Siap tidak siap, adegan demi adegan dalam kehidupan akan datang dan harus diperankan.
Setiap akan masuk maupun keluar dari kamar, mata saya tertuju pada sebuah tulisan besar di papan tulis. Sebuah kalimat tanya 'ARE YOU READY?' terpampang di sana. (Dan pagi tadi, adik saya iseng menuliskan 'NO' di samping kalimat tanya itu). :D
Ada apa gerangan? Bukan apa-apa. Niat semula, saya hanya ingin mengingatkan bahwa saya masih punya tanggungan ujian kompre dalam hitungan beberapa hari lagi. Tapi, saya kemudian tersadar dan mencoba melihat reminder itu dari sisi yang lebih luas lagi.
Saya hanya ingin memaksa diri ini untuk ingat bahwa semua hal harus dipersiapkan.Ya, semua hal. Bahkan untuk perkara sepele seperti makan atau mandi pun, kita butuh mempersiapkan semua peralatannya. Jika hal sepele saja butuh persiapan, terlebih lagi untuk hal besar yang membawa perubahan pada kehidupan kita. For example, mungkin kita sering ditanya, "Sudah siap nikah?" atau untuk urusan hidup yang lebih besar, "Sudah siap mati?"
Ya, pertanyaan tentang kesiapan itu akan selalu datang. Ketika orang sudah di luar ruang ujian, bisa saja dia mengeluh belum siap ujian. Ketika seseorang menyebarkan undangan pernikahan, boleh jadi ada rasa khawatir dia belum siap untuk menikah. Atau barangkali ketika dia sekarat di rumah sakit, dia pun belum siap jika harus menjemput kematian pada saat itu.
Boleh jadi kita memang masih kurang mempersiapkan diri. Tapi, bisa juga ini hanya perkara mental semata. Persis seperti yang dikatakan teman saya, "Anak FK itu rata-rata pembohong. Kalau ditanya udah siap ujian atau belum, pasti jawabnya belum. Tapi begitu hasil ujian dibagikan, langsung deh nilainya bagus dan lulus semua"
Ya, bisa saja begitu. Hanya perkara mental karena kita merasa belum puas. Saya justru berpikir, apakah akan ada kepuasan itu? Dalam benak saya justru persiapan itu tak kan ada habisnya. Orang yang mau ujian seharusnya belajar tanpa kenal henti. Bukankah belajar yang baik adalah dari buaian hingga liang lahat? Orang yang mau menikah juga seharusnya tidak berhenti mempersiapkan diri, termasuk ketika sudah menjadi pasangan resmi tetap saja banyak persiapan-persiapan untuk mengarungi hidup bersama. Demikian juga dengan kematian. Hingga detik nyawa keluar dari raga, kita tetap saja harus terus bersiap-siap. Salah satunya dengan mencoba agar kalimat Allah-lah yang keluar terakhir dari bibir kita.
So, jika ditanya 'are you ready?' mungkin wajar jika menjawab 'no'. Entah siap tak siap, bagaimanapun harus tetap dihadapi. Yang penting terus melakukan persiapan tanpa kenal henti.
Insya Allah...
Iya mbak. Siap gak siap kita musti menjalani apa yang musti dijalani ^_^
ReplyDeleteSip.. Akan lebih baik jika kita memang benar-benar siap.
ReplyDeleteInsya Allah..