Follow Us @soratemplates

Wednesday, 13 February 2013

My Brother, My Keeper



Pernah nonton film My Sister's Keeper? Film itu mengisahkan tentang seorang kakak yang sakit-sakitan dan dia memiliki adik perempuan yang sengaja dilahirkan demi melindungi kesehatan kakaknya. Dalam film itu, sebenci atau tidak sukanya adik itu pada kakaknya, pada dasarnya dia tetap mencintai kakaknya juga.

Inilah yang ingin saya ceritakan. Seperti biasa, saya hanya ingin bercerita. Kita akui atau tidak, hubungan seorang kakak adik seringkali membawa banyak warna. Ada yang sering bertengkar, ada pula yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu misi misalnya. Nah, di sini saya ingin menceritakan adik saya.

Adik saya seorang laki-laki yang pada saat tulisan ini saya buat masih duduk di kelas 3 SMA. Sebagai kakak yang 'jahat', bisa dibilang saya kejam sekali tidak pernah mempedulikan adik saya. Oke, ini adalah judgement saya terhadap diri saya sendiri. Padahal, dalam beberapa kesempatan, saya seringkali merasa bahwa adik saya ini begitu spesial.

Contohnya kemarin malam. Saya pulang selepas magrib. Langit sedang mengucurkan hujan dengan derasnya. Suasana makin suram dengan listrik yang padam. Begitu saya sampai dan membuka pintu gerbang dan garasi, adik saya langsung menghampiri.
"Yah..., lagi wae meh tak SMS kak nek ga usah pulang sik, peteng" (Yah, baru saja mau saya SMS kak kalau ga usah pulang dulu, gelap)

Berhubung saya lelah dan dalam keadaan basah, saya cuma diam saja. Saya memasukkan motor ke dalam garasi. Begitu mesin motor mati, garasi menjadi gelap lagi, padahal saya harus balik lagi keluar untuk menutup pintu gerbang dan pintu garasi. Saya hanya mengeluh, "Yah..peteng" (Yah..gelap)

Tanpa ba bi bu, adik saya meninggalkan saya sendiri di garasi. Saya pun melangkah ke pintu gerbang. Begitu saya membalik, ada sebuah cahaya dari arah pintu.
"Ni kak, tak bawain senter"

Just simple, tapi saya melongo. Bukan apa-apa, tanpa saya minta, adik saya paham dia harus melakukan apa. Memang hanya tindakan sederhana, tapi ketika itu adalah sesuatu yang sangat saya butuhkan, saya merasa bahwa dia begitu baik dan perhatian pada saya.

He is my brother. Seorang adik yang sering cuek dan asyik dengan hidupnya sendiri (pun begitu pula kakaknya), seorang adik yang menurut saya masih sering childish dan manja, seorang adik yang masih itungan terhadap apapun yang diminta orang lain padanya.

Tapi dia seorang adik yang dulu bertanya, "Kak, enaknya cita-citaku apa ya? Aku bingung ga punya cita-cita."
Seorang adik yang sering marah-marah, "Kamu itu doain aku lho Kak, biar keterima managemen UGM!"
Seorang adik yang dengan nada sedih berkata, "Moga-moga aku bisa, aku ya pingin bikin bapak ibu bangga, ga cuma kakak aja"
Seorang adik yang ketika ujian akan mondar-mandir di kamar saya, "Aku ga bisa tidur Kak" dan berkata, "Aku pingin kayak kamu, enak ga tidur sampe malam tapi paginya ga ngantuk"
Seorang adik yang bingung ketika mau beli sesuatu, "Aku ngomong apa ke penjualnya?"

Yup, he is my brother. Mungkin bagi Anda cerita saya tak ada apa-apanya, tapi bagi saya yang cuek dan sering tak terlalu peduli dengan keadaan, apa yang dilakukan adik saya secara tidak sadar sangat berarti bagi saya.

Atau barangkali demikian juga yang Anda rasakan. Sekalipun ada banyak intrik dengan saudara-saudara kita, pada akhirnya ada rasa cinta dan sayang tak terdefinisikan juga. Ada adik yang khawatir kakaknya mendapat pasangan hidup yang tidak baik menurutnya. Ada kakak yang rela mengerjakan apa yang menjadi tugas adiknya demi sang adik tidak dimarahi orang tua. Ada kakak adik yang demikian kompak melakoni hobi bersama atau bekerja sama merengek sesuatu di hadapan orang tuanya.

Sekalipun kakak sering menyuruh semena-mena, sekalipun adik sering menolak tanpa kejelasan alasannya, semua skenario hidup di atas adalah jalan hidup yang indah. Dan saya percaya dengan quote di atas. Sisters are our first friend and our second Mother.

Ya, you are my first friend and my second father. Semoga Allah meridhoimu selalu. Aamiin..


*edisi muhasabah interaksi dengan orang terdekat



3 comments:

  1. Disadari atau tidak adik atau kakak kita adalah salah satu faktor yang mendorong keberhasilan kita. Mereka adalah salah satu sumber semangat. Bukankah kita ingin sukses agar adik-adik kita paling tidak bisa mencontoh atau bahkan bisa melakukan yang lebih baik dari yang kita lakukan. Itulah mengapa saat harus balik ke kota, pingin rasanya mencium kening dua adik saya. Dulu waktu mereka masih SD begitu lucu. Tanpa terasa sudah lama merantau ke Jakarta, mereka sudah besar dan beranjak dewasa. Barangkali orang yang menjengkelkan itu adalah justru orang yang paling sayang.

    ReplyDelete