Tadi malam saat teman-teman saya asyik ngobrol di grup whatsap, adzan Isya berkumandang. Seorang teman lantas menulis chat, "Isya..., isya...."
Mungkin karena obrolan tadi baru seru, beberapa teman masih saja saling berbalas chat. Lalu, seorang teman yang lain menulis chat demikian: "Sholat..., Ditunggu Allah"
Perkataan teman saya itu bisa jadi hanya pengingat waktu sholat dan tidak asyik chating melulu. Tapi jauh daripada itu, kata-katanya ampuh membius kami yang asyik bergalau ria dan segera berhenti. Hingga beberapa menit kemudian, barulah ada seseorang yang memulai chating kembali.
Mungkin sudah banyak yang tahu ironi macam ini. Orang sering berdandan rapi ketika akan menemui atasan, tapi mengenakan kaos oblong seadanya ketika menemui Tuhannya. Orang resah tidak menentu seandainya janjian dengan dosen dan khawatir terlambat, tapi tidak takut sama sekali ketika molor dari perjanjian bertemu dengan Allah.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya manusia memang terlalu sibuk dengan dunianya hingga beranggapan bahwa dunia yang ini sedang mendesak dan Allah bisa menunggu. Atau jangan-jangan ada yang berpikiran toh masih ada jeda waktu. Masih ada satu jam, masih ada lima belas menit, atau malah masih ada lima menit.
Hm..., perkara ini tidak bisa disamakan dengan deadline pekerjaan. Memang ini adalah 'pekerjaan' kita sebagai manusia di muka bumi, tetapi 'pekerjaan' kita kali ini menentukan nasib hidup dan mati. Bos kita akan melihat, siapa anak buahnya yang bersegera mengerjakan pekerjaannya dan siapa yang menunda-nunda. Dari kesungguhan itulah, bos kita akan memberikan gaji setimpal berupa pahala.
Memang orang sering malas-malasan karena merasa pahala atau gaji itu tidak kelihatan. Lantas menganggap tak apalah asal tetap dapat gaji. Yah, itu memang urusan masing-masing individu. Mau mendapat pahala banyak atau sedikit memang terserah kamu.
Tapi coba bayangkan, atasan atau dosen kita saja marah kalau kita molor, apakah kita tidak membayangkan bagaimana Allah murka karena kita mengabaikannya? Sadarkah kita bahwa Allah sudah sedemikian maklum pada kita? Hanya saja kita tak tahu apa yang sebenarnya akan Allah persiapkan untuk kita di akhirat nanti.
Berhubung kita tidak tahu, sudah sepantasnya jika kita melakukan yang terbaik. Layaknya pegawai yang mati-matian bekerja agar mendapat gaji maksimal, mengapa kita tidak mati-matian beribadah dengan sempurna agar mendapat pahala yang maksimal juga?
So, silakan dicoba. Semoga kelak kita mendapat panen gaji di surga. Aamin...
No comments:
Post a Comment