Follow Us @soratemplates

Wednesday 5 August 2020

Berselancar di Komunitas



Alhamdulillah sudah memasuki minggu kedua kelas pra bunda sayang Ibu Profesional. Di minggu ini kami membicarakan tentang prinsip berkomunitas dan code of conduct. Apa itu?

Seperti kata peribahasa, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, di manapun kita berada pasti akan ada aturan yang berlaku. Begitu pula dengan Ibu Profesional. Di sini istilah aturan tersebut dikenal dengan nama code of conduct dan prinsip berkomunitas.

Ketika membicarakan prinsip berkomunitas, saya teringat pengalaman kurang lebih setahun yang lalu saat sekretaris regional menanyakan tentang makna komunitas IP dan kontribusi berkomunitas pada seluruh member IP Soloraya. Waktu itu saya menjawab, bahwa berorganisasi dan berkomunitas adalah hobi saya sejak kecil. Berhubung ini adalah hobi, maka saya justru berbinar-binar ketika terjun di komunitas.

Tentunya komunitas yang dimaksud adalah komunitas yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Persis seperti kata Bune Yani di materi kemarin. Burung yang berkicau sama akan hinggap di dahan yang sama. Dan saya merasakan hal itu di Ibu Profesional. Saya merasa sefrekuensi dengan member-member IP soloraya dan itu membuat saya betah untuk bertahan di sana.

Karena ini adalah hobi, maka berorganisasi atau berkomunitas di IP bukan menjadi beban bagi saya. Sebaliknya, justru menjadi ajang me time dan wahana saya untuk merasa bahagia. Dengan sudut pandang inilah maka prinsip berkomunitas yang diminta untuk selalu aktif dan tidak pasif menjadi poin pertama yang InsyaAllah selalu berusaha dipenuhi. Bukan karena sekedar mematuhi peraturan, melainkan karena saya pribadi butuh untuk mendapatkan kebahagiaan.

Setelah itu, salah satu tahap lanjutannya adalah dengan memberikan kontribusi. Saya akui bahwa IP ibarat gudang ilmu yang seolah tak ada habisnya. Kalau saya mau serakah, bisa saja saya mengeruk ilmu itu sepuas-puasnya. Tapi, apa itu membahagiakan?

Bagi saya, seseorang tak akan pernah mendapat kebahagiaan ketika dia hanya menuntut untuk selalu diberi tanpa pernah memberi. Justru kebahagiaan hakiki itu muncul saat kita mampu memberi meski hanya sedikit dari yang kita miliki. Di sinilah makna kontribusi. Maka, meski usia saya masih seumur jagung di IP, selagi saya mampu, sekecil apapun saya akan berusaha untuk bisa memberikan kontribusi.

Kaitannya dengan proses menimba ilmu, saya mendapat insight baru dari materi CoC yang disampaikan Biyung Ratna kemarin. Di era semua serba ingin show off, rasanya semua ilmu atau info ingin segera dishare. Saya pernah merasa risih dengan hal ini. Apa iya semua ilmu atau bahkan catatan mentah materinya dipublish begitu saja?

Ternyata saya mendapat jawabannya kemarin. Tidak semua materi langsung dishare. Pelajari dulu, terapkan dulu, lalu share lah materi itu dengan pengalaman yang sudah dilakukan. Berikan pula nilai-nilai menurut sudut pandang pribadi agar benar-benar menjadi jurnal yang pas untuk diri kita sendiri.

Bagi saya poin CoC di atas menarik. Karena prinsip di IP adalah semua guru semua murid. Dengan memberikan jurnal versi diri sendiri maka diri kita yang semula murid dari materi itu akan beranjak menjadi guru. Pun ini terkait dengan adab terhadap ilmu, bahwa ilmu tak hanya dicari, tapi juga diamalkan lalu dibagikan.

Karena prinsipnya, adab dulu sebelum ilmu. Utamakan dulu adab menuntut ilmu yang baik, dibanding sekedar mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya namun lepas semua entah ke mana. Semoga dengan menjaga adab dengan CoC ini ilmu menjadi lebin berkah dan bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

No comments:

Post a Comment