Suatu barang atau karya akan menjadi
biasa-biasa saja atau sangat berharga tergantung dari idenya.
Saya mempercayai statement di atas dengan sepenuh hati. Semua barang yang ada di
dunia ini akan terlihat mahal hanya karena keunikan idenya. Sebagai contoh,
sama-sama membuat keripik singkong, tetapi ketika dibubuhi ide pengemasan yang
menarik dan ide pemasaran yang spektakuler, maka akan menjadi mahal lah keripik
singkong itu. Bagi saya, teori ini berlaku untuk semua hal. Tak hanya untuk
barang dan jasa, tetapi juga untuk sebuah karya, termasuk karya tulis.
Dalam sebuah training kepenulisan,
seorang pembicara bernama Yusuf Maulana mengatakan, “Tangkaplah ide seakan-akan
itu adalah percikan dari langit”. Ya, kata-kata beliau itu benar adanya.
Banyak orang ketika akan menulis
terbentur pada ide. Sesuatu yang dikeluhkan biasanya adalah sulit mencari atau
menemukan ide. Padahal, ide tak pernah pergi ke mana-mana. Ide selalu ada
bertebaran di mana saja. Lagi-lagi seperti yang dikatakan Pak Yusuf Maulana,
tangkaplah ide, bukan carilah ide.
Mungkin mekanisme penemuan ide dengan
cari mencari atau menangkap sekiranya hampir sama saja. Tapi, sesungguhnya jauh
berbeda. Ketika kita mencari ide, maka kita fokus pada ide. Lantas kita
berjalan-jalan ke sana kemari sambil pikiran kita fokus bertanya-tanya, di
manakah gerangan ide bersembunyi saat ini. Tapi, ketika kita memakai konsep
menangkap ide, maka yang kita fokuskan adalah sarana yang kita miliki. Kita
akan berjalan-jalan dengan santai, jika sewaktu-waktu ada sesuatu yang
menghampiri lantas kita tangkap. Jika itu bisa jadi ide, ambil. Jika tidak,
lepas.
Dalam konteks yang kedua, rasanya
perjuangan untuk mendapatkan ide itu terasa lebih ringan dan tanpa beban. Kita
hanya perlu membuka mata seluas-luasnya, melapangkan pikiran kita, dan
menajamkan hati kita untuk memilah, benarkah ini ide yang sedang kita
nanti-nanti. Kita tak perlu sepaneng
alias terbebani untuk mencari-cari ide itu sendiri.
Uniknya, ide yang datang dengan
sendirinya itu sering kali adalah ide yang ampuh. Justru karena ia datang
dengan tiba-tiba, ide itu seringkali tak terpikirkan oleh orang lain. Maka,
wajar kiranya jika Pak Yusuf Maulana menyebut sebagai kilatan dari langit,
sedangkan saya sendiri lebih suka memakai istilah wangsit.
Ya, ide yang tiba-tiba datang itu
ibarat wangsit. Ketika kita tak terforsir untuk mencari, tiba-tiba ide itu
datang sendiri. Dan karena ide itu yang datang menemui kita, maka saya punya
anggapan bahwa memang ide itulah yang terbaik buat saya. Percaya tidak percaya,
ternyata ide wangsit itu pulalah yang seringkali manjur melahirkan sebuah
piala.
Barangkali karena memang datangnya dari
langit, maka itu adalah karunia Allah SWT. Barangkali karena ide itulah yang
menemui kita, maka ia akan benar-benar barokah untuk diri kita.
Jadi, untuk Anda yang ingin menjadi
tangguh dengan rentetan karya yang berharga dan tidak hanya dianggap sebelah
mata, perkaya saja ide Anda. Tentu bukan ide yang biasa-biasa saja, melainkan
ide yang jatuh dari langit bak wangsit yang membuat prestasi Anda akan melejit.
Insya Allah.
Wangsit itu ide yang mak bedunduk datang gitu ya hahaha bahasa saya memang suka aneh2
ReplyDeleteHaha betul sekali mam... Saya paham kok bahasanya ... :)
ReplyDelete