Follow Us @soratemplates

Sunday 3 January 2021

Kompetisi vs Kolaborasi




Sekarang bukan jamannya kompetisi, tapi kolaborasi.


Kalimat itu berdengung akhir-akhir ini. Terlebih katanya Pak Menteri Nadiem pun mengucapkan hal yang serupa. 


Saya jadi teringat kata-kata dosen beberapa tahun lalu. Waktu itu beliau mengkritisi kami para mahasiswa lumba-lumba, mahasiswa yang gairah ngampusnya lebih membara karena mengejar deadline lomba satu ke lomba berikutnya. Beliau berkata, "Memang apa yang kalian dapat, selain foto-foto dan sertifikat?"


Jlebb!


Untungnya saya tahu kata-kata beliau itu di semester akhir, ketika mood ikut lomba sudah menurun drastis karena sudah saatnya masuk koas. Yah, setidaknya tidak terlalu menohok, meski sempat terasa perih juga di hati.


Tapi, mungkin saya saja yang baper saat itu. Padahal bisa jadi maksud beliau baik. Beliau yang memang getol mengadakan penelitian ini itu mungkin mempertanyakan tindak lanjut dari karya tulis kami. 


Kenyataannya memang begitu. Sampai beberapa tahun kemudian, karya tulis saya nyatanya juga hanya terperangkap di folder laptop tanpa realisasi. Sekalipun karya-karya itu sudah berbuah piala yang berjejer di gedung lobby kampus, tetap saja gagasan tertulis masih berupa gagasan tanpa diwujudkan. Hiks... 


Maka, mungkin memang kini saatnya kolaborasi. Bukan lagi ambisi untuk menjadi yang terbaik lalu membuat yang lain tidak lebih baik. Terlebih jika kompetisi sekedar memuaskan nafsu menjadi pemenang lalu yang lain seolah menjadi pecundang. No, tidak sehina itu!


Hal serupa juga dibahas oleh Ustadz Harry Santosa, bagaimana hawa kompetisi seakan-akan sudah merasuk dalam jiwa. Hingga sekolah-sekolah pun mentagline dirinya sekolah unggulan, sekolah dengan program terbaik untuk anak didik.


Lantas orang tua pun tanpa sadar saling berlomba. Bukan hanya diri mereka yang berlomba dengan orang tua lainnya, melainkan menjadikan anak-anaknya sebagai objek ajang perlombaan. Bagaimana orang tua merasa bangga ketika anaknya ranking satu dan tanpa sadar kecewa jika anaknya tak punya prestasi apa-apa.


Ah, mungkin perasaan itu memang tak perlu ada jika rasa kompetisi itu berganti dengan gelora kolaborasi. Mungkin kini memang saatnya untuk berkolaborasi, agar yang lemah menguat bersama. Layaknya simbiosis mutualisme, bukan aku maju dan kamu menanggung malu, melainkan ayo bersatu dan kita sama-sama

No comments:

Post a Comment