Follow Us @soratemplates

Sunday 16 January 2011

Pi-pi-pi-pi-pi

“Dek, tak sabar mbak ingin bertemu. Ingin segera mentoel pipimu”

“Via…, ana kangen nyubit-nyubit pipi anti…”

“Vi, pipimu itu dikasih baking powder atau apa sih? Kok bisa mengembang dengan sempurna?”

“Enak ya… pipinya kayak marshmallow…” sambil menekan-nekan telunjuk ke pipi saya.

Hpfff… itu sebagian dari komentar yang sering dilontarkan orang-orang sekitar saya. Pipi..pipi..pipi…musculus buccinator. Hehe…

Saya sendiri tidak tau mengapa pipi saya bisa menggembung seperti ini. Dari lahir sampai segedhe ini tetap saja ukurannya begini. Mau kurus, mau gendut, ya tetap saja begini. Hm…

Saya tidak bermaksud menggugat keadaan. Meskipun kadang merasa kaget juga, baru semangat-semangatnya diskusi di kelas tau-tau teman sebelah memain-mainkan pipi saya. Kalau sudah begini, cuma perlu sedikit perisai saja. Yang bikin saya aneh adalah orang-orang di luar sana yang ternyata banyak juga mempermasalahkan pipi mereka.

Iseng-iseng suatu kali saya berselancar ria di internet tentang pipi. Saya menyimpulkan ada dua kubu dalam perkara per-pipi-an ini. Kubu pertama adalah si chubby yang pingin kempes. Kubu kedua adalah si tirus yang pingin menggembung.

Si chubby yang pingin kempes merasa tak nyaman dengan pipi gembung mereka. Lalu mulai bertanya sana sini tentang cara mengempiskan pipinya. Nyatanya banyak orang yang memberi saran juga. Salah satunya dengan senam pipi. Senam pipi?? Aneh-aneh saja. Caranya dengan mengucapkan a-i-u-e-o sehingga musculus buccinatornya alias otot yang membentuk pipi itu berkontraksi (haduh…terbayang anatomi nih). Anehnya lagi, banyak yang mencoba dan ternyata berhasil. Saya? Tak ingin mencoba. Lalu ada lagi yang memberi saran dengan menggunakan efek kosmetik. Diberi blush on untuk mempertegas tulang pipinya. Ah…, entahlah. Saya tak paham perkara begituan.

Lalu kubu kedua. Si tirus yang ingin menggembung. Mereka merasa pipi chubby itu menggemaskan (hm..tau rasa dia kalau sudah jadi korban) dan sangat imut-imut (lama-lama bisa amit-amit tuh). Mereka pun bertanya ke sana ke mari untuk tau tips menggembungkan pipi. Taukah apa jawabannya? Makan dan tidur. Hehe…saya banget. Ada cara aneh juga yaitu sering-sering mencubit pipi sendiri atau meminta teman untuk mencubit pipi. Waduh…pantesan pipi saya tambah gembung terus…

Tapi terlepas dari perkara pipi itu, ada hal yang cukup mengusik. Rasanya manusia (apa hanya wanita ya?) mudah sekali mempermasalahkan fisik mereka. Yang chubby minta kempes, yang tirus minta gembung. Gendut minta kurus, kurus minta gendut. Dan masih banyak lagi hal lainnya. Semuanya bermuara pada sudahkah mensyukuri apa yang diciptakan Allah untuk kita dan menerima diri kita apa adanya?

Rasanya kalau semua berpikir begitu pasti tak akan ada yang merasa risih berpipi chubby atau tirus. Yang tirus tetap bersyukur karena tak menderita dicubitin terus. Yang chubby juga bersyukur karena bisa menyenangkan orang lain dengan merelakan pipi mereka menjadi mainan. So simple. Tapi, mengapa belum semua bisa? Tetap saja merasa kurang cantik. Yang tirus merasa akan tambah cantik kalo pipinya chubby. Yang satu berpikir akan cantik kalo pipinya tirus. Hm…, serba salah.

Masalahnya cantik itu relatif. Dan memang tergantung si pemilik pipi masing-masing bagaimana dia menilai diri mereka sendiri. Tapi, bukankah semua wanita diciptakan untuk cantik? Toh, kecantikan fisik tak akan abadi. Apalagi hanya perkara pipi. Fisik akan semakin renta dan kecantikan pun akan lapuk dimakan usia. Belum lagi jika sudah masuk liang lahat, ujung-ujungnya sama saja. Jadi tak perlulah mempermasalahkan ingin chubby atau tirus. Yang terpenting adalah bersyukur!

So…, Syukuri apa yang ada… Pipi adalah anugerah…



18 comments:

  1. hehehe...
    jadi teringat ucapan adek saya dulu.
    "mas ichal, kok kalo adek pake jilbab pipinya jadi bunder ya?"
    *lucu.
    jadi kangen nyubit pipinya juga.
    *hufhh...harus bersabar nunggu liburan semester.
    T.T

    ReplyDelete
  2. hm..bahaya..
    untung yang bilang "kalo pake jilbab pipinya jadi bunder" adalah adeknya yang masih kecil. misalkan para wanita-wanita yang mementingkan kecantikan itu, bukankah akan semakin sulit saja untuk mau memakai jilbab.

    sekedar pesan
    silakan mencubit pipi adeknya liburan nanti. tapi tolong ingat asas manusiawi.
    ('kampanye pembelaan korban pencubitan pipi' mode on)

    ReplyDelete
  3. yahhh...celoteh anak kecil yang belum mengerti tentang hukum itu.
    tapi insyaa Allah dia akan mengerti seiring bertambahnya umur.

    "misalkan para wanita-wanita yang mementingkan kecantikan itu, bukankah akan semakin sulit saja untuk mau memakai jilbab"
    kalau saya kurang setuju dengan statement itu, seperti perkataan kakak kelas saya, "wanita yang tidak memakai jilbab itu ibarat makanan yang tidak ada bungkusnya, walaupun makanan itu mahal dan enak, tapi ia tidak akan bertahan lama karena toh akhirnya akan terkontaminasi dan membusuk".
    jadi walaupun secantik apa dia, kalau tidak memakai jilbab kecantikannya tidak akan bertahan lama.

    *ga tau juga sih, belum pernah melakukan riset soalnya.
    **walaupun wanita itu tidak sama dengan makanan.

    heumm...pointernya diganti kupu-kupu ya?
    jadi mkin susah make'nya.

    ReplyDelete
  4. mbak avi'..
    kesindir banget padahal baru baca judulnya,
    jahaaat --"

    gajadibacaajaaah..:P

    ReplyDelete
  5. @ Andhi F. Ramadhani
    Yang saya maksud mementingkan kecantikan di atas adalah yang belum bersyukur (gendut minta kurus, kurus minta gendut).

    Sepakat dengan statement walaupun secantik apa dia, kalau tidak memakai jilbab kecantikannya tidak akan bertahan lama.

    *ditinjau dari segi medis, kan lebih banyak terpapar radikal bebas. belum juga kalau belum bersyukur itu lantas menggunakan bahan-bahan kimia demi kecantikannya.

    **saya pernah menggunakan analogi ini. wanita ibarat pisang goreng. Yang dijual di pasar atau pinggir jalan dan tanpa penutup, harganya murah. Tapi yang dikemas rapi alias ditutup rapat dan dijual di supermarket, harganya pasti lebih mahal


    @Anonymous
    who are you? Nita kah? (kan yang biasa pake anonim kamu, nit...)hehe..

    Ini tidak bermaksud menyindir siapapun kok. kan pengalaman diri sendiri.
    Peace... 'Afwan ya kalau ada yang tersinggung..

    ReplyDelete
  6. asik, pake anomymous terus aah.. ;]

    ReplyDelete
  7. silakan
    tapi saya berhak menghapus atau tidak menjawab komentar para anonymous yang tidak dikenal.
    karena bagi saya, anonymous termasuk orang yang tidak gentle menampakkan dirinya untuk mempertanggungjawabkan komentarnya.

    PS: 'afwan kalo anonymous di atas adalah nita...

    ReplyDelete
  8. setuju mbak avi yang tentang anonymous itu..

    saya juga sebenarnya kurang begitu suka dengan nama anonim itu.
    apalagi yang habis komen di blog ada yang sampai sms ngaku anonim juga..ckckck
    kenapa tidak terus terang saja ya siapa, kan kita juga jadi lebih respek.

    ReplyDelete
  9. heiiiiiiiiiii....itu siap yang ngaku-ngaku saya...hadeeeeeeeh, bukan saya kok mbak avi,hhoho -_____-"

    ReplyDelete
  10. waduh..., saya salah orang....

    'afwan jiddan nita.... T.T

    ReplyDelete
  11. avi..numpang iseng corat-coret balik ya :)
    avi pipi gembung.. jadi inget pas sma aku panggil "bal cethuk" hehe, maaf..
    oya.. yg mempelajari ilmu medis sekalian tanya dong. emang kalo kebanyakan infus itu bisa bikin pipi tambah "mbul" ya?? soalnya ada temenku yg bulet bgt pipinya, katanya waktu kecil kebanyakan infus gt..

    ReplyDelete
  12. malah jadi dimarahi mba avi sm acha.. -__-
    mbak, kangeeeeeeeeeeeeeeeeeeen.
    kangen dirimu mbek dahniar mbek chocho mbek anin kuliah bareng belajar bareng ngobrol padu semuanyaa

    ReplyDelete
  13. kayaknya aku tau deh siapa si anonim tadi..
    hahahahaa..

    @ anonymous : kamu lupa ngasi spasi di tiap kata "gajadibacaajaaah..:P"
    dan smiley mu nggak ada hidungnya...
    hahahaa....
    apa sih, Dez :) ?

    tapi kadang anonymous itu cuma merasa yakin kalo kita mngenalnya sangat dekat, hingga tanpa dia mnyebut nama pun, kita sdh tau siapa dia...

    kayak waktu mba Avi chat di shoutmix nya cindy pake nama yang cindy nggak tau, still i know it's you :)

    dan waktu aku pake nama prelude to dream di komenmu, km tetep tau itu aku..

    dan waktu aku pake nama anonymous di shoutmix orang, orang itu tetep tau itu aku...

    @ anonymous : hahaha...
    aku tau nggak kayak gt kok,dez,
    tp aku jg suka dibela, mungkin km juga :)

    ReplyDelete
  14. @ Safrida

    Wah..., ada sacuprid...:D
    Waduh, bal cethuk.. :(

    Hm, kayaknya ga saf. Memang di dalam infus ada kandungan nutrisinya yang membuat orang jadi tambah gemuk, tapi ga semata-mata itu trus pipinya jadi gembul.
    Buktinya aku ga pernah diinfus juga mbul juga.. hehe...

    ReplyDelete
  15. @ believemeitwassthefirsttimeiusedthatanonymousthing

    Waduh..., panjang nian namanya.

    Ketahuan juga siapa kau. Ada banyak clue. (Hehe.., jiwa detektifnya kumat..)

    Pertama: memakai nama samaran tanpa spasi sama sekali. Contohnya seperti di atas dan pernah juga dengan nama 'sigadispingitan'.

    Kedua: menyebut nama acha yang notabene bukan FK UNS. Hanya beberapa orang pengunjung blog ini aja yang kenal acha.Padahal di atas acha memakai nama nafsacha. Saya juga tidak menyebut kata 'acha'. Kalo bisa menyebut 'acha' bukan 'nafsacha' berarti benar-benar kenal dengan acha.

    Ketiga: kata-kata kangeeeeen... Hanya beberapa orang yang dekat dengan saya saja yang bisa mengatakan itu. Termasuk orang yang suka tau-tau sms cuma bilang kangeeen.. :D

    Keempat: kangen dahniar, choco, anin. Orang-orang kelompok 9 semua. Dan hanya 1 orang non kelompok 9 yang suka nyusup-nyusup belajar bareng, kuliah bareng, sampe padu bareng. Perasaan, aku ga pernah padu alias eyel-eyelan kecuali sama kelompok 9 dan sang penyusup.

    So...,hanya ada satu jawaban (DDS style...)
    Kau...(sambil nunjuk pake telunjuk ala Conan style...)
    Sabila..

    Hehe...

    ReplyDelete
  16. @ Zahra Al-Ayyubi

    Wah, Zahra salah. Itu sabilut kok, Zah.
    Penjelasannya seperti komen di atas. Tapi, ada cara paling simpel. Klik aja namanya yang panjang tanpa spasi itu. Kan langsung mengarah ke blognya sabila.

    Iya, bener juga. Meski pakai anonim tapi kalau sudah dekat tetap akan ketahuan.
    Mungkin karena Zahra deket banget sama Dezca jadi ngrasa kalo itu gaya bicaranya Dezca. Tapi gaya bicaranya Sabila juga gitu. Yang diawal malah aku kira Nita.

    Coba aja bandingin. (Hehe...maklum kebanyakan serial detektif ni)
    Di komen Nita kata hai dan hadeh juga pake huruf dobel-dobel untuk aksen panjang alias teriak. Sabila juga nulis kangen dengan e banyak.Komen yang jadi kontroversi pun Sabila nulis 'aja' dengan a banyak. Dezca juga manggil mbak avi dengan i banyak di posting yang lain. Wajar kalo salah karena mirip-mirip semua. Hehe... ^^V


    @ Nita
    Maaf ya nit. Padahal di komennya sabil ada clue "gajadidibacaaja" tanpa spasi. Hehe.., 'afwan...

    ReplyDelete
  17. huffhh dlu pipiku memang cubby, tp karena infus deh makin cubby, jadi sedih :'(

    ReplyDelete