Ga ada noda, ga belajar! Rasanya, kita sudah sangat sering mendengar slogan ini di layar kaca atau media-media lainnya.
Bagi sebagian orang, mungkin slogan ini dipandang dengan sebelah mata plus dengan bibir mencibir pula. Barangkali dalam hati mereka berkata, "Buat belajar dengan noda? Kalau bisa tetap belajar dengan bersih, kenapa harus dengan noda? Tanpa noda juga tetap bisa belajar kok"
Ya, memang benar. Siapapun tetap bisa belajar tanpa harus dengan menciptakan noda. Terlebih untuk mereka-mereka yang memang dituntut untuk selalu steril dan bersih dalam proses belajar atau bekerjanya. So, slogan di atas memang tidak berlaku dalam hal ini. Tentunya juga akan sangat bersyukur sekali jika kita tetap bisa belajar tanpa menciptakan noda apapun juga.
Tapi, makna slogan di atas memiliki sudut pandang yang berbeda. Noda yang tercipta justru sebagai sarana belajar itu sendiri. Orang yang menciptakan noda justru akan bertambah 'ilmunya', tentunya jika disikapi dengan baik. Ketika noda itu muncul, orang tadi lantas bertanya-tanya, "Kenapa bisa muncul noda? Apa dampaknya kalau ada noda ini? Bagaimana saya harus menghilangkan noda?" dan seterusnya, maka orang yang memiliki noda inilah yang akan jauh lebih banyak belajar. Artinya, dengan noda itulah dia tahu dimana letak kesalahannya sekaligus tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya. Di lain sisi, orang yang selalu steril boleh jadi hanya tahu bagaimana yang sebenarnya, dan hanya mereka-reka saja kira-kira seperti apakah keadaan yang bernoda itu.
Lantas, apakah kita harus menciptakan noda itu? Tidak juga. Bukan berarti kita harus menciptakan noda sebanyak-banyaknya dengan dalih ingin lebih pintar dari yang steril. Selagi mampu membuat sesuatu dengan steril, lakukan saja. Andai suatu ketika muncul noda, jadikan sebagai sarana belajar baru buat kita.
Seperti kata seorang teman, "Kita memang harus berjalan lurus. Tapi jika hanya berjalan lurus, kita tidak tahu apa yang ada di kanan kiri kita. Jika terus berjalan lurus, suatu waktu kita akan terbentur ujung jalan juga. Maka, berbeloklah sedikit. Bukan karena mengingkari jalan yang lurus, tapi justru agar kita tak terhenti dan kembali menemukan jalan lurus tadi".
Perumpamaan teman saya ini berlaku dalam banyak hal. Sebagai contoh, jalan lurus ini bisa diartikan dengan kehidupaan perkuliahan di kampus. Kita boleh saja berharap kehidupan kuliah kita lancar maju terus tanpa hambatan. Tapi, bukan tidak mungkin akhirnya kita terpentok pada ujung jalan. Tidak lulus, remed, mengulang, dan beberapa keadaan lainnya. Apakah akan berhenti? Tentu saja tidak. Kita harus berbelok sedikit untuk bisa berjalan lurus lagi. Tak ada salahnya kita berbelok dengan mengikuti perkuliahan bersama adik tingkat karena mengulang, tak ada salahnya pula jika kita berbelok sejenak untuk masuk pit stop karena remed ujian.
Intinya, tak ada alasan untuk terhenti. Sekalipun itu noda, pasti akan hilang dengan detergen ampuh. Sekalipun itu ujung jalan, pasti ada belokan untuk melaju lagi. Insya Allah..
No comments:
Post a Comment