Follow Us @soratemplates

Saturday, 30 April 2011

Manusia Deadline

20:07 4 Comments

"Tugasnya dikumpulkan kapan ya?"
"Paling lambat kapan?"
"Deadlinenya kapan sih?"

Pertanyaan-pertanyaan di atas bukanlah hal yang asing lagi. Yup, deadline. Sebuah batas waktu.

Ketika seorang mahasiswa dihadapkan pada sebuah tugas dan kewajiban, pertanyaan yang mungkin tak akan terlupa adalah kapan deadlinenya. Lantas sikap setelah itu akan berbeda-beda. Sikap yang pertama adalah orang yang tak peduli dengan deadline itu dalam arti tetap segera menyelesaikan kewajibannya jauh-jauh hari. Sikap kedua adalah orang yang merasa tenang terlebih dahulu karena mungkin batas waktunya masih lama. Hingga nanti di ujung waktu, kata 'deadline' seakan benar-benar menjadi 'garis mati'.

Sebuah fenomena yang cukup unik. Terkadang mahasiswa dicap sebagai orang yang rajin. Bagaimana tidak, rela mengorbankan waktunya hingga tengah malam untuk mencari sumber tugas. Atau sudi meluangkan waktunya di pagi hari datang ke kampus untuk mencari contekan tugas. Orang yang melihat bisa terkagum-kagum. Rajin sekali mahasiswa ini. Membuat tugas sampai malam dan datang pagi buta ke kampus. Padahal siapa yang tahu kalau dia begitu karena dikejar waktu. Yup, si garis mati. Kalau sampai melewati garis, maka ia benar-benar mati.

Boleh jadi, waktu yang ada memang sempit, hingga terpaksa harus berjuang dengan bersimbah darah. Tapi jika ternyata jangka waktu yang diberikan sudah cukup panjang, mengapa sikap berkejar-kejaran dengan deadline tetap saja terjadi? Apakah sebuah 'pencicilan' tidak bisa dilakukan? Mungkinkah ini akan menjadi sifat dasar manusia? Semoga saja tidak.

Pernahkah Anda memikirkan bahwa hidup kita pun identik dengan tugas kampus dan deadline? Ada sebuah kewajiban yang harus kita tunaikan dalam hidup. Dan deadline kita benar-benar sebuah garis mati, saat tubuh sudah tak bernyawa lagi. Bedanya dengan tugas kampus, kita tau kapan deadline itu. Sedangkan untuk urusan hidup, siapa yang tau?

Bagusnya jika kita terbiasa menjadi orang kategori pertama, yang sudah biasa mencicil tugas sejak awal. Dalam menghadapi deadline sesungguhnya bekalnya pun sudah dipersiapkan sejak awal. Tapi bagaimana jika terbiasa bersantai dulu dan mengulur waktu hingga deadline itu dirasa sudah makin dekat. Akankah persiapan akan benar-benar matang di ujung waktu itu?

Mungkin itulah mengapa surau-surau, mushola, maupun masjid lebih penuh dengan generasi tua daripada generasi muda. Mungkin itu pula mengapa generasi muda lebih banyak lupa diri daripada generasi tua. Apakah ini manifestasi dari sikap santai dan menunda persiapan untuk menghadapi deadline? Karena merasa deadline hidup itu kelak di usia tua. Ya kalau memang begitu. Tapi, bagaimana jika ternyata esok hari sudah tidak lagi.

Ayo kawan. Janganlah puas menjadi manusia deadline. Manusia-manusia yang tuntas kewajibannya di garis batas waktu. Banyak persiapan yang harus segera dilakukan. Hanya dengan sikap tidak menunda-nunda waktu yang bisa diusahakan. Karena kita tak pernah tahu, kapan kita akan berdiri di depan garis mati.




PS:
Untuk teman-temanku yang dikejar deadline besok sore, ayo semangat. Beryukurlah, karena pak ketua bukan malaikat izrail.

*untuk kelompokku: hehe..., maaf ya. udah tau dikejar deadline masih sempet-sempetnya nulis blog. peace... ^^V

Jam Posting Bloger Wanita

00:48 4 Comments

Cukup terusik dengan judul di atas? Yup, jam posting untuk bloger wanita. Waduh, apa pula ini? Apa sekarang bloger punya undang-undang atau kode etik yang mengkhususkan wanita untuk posting di jam-jam tertentu? Hm..., tidak. Tentu saja tak ada aturan seperti itu. Saya hanya tertarik dengan sesuatu yang bagi saya agak mengusik ini.

Jika Anda mengunjungi suatu blog dan kemudian membaca postingannya, apa yang Anda perhatikan? Semata-mata hanya isi postingannya kah? Atau sampai ke komentar-komentarnya kah? Atau bisa jadi sampai ke hal-hal yang mungkin tidak terlalu penting untuk kita ketahui. Misalnya saja, hari dan jam postingan itu dibuat. Ada yang memperhatikan sampai sedetail itu?

Hm..baiklah, tidak perlu prolog panjang lebar. Ceritanya, suatu waktu saya menemukan sebuah blog yang cukup menarik. Kebetulan saya membaca komentar-komentar di bawah postingan itu. Pemilik blog adalah seorang wanita dan salah satu komentar itu datang dari seorang pria. Apa yang dikomentari? Kurang lebih di situ sang pria berkomentar "Mengapa posting dini hari? Bukankah lebih baik seorang wanita menjaga izzah (kehormatan)-nya dengan tidak memosting dini hari? Bukankah lebih baik jika saat-saat seperti ini digunakan untuk bermunajat pada Allah SWT dan bukannya berselancar di dunia maya?"

Sink..., sejujurnya saya terpana dengan komentar tersebut. Pertama, kenapa sang pria sebegitu detailnya memperhatikan jam posting segala. Dan tentunya yang kedua, isi dari komentarnya yang terasa begitu menohok.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, masalah jam posting ini bisa diakali. Tinggal pilih saja opsi entri dan ubah tanggal atau jamnya. Tentu pembaca tidak akan tahu kalau posting itu sebenarnya tidak dilakukan pada tanggal dan jam tersebut. Namun, isi komentar itu agaknya perlu kita renungkan.

Berselancar di dunia maya dini hari, memangnya salah? Oke, statement itu tidak sepenuhnya diterima dalam satu tahap pemikiran saja. Sekarang, bandingkan saja begini. Apa yang Anda pikirkan jika ada seorang wanita, tengah malam keluar dari rumahnya, pergi berjalan-jalan seorang diri dan menampakkan batang hidunya? Mungkin ada yang berpikir, oh si mbaknya baru aja pulang dari luar kota yang jam kedatangan pesawat/kereta/bus-nya memang tengah malam. Tapi, bisa jadi yang muncul adalah pikiran yang buruk, "Ngapain nih si mbak keluar malam-malam. Jangan-jangan..."

Nah, sekarang kita kembalikan lagi ke masalah dunia maya. Bukankah berselancar di dunia maya dengan mengunjungi web demi web atau membuka situs jejaring social bisa diidentikkan dengan jalan-jalan keluar rumah? Istilahnya saja blogwalking. Berarti memang 'jalan-jalan' kan. Lalu, bukankah membuat postingan atau update status di tengah malam juga bisa diidentikkan dengan menampakkan batang hidungnya ke masyarakat luas di tengah malam? Toh, orang lain sama-sama tahu kalau dia masih terjaga dan sedang 'aktif' di tengah malam. Kalau dipikir-pikir, bukankah analoginya sama?

So, kiranya pantas jika sang pria mengomentari jam posting wanita tersebut. Jadi, akankah ada stigma buruk bagi blogger wanita yang membuat postingan tengah malam? Entahlah...




PS: Nekat ditulis di tengah malam saat terpaksa terjaga demi mengahajar tugas karena sudah teramat rindu menulis blog.


Retensi Urine dan Anuria

00:28 4 Comments
Anuria itu artinya ga bisa kencing.
Ada 2 penyebab:
- Ginjal tidak bisa memproduksi kencing
- Ginjal memproduksi kencing, tapi ada masalah di uretra.

Kalo retensi urine, sama-sama ga bisa kencing tapi penyebabnya dari vesika urinarianya yang ga bisa keluar.
Jadi, ginjal udah memproduksi, uretra juga udah menyalurkan. Tapi vesika urinarianya yang bandel.

Cara buat bedain mana kasus anuria atau retensi urine dengan 2 cara:
- anamnesis pasien ngrasa pingin kencing apa ga. Kalo iya, berarti retensi urine.
- pada palpasi, cek vesika urinarianya penuh atau ga. Kalau iya, berarti retensi urine.

Ga bisa kencing itu ada banyak penyebabnya.
1. Gangguan di orifisum uretra interna.
Misalnya ada penyempitan.
2. OUE ada stenosis atau ga. Terapinya ntar dengan disobek.
3. Kelainan uretra
a. Penyempitan uretra (stricture urethra)
b. Ada batu pada uretra menyebabkan obstruksi.
4. Kelainan organ prostat.
Bisa jinaka kayak BPH, atau suatu keganasan.
(jinak BPH. Keganasan prostat)
5. Kelainan dari buli-buli
o batu pada buli-buli.
o Tumor pada buli-buli.
6. Trigonum vesicae menutup.
7. Kelainan otot detrusor

Tumor yang ada di sebelah anterior menyebabkan anuria. Mekanismenya bisa karena terjadi clotting (penjendalan) shg ga bisa keluar.

Otot detrusor dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. Riwayat kencing manis. Mempengaruhi kontraksi otot detrusor
2. Riwayat batuk lama/paru menyebabkan penurunan kontraksi
3. Riwayat stroke
4. Riwayat trauma pada tulang belakang. Hubungannya dengan persarafan. Karena otot detrusor dipengaruhi dari s2-s4.

Otot detrusor itu persarafannya sama dengan musculus sphincter ani. Sehingga untuk cek m.detruor dapat diperiksa dengan reflex bulbouretralis.

Terapi ga bisa kencing dengan pasang kateter per uretra. Tapi kalo ada batu pada uretra/ stricture uretra ga bisa dilakukan kateter per urtera.
Jadi, lakukan pengeluaran urine dari buli-buli (kateter suprapubik)

Pemasangan kateter ini sangat diabntu sama m.sphincter uretra eksterna. Dia bisa dikendalikan. Trus jadinya berkontraksi. Jadi waktu kateter itu mau masuk, m.sphincter uretra eksterna ini bisa mengenali dan berkontraksi sehingga membantu pemasangan kateter.

Trus bedain lagi kelainan yang di prostat sama di uretra.
Kalo di uretra, kencing deras dan aliran kecilnya
Kalo di prostat, alirannya lemah

Obat yang bisa digunakan contohnya beta bloker. Fungsinya biar dibikin kendor. Sehingga mengalami pelebaran.