



NB:
Ramadhan #1 (Ditulis rutin insya Allah selama Ramadhan)
Dalam proses persiapan untuk menjemput masa depan.



2 comments:

  1. Anonymous13 July, 2014

    sepakat dengan kata "persiapan"

    Ini tentang terus bertumbuh dari sisi kompetensi. Continous improvement. Terus belajar. Iqro....apa yang dibaca?semuanya....buku, semangat zaman, isu sekitar, budaya yang populer...intinya bersiap, bertumbuh tadi.

    Bertumbuh berarti ada kenaikan kapasitas pada diri kita. Sehingga jika suatu saat masalah datang, kebijaksanaan dan referensi kita dalam mencermati masalah tersebut akan lebih terasah.

    Seseorang yang bersiap, yang kompetensinya bertumbuh, yang selalu menambah referensinya, akan memiliki ketenangan yang berbeda dalam bersikap. Ya, dia akan memiliki alur pikir yang menyederhanakan suatu masalah. Semakin dia siap dan paham, maka semakin dia dapat menyederhanakan kerumitan-kerumitan di permukaan.

    best,
    tmy

    ReplyDelete
  2. sepakat

    *udah gitu aja jawaban komennya :D

    ReplyDelete