Bagi orang yang tidak mengalami keadaan itu
mungkin akan geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa hanya karena pulsa habis,
lalu seseorang jadi uring-uringan. Atau bagaimana bisa karena listrik padam dan
tidak bisa menonton bola lantas sedemikian galaunya. Tapi, kalau kita
pikir-pikir lagi, semua itu memang mungkin saja terjadi. Itu semua muncul
karena kebiasaan atau pembiasaan yang kita lakukan sendiri. Kalau bahasa yang
lebih kerennya, biasa disebut dengan adaptasi.
Misalkan begini. Seorang teman biasa tidur
selepas isya dan bangun jam 12 malam. Awalnya mungkin terasa aneh, apa yang
akan dilakukan tengah malam begitu hingga pagi. Sehari, dua hari, mungkin dia
masih bingung, tetapi ketika sudah terjadi sebulan, dia pasti mulai terbiasa.
Bahkan bisa jadi dia justru akan bingung ketika selepas isya tidak ada yang dia
kerjakan dan belum bisa tidur.
Dari seorang teman, saya juga diberi tahu
sesuatu. Di fanspage facebook milik Tere Liye ada seseorang yang bertanya
bagaimana agar dia tidak kecanduan bermain facebook. Tere Liye menjawab yaitu
dengan cara melatih diri untuk terbiasa tidak bermain facebook. Bang Tere
menyebutkan, jika dalam 40 hari puasa facebook berhasil, artinya dia sudah
berhasil lepas dari ketergantungan facebook.
Semula saya tidak percaya, lebih tepatnya
saya mempertanyakan kenapa harus 40 hari. Oke, ternyata bukan semata-mata 40
harinya, tetapi lebih kepada pembiasaan itu sendiri. Dan akhirnya saya
benar-benar merasakan dan membuktikannya.
Untuk teman yang sudah membaca postingan
saya sebelumnya, pasti sedikit tahu bahwa saya mungkin memiliki ketergantungan dengan laptop, sedikit-sedikit
membuka laptop untuk mengerjakan sesuatu. Hingga akhirnya dua bulan yang lalu
laptop kesayangan saya rusak. Saya kelimpungan. Dalam satu bulan pertama, saya
berkali-kali meneror tukang servisnya berharap laptop saya segera kembali.
Namun, setelah lewat dari satu bulan, saya sudah mulai bosan sendiri dan
menemukan kebiasaan yang baru.
Dua bulan kemudian laptop itu kembali.
Awalnya saya sangat senang. Terbayang sudah serangkaian aktivitas saya
sebelumnya, mengetik-ngetik, berselancar di dunia maya, atau menonton film.
Nyatanya, di hari pertama dan kedua laptop itu kembali jatuh ke pelukan saya,
tak ada aktivitas menarik seperti yang saya bayangkan. Saya sekedar membuka
suatu file, lantas sudah. Saya hanya mengecek media social, lalu sudah. Bahkan
ketika ada waktu luang di kampus dan saya melangkah gontai menuju perpustakaan
untuk ngenet, saya juga stuck dan tidak tahu harus berselancar ke mana. Dan
hari ini saya menyadarinya bahwa saya sepertinya sudah lepas dari
ketergantungan laptop.
Maka, saya benar-benar percaya sekarang
bahwa pembiasaan dan kebiasaan itu benar-benar bekerja. Tentunya pembiasaan ini
dilihat dari sisi positif. Orang yang mengeluh tak bisa menulis harusnya
percaya bahwa dengan terbiasa menulis maka ia akan benar-benar bisa menulis.
Orang yang minder karena tak bisa berbahasa Inggris harusnya percaya bahwa
dengan pembiasaan bercakap-cakap dengan bahasa Inggris maka ia pasti bisa
berbahasa Inggris dengan baik. Orang yang pesimis tak sanggup menghafal
Al-Qur’an seharusnya juga percaya bahwa dengan pembiasaan yang sedikit demi
sedikit tetapi terus-menerus pada akhirnya pasti juga akan bisa.
Memang yang terberat adalah memulainya,
tetapi ketika kita bisa meruntuhkan tembok besar di awal langkah kita, insya
Allah perjalanan ke depan juga akan lebih mudah. Bismillah… Dengan menyebut
nama Allah semoga kita bisa membiasakan hal-hal baik pada diri kita. Insya
Allah….
Saya menutup facebook dengan sengaja. Itu untuk lepas dari ketergantungan dan menghindari trauma atas berbagai hal yang saya tidak inginkan. Tapi saya tidak ingin kehilangan kebiasan memegang laptop selama itu produktif. Jangan sampai kita kehilangan kebiasaan produktif.
ReplyDeleteuntuk hal yang baik memang harus ada ketergantungan
ReplyDelete