Lembut
Avi Ramadhani
21:34
0 Comments
Ketika mengikuti program jaga malam di suatu sore, seorang
pasien bercerita, “Koasnya ganti ya mbak? Biasanya kemarin yang jaga Mbak X.
Kalau meriksa lembut banget”. Saya pun menjawab, “Iya pak, jadwal jaganya
ganti-ganti”. Bapak itu melanjutkan, “Oh, gitu ya mbak. Itu koasnya baik, mbak.
Kalau cara meriksanya lembut gitu kan pasien jadi senang ya mbak”. Saya tersenyum
dan mengiyakan.
Di lain waktu, seorang pasien yang baru saja masuk IGD
berkata, “Dok, periksanya pelan-pelan ya. Nyuntiknya pelan-pelan. Saya trauma,
dok. Di klinik sebelumnya sudah dicoblos di mana-mana. Kasar”. Kami yang ada di
IGD saat itu hanya mengiyakan.
Ketika mendengar komentar beberapa pasien tersebut, saya
teringat dengan petuah Wadir Pelayanan RSDM saat pradik dulu. Beliau berkata, “66%
pasien pindah karena bertemu dengan orang yang tidak menyenangkan”. Tanpa data
akurat 66% itu saja, secara logika kita bisa menerimanya.
Ini layaknya hukum aksi dan reaksi. Ketika seorang
diperlakukan secara kasar, orang itu seringnya akan membalas dengan kasar pula.
Bahkan bisa jadi justru membalas dengan yang jauh lebih kasar. Mungkin, pasien
tidak akan kooperatif, menolak tindakan ini itu, atau bahkan meninggalkan
tempat layanan dan pulang.
Sebaliknya, jika pasien merasa diperlakukan dengan lembut,
tentu dia akan membalas dengan baik pula. Sekalipun mungkin tidak dengan
sesuatu yang lebih baik, setidaknya sikap kooperatif pasien akan cukup membantu
kita.
Yup, tak ada satu pun manusia di bumi ini yang ingin
diperlakukan dengan kasar. Semua pasti ingin mendapatkan perlakuan yang lembut,
penuh dengan kasih sayang. Jika kita juga ingin mendapat perlakuan yang baik,
mengapa tidak kita dulu yang mulai untuk berbuat baik?