Follow Us @soratemplates

Thursday 22 December 2011

Psikiatri Biologi

dr.Debree Septiawan

Suatu gangguan jiwa dapat ditinjau dari segi biologi. Kaitannya nanti dengan mengetahui proses perubahan biologi, fisiologi, maupun biokimianya sehingga dapat dilakukan terapi secara klinis. Maka muncullah istilah psikiatri biologi yang dewasa ini berkembang menjadi psikoneuroimunologi.
Dalam sistem saraf, kita mengenal istilah neuron, sel glia, dan impul saraf. Neuron di otak jumlah milyaran baik aferen dan eferen. Neuron ini akan saling membantu. Misal ada 10 neuron, ketika 2 neuron lemah, 8 neuron akan menutup tugas dari 2 neuron tersebut. Ini terjadi karena ada interkonektif.
Setelah berumur 30 tahun, tiap 1 tahun ada 1% neuron yang mati. Tapi bukan berarti memori akan hilang. Soalnya ada interkoneksi tadi, sehingga neuron yang lain bisa mengcover kehilangan neuron yang lain.
Neuron ini butuh glukosa untuk bekerja. Kalau tidak ada glukosa, maka aka nada mekanisme glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari bahan-bahan lain. Yang perlu diingat, dalam otak ada 5 daerah rawan yang bariernya lemah. Padahal neuron juga berhubungan dengan dunia lair. Misal ada benturan di hipofisis (salah satu daerah yang lemah), maka wajar jika bicaranya langsung nglantur dll.
Sel glia meliputi astrosit, oligodendrosit, sel schwan, microglia. Yang kaitannya dengan imunitas dan psikiatrik yang mirkroglia. Yang kaitannya dengan metabolism seperti Fe yaitu astrosit.
Memori kita itu ada kuncinya berupa magnesium. Jika kita baca berkali-kali atau mengulang-ulang berkali-kali, ikatan Mg ini akan lepas sehingga kita bisa ingat. Tapi ada juga orang yang sekali baca langsung ingat. Ini berarti ikatan Mg-nya lemah. Ikatan Mg ini penting biar tidak semua hal dapat kita ingat dengan mudah. Itulah kenapa untuk mengingat itu biar butuh usaha.
Ikatan Mg ini lebih mudah terlepas ketika kita emosi. Makanya kenapa kalau orang patah hati (dalam keadaan emosi) dia jadi ingat terus apa penyebab atau kejadian yang membuat dia patah hati. Termasuk ketika benci dengan seseorang, hal ini justru membuka ion Mg sehingga kita malah ga bisa lupa dengan orang itu. Inilah yang menyebabkan terjadinya phobia. Karena ada emosi sehingga ingat terus dengan keadaan ketakutan itu.
Impuls saraf mulai dari presinap, melewati celah sinaps, dan berakhir di reseptor yang ada di pasca sinaps. Neurotransmitter pecah dari vesikel di presinaps kemudian ke celah sinaps. Sebagin neurotransmitter akan sampai ke reseptor. Tapi ada juga yang dihancurkan, hilang, atau kembali ke presinaps.
Neurotransmiter yang berikatan dengan reseptor berfungsi sebagai first massanger. Kemudian selanjutanya ke sitoplasma oleh G protein yang berfungsi sebagai second massanger. Inti sel sebagai third massanger.
Ada beberapa neuropeptida seperti serotonin, norepinefrin, dopamine. Serotonin kaitannya dengan pengendalian impuls. Jadi orang yang kurang bisa mengendalikan rangsangan dari luar, bisa jadi serotoninnya berlebihan. Misal, dia kaget tiba-tiba langung mukul.
Dopamin kaitannya dengan dorongan. Misal ada orang yang males diajak ngapa-ngapain, bisa jadi dopaminnya rendah. Norepinefrin kaitannya dengan kewaspadaan. Misal gampang ngantuk, bisa jadi norepinefrinnya rendah.
Ketiganya itu saling berinteraksi. Misal norpenifrin dan dopamine berhubungan ketika termotivasi. Untuk bisa termotivasi, orang butuh kewaspadaan (norpepinefrin) alias kesiapan untuk melakukan sesutu  dan juga dorongan (dopamine) untuk melakukan sesuatu.
Dopamin dan serotonin saling berkaitan dalam hal nafsu makan, seks, agresif. Misal orang dorongan seksnya tinggi (dopamine tinggi) dan serotonin tinggi (kemampuan menghadapi rangsangnya tinggi), bisa-bisa setiap bertemu dengan orang yang menurutnya merangsang trus mengajak untuk melakukan hubungan.
Norepenifrin dan serotonin berhubungan dalam hal kecemasan dan sensitifitas. Orang cemas cenderung untuk selalu waspada (norepinefrin tinggi). Ketika ada rangsangan sedikit saja, dia akan berespon (serotonin tinggi). Jadilah muncul kecemasan itu. Bisa juga karena ada rangsangan sedikit saja, dia lantas emosi sehingga terlihat sensitive.
Serotonin, dopamine, dan norepinefrin berkaitan dalam hal emosi, mood, dan fungsi kognitif. Contohnya dalam hal belajar. Untuk belajar, kita butuh dopamine (dorongan kuat). Kita juga butuh norepinefrin tinggi biar ga ngantukan. Kita juga butuh serotonin tinggi biar kita terangsang untuk belajar.
Dalam kaitannya dengan psikiatri (emosi), bagian otak yang paling berperan adalah sistem limbic. Sistem limbic terdiri dari diensefalon yang mengatur emosi dan perilaku, hipotalamus kaitannya dengan emosi, girus singulat kaitannya dengan agresif, amigdala kaitannya dengan rasa takut, dan hipokampus kaitannya dengan memori.
Ada juga sistem HPA axis. Ketika orang stress atau takut, amigdalanya akan mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus akan memproduksi CRF ke hopofisis sehingga hipofisis memproduksi ACTH yang akan mempengaruhi adrenal dan memproduksi glukokortikoid. Glukokortikoid inilah yang menyebabkan stress.

3 comments:

  1. DR.SRI WAHYUNI13 June, 2012

    TERIMAKSIH TULISANYA,SETELAH MEMBACANYA SAYA JADI AGAK PAHAM KARENA ULASANNYA DENGAN BAHASA YANG MUDAH DICERNA.DARI MURID DOKTER DEBREE.(YUNI)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih kembali dr.Yuni..
    Mohon maaf hanya catatan seadanya dari kuliah dr.Debree saja.. :)

    ReplyDelete
  3. Sungguh ini adalah artikel yang bermutu dan menginspirasi banyak orang. Berkat ilmu ini kita jadi sedikit lebih paham tentang kaitan emosional dan sifat Manusia dengan unsur kimiawi di Otak Manusia. Trims mau berbagi ilmu pengetahuan yang jarang diketahui orang2 pada umumnya.

    ReplyDelete