Suatu gangguan jiwa dapat ditinjau dari segi biologi.
Kaitannya nanti dengan mengetahui proses perubahan biologi, fisiologi, maupun
biokimianya sehingga dapat dilakukan terapi secara klinis. Maka muncullah
istilah psikiatri biologi yang dewasa ini berkembang menjadi
psikoneuroimunologi.
Dalam sistem saraf, kita mengenal istilah neuron, sel
glia, dan impul saraf. Neuron di otak jumlah milyaran baik aferen dan eferen.
Neuron ini akan saling membantu. Misal ada 10 neuron, ketika 2 neuron lemah, 8
neuron akan menutup tugas dari 2 neuron tersebut. Ini terjadi karena ada
interkonektif.
Setelah berumur 30 tahun, tiap 1 tahun ada 1% neuron
yang mati. Tapi bukan berarti memori akan hilang. Soalnya ada interkoneksi
tadi, sehingga neuron yang lain bisa mengcover kehilangan neuron yang lain.
Neuron ini butuh glukosa untuk bekerja. Kalau tidak
ada glukosa, maka aka nada mekanisme glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari
bahan-bahan lain. Yang perlu diingat, dalam otak ada 5 daerah rawan yang bariernya
lemah. Padahal neuron juga berhubungan dengan dunia lair. Misal ada benturan di
hipofisis (salah satu daerah yang lemah), maka wajar jika bicaranya langsung
nglantur dll.
Sel glia meliputi astrosit, oligodendrosit, sel
schwan, microglia. Yang kaitannya dengan imunitas dan psikiatrik yang
mirkroglia. Yang kaitannya dengan metabolism seperti Fe yaitu astrosit.
Memori kita itu ada kuncinya berupa magnesium. Jika
kita baca berkali-kali atau mengulang-ulang berkali-kali, ikatan Mg ini akan
lepas sehingga kita bisa ingat. Tapi ada juga orang yang sekali baca langsung
ingat. Ini berarti ikatan Mg-nya lemah. Ikatan Mg ini penting biar tidak semua
hal dapat kita ingat dengan mudah. Itulah kenapa untuk mengingat itu biar butuh
usaha.
Ikatan Mg ini lebih mudah terlepas ketika kita emosi.
Makanya kenapa kalau orang patah hati (dalam keadaan emosi) dia jadi ingat
terus apa penyebab atau kejadian yang membuat dia patah hati. Termasuk ketika
benci dengan seseorang, hal ini justru membuka ion Mg sehingga kita malah ga bisa
lupa dengan orang itu. Inilah yang menyebabkan terjadinya phobia. Karena ada
emosi sehingga ingat terus dengan keadaan ketakutan itu.
Impuls saraf mulai dari presinap, melewati celah
sinaps, dan berakhir di reseptor yang ada di pasca sinaps. Neurotransmitter
pecah dari vesikel di presinaps kemudian ke celah sinaps. Sebagin
neurotransmitter akan sampai ke reseptor. Tapi ada juga yang dihancurkan,
hilang, atau kembali ke presinaps.
Neurotransmiter yang berikatan dengan reseptor
berfungsi sebagai first massanger. Kemudian selanjutanya ke sitoplasma oleh G
protein yang berfungsi sebagai second massanger. Inti sel sebagai third
massanger.
Ada beberapa neuropeptida seperti serotonin,
norepinefrin, dopamine. Serotonin kaitannya dengan pengendalian impuls. Jadi
orang yang kurang bisa mengendalikan rangsangan dari luar, bisa jadi
serotoninnya berlebihan. Misal, dia kaget tiba-tiba langung mukul.
Dopamin kaitannya dengan dorongan. Misal ada orang
yang males diajak ngapa-ngapain, bisa jadi dopaminnya rendah. Norepinefrin
kaitannya dengan kewaspadaan. Misal gampang ngantuk, bisa jadi norepinefrinnya
rendah.
Ketiganya itu saling berinteraksi. Misal norpenifrin
dan dopamine berhubungan ketika termotivasi. Untuk bisa termotivasi, orang
butuh kewaspadaan (norpepinefrin) alias kesiapan untuk melakukan sesutu dan juga dorongan (dopamine) untuk melakukan
sesuatu.
Dopamin dan serotonin saling berkaitan dalam hal
nafsu makan, seks, agresif. Misal orang dorongan seksnya tinggi (dopamine
tinggi) dan serotonin tinggi (kemampuan menghadapi rangsangnya tinggi),
bisa-bisa setiap bertemu dengan orang yang menurutnya merangsang trus mengajak
untuk melakukan hubungan.
Norepenifrin dan serotonin berhubungan dalam hal
kecemasan dan sensitifitas. Orang cemas cenderung untuk selalu waspada
(norepinefrin tinggi). Ketika ada rangsangan sedikit saja, dia akan berespon
(serotonin tinggi). Jadilah muncul kecemasan itu. Bisa juga karena ada
rangsangan sedikit saja, dia lantas emosi sehingga terlihat sensitive.
Serotonin, dopamine, dan norepinefrin berkaitan dalam
hal emosi, mood, dan fungsi kognitif. Contohnya dalam hal belajar. Untuk
belajar, kita butuh dopamine (dorongan kuat). Kita juga butuh norepinefrin
tinggi biar ga ngantukan. Kita juga butuh serotonin tinggi biar kita terangsang
untuk belajar.
Dalam kaitannya dengan psikiatri (emosi), bagian otak
yang paling berperan adalah sistem limbic. Sistem limbic terdiri dari diensefalon
yang mengatur emosi dan perilaku, hipotalamus kaitannya dengan emosi, girus
singulat kaitannya dengan agresif, amigdala kaitannya dengan rasa takut, dan
hipokampus kaitannya dengan memori.
Ada juga sistem HPA axis. Ketika orang stress atau
takut, amigdalanya akan mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus akan memproduksi
CRF ke hopofisis sehingga hipofisis memproduksi ACTH yang akan mempengaruhi
adrenal dan memproduksi glukokortikoid. Glukokortikoid inilah yang menyebabkan
stress.
TERIMAKSIH TULISANYA,SETELAH MEMBACANYA SAYA JADI AGAK PAHAM KARENA ULASANNYA DENGAN BAHASA YANG MUDAH DICERNA.DARI MURID DOKTER DEBREE.(YUNI)
ReplyDeleteTerima kasih kembali dr.Yuni..
ReplyDeleteMohon maaf hanya catatan seadanya dari kuliah dr.Debree saja.. :)
Sungguh ini adalah artikel yang bermutu dan menginspirasi banyak orang. Berkat ilmu ini kita jadi sedikit lebih paham tentang kaitan emosional dan sifat Manusia dengan unsur kimiawi di Otak Manusia. Trims mau berbagi ilmu pengetahuan yang jarang diketahui orang2 pada umumnya.
ReplyDelete