Follow Us @soratemplates

Sunday 2 August 2020

Istana Pasir Ibu Profesional

ibu profesional, bunda sayang, pra bunsay


Ibu profesional?
Frase itu menjadi bahan pemikiran saya hampir satu minggu belakangan ini. Tepatnya setelah resmi mengikuti kelas pra bunda sayang IP Profesional. Materi critical thinking menjadi pemantik bagi saya untuk memikirkan ulang, apakah ini baik, benar, dan bermanfaat untuk saya? Ditambah materi tentang makna ibu profesional yang mengigatkan, bahwa ini bukan untuk mencetak Ibu Septi kedua, ketiga, dst, tapi ini tentang mencetak ibu profesional kebanggaan keluarga masing-masing.


Lalu, apa makna ibu profesional?

Bagi saya, ibu profesional adalah seorang wanita yang bisa menjalankan peran sebagai seorang ibu dengan bersungguh-sungguh. Namun tentunya dia hidup di dunia bukan hanya untuk menjadi ibu. Tujuan penciptaannya di muka bumi tidak sebatas itu. Maka dia perlu memahami perannya terlebih dahulu, lalu bersikap profesional atau sungguh-sungguh dengan peran yang diambilnya.

Untuk saya sendiri, selain berada di ranah domestik, saya pun mengambil peran publik sebagai seorang dokter dan penulis. Maka, ketika menjalani peran tersebut pun saya harus tetap bersikap profesional. Tentulah saya tak akan dicap profesional jika hanya fokus dengan domestik namun abai dan tidak sungguh-sungguh ketika di ranah publik.

Maka, ibu profesional versi saya adalah ketika saya bisa menjalani setiap peran yang saya pilih dengan komitmen tinggi, dimana saya bisa menunjukkan kesungguhan memberikan manfaat tanpa menyebabkan kedzaliman bagi siapapun.


Bagaimana peta untuk bisa mewujudkannya?

Dalam materi matrikulasi dulu, ada sebuah insight yang cukup membekas yaitu "bersungguh-sungguhlah di dalam, maka kamu akan keluar pula dengan kesungguhan". Artinya untuk bisa menjadi profesional di ranah domestik dan publik, fase pertama memang haruslah saya bersunggguh-sungguh di dalam terlebih dahulu.

Poin ini sejalan dengan tahap-tahapan belajar di Institut Ibu Profesional, mulai bunda sayang, bunda cekatan, bunda produktif, hingga bunda saleha. Maka, tahapan saya untuk mencapai predikat profesional adalah dimulai dengan menguasai bunda sayang terlebih dahulu, yaitu ketika saya bisa totalitas mendidik anak dengan penuh kasih sayang.

Untuk fase berikutnya, saya mengikuti ritme yang difasilitasi oleh IIP. Namun di luar itu, saya tetap berusaha memantaskan diri menjalankan semua peran yang sudah diambil dengan baik, dengan cara menambah jam terbang sesuai dengan pemetaan waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Jadi, seperti apa icon ibu profesional menurut saya?

Berhubung kami sedang belajar di wahana pasir di tepi pantai, ketika membayangkan icon ibu profesional yang terbayang dalam benak saya adalah air. Mengapa air?

Air adalah unsur yang dibutuhkan setiap makhluk hidup. Dia penting, bermanfaat. Begitu pula sosok ibu, dia juga memiliki peran penting dan crusial dalam rumah tangga dan pendidikan anaknya.

Air bersifat fleksibel, dia berubah-ubah mengikuti bentuk tempatnya. Begitu pula seorang ibu profesional. Dia juga bisa adaptatif dengan peran yang dipilihnya. Ketika berada di ranah domestik, dia seorang ibu yang penuh cinta kasih. Ketika di ranah publik, dia bisa bersikap sesuai dengan tupoksinya.

Air juga selalu mengalir, dari hulu menuju hilir. Begitu juga dengan ibu profesional di IIP ini. Dia mengalir mencari ilmu sejak matrikulasi, bunda sayang, bunda cekatan, bunda produktif, hingga bunda saleha.

Sayangnya, meski air bermanfaat, dia tetap bisa memberi kemudharatan jika berada di tempat yang tidak tepat dan jumlah yang overload. Begitu pula dengan seorang ibu. Bisa saja dia sok-sokan mengambil banyak peran di luar sana, tapi apakah banyaknya peran itu justru bermanfaat atau justru menjadi madharat ibarat banjir bandang?

Namun, air juga sebuah amal jariyah yang tak akan putus nilai pahalanya. Maka semoga begitu pula seorang ibu yang bersungguh-sungguh menebar manfaat dalam setiap perannya. InsyaAllah

No comments:

Post a Comment