Beberapa waktu lalu, saya terlibat diskusi dengan ibu saya. Pada mulanya, saya tak sengaja menemukan hasil psikotes ketika sedang ‘iseng’ merapikan bahan kuliah semester lalu. Di kertas itu tertuliskan beberapa sifat saya berdasarkan tes tersebut. Dan karena iseng pula, saya menunjukkan kertas itu pada ibu. Awalnya hanya minta pendapat, nyatanya ada banyak yang bisa direnungkan dari obrolan ringan kala itu.
Ada beberapa saran yang dilontarkan ibu. Salah satunya, kata
beliau saya harus lebih ekspresif. Ibu bilang, “Makanya, ayo nonton film. Kalau
diajak ke bioskop sama ibu ya mbok mau. Biar lebih ekspresif dan belajar banyak
hal.”
Saya hanya mengulum senyum.
Kenapa ibu sampai bilang begitu? Diakui atau tidak, kata ibu,
saya terlalu asyik dengan dunia saya sendiri. Dunia baca tulis adalah dunia
yang egois. Dunia yang asing dan senyap. Hanya asyik sendiri untuk membaca atau
menulis. Dan kata ibu, itu kurang ekspresif. Yah, memang ekspresi kita tertuang
dalam tulisan, tapi lagi-lagi itu adalah keegoisan.
Mungkin dulu saya tak pernah menonton film. Daftar referensi
perfilman saya pun semua terjadi karena orang-orang di sekitar saya. Saat SMA,
seorang sahabat merekomendasikan film untuk saya tonton dan kami
mendiskusikannya. Lalu ketika di UI dulu, beberapa teman yang maniak film sesekali
mengajak saya nonton atau memberikan softfile film pada saya. Seorang sahabat
berkata, “Ah, ngomongnya ga pernah nonton film, nyatanya penikmat film juga.”
Tanggapan saya? Hanya tersenyum malu karena tak menyangka saya akan begitu
ekspresif menikmatinya.
Ketika di UNS seorang teman mengiming-imingi saya film
tentang kedokteran. Dan tak disangka, saya sedikit ketagihan. Secara beruntun
teman-teman pun mulai memberi saya softfile film. Yah, saya sangat bergantung
pada teman saya untuk rekomendasi film apa yang sebaiknya saya tonton.
Syaratnya cuma satu, harus ada pelajarannya, harus ada filosofinya.
Hingga beberapa waktu saya melupakan beberapa softfile film
yang masih memenuhi harddisk laptop saya. Saya makin asyik dengan dunia egois
saya. Hingga suatu ketika dunia film kembali mengusik.
Seorang teman meminta sebuah cerpen saya untuk dijadikan
film. Sudah lama saya tak menggoreskan pena atau menekan keyboard untuk sebuah
cerpen. Maka ekspresi saya pun biasa-biasa saja. Tapi begitu film itu jadi dan
saya menyaksikannya (terlebih ketika film itu menerima penghargaan), lagi-lagi
ada sebuah rasa membuncah. Teman saya berkata, “Hm, sepertinya harus
banyak-banyak dicekoki film nih.”
Saya pun hanya tertawa mendengar saran konyolnya.
Dan tadi malam saya tak bisa tidur. Karena kemarin seorang
teman main ke rumah dan lagi-lagi memberi saya softfile film, maka saya
memutuskan untuk menonton film itu.
Apa perasaan saya setelah menonton film itu? Ekspresif. Ya,
saya merasa diri saya lebih ekspresif. Ada sebuah semangat meletup-letup dari
film itu. Ada beberap quote yang saya suka di film itu. Dan saya mengenang
beberapa film yang pernah saya tonton. Ada banyak pelajaran yang bisa saya
petik dari kisah haru ataupun cerita mendebarkan di setiap film yang saya
saksikan.
Kiranya benar apa kata ibu, “Lihat film, biar lebih
ekspresif dan banyak belajar.” Sepertinya benar kata sahabat saya, “Sebenarnya
kamu itu penikmat film juga,” Dan agaknya saya sepakat dengan teman saya, “Harus
dicekoki banyak film nih.”
Yah, mungkin tujuan saya menulis ini tidak semata-mata
mengajak untuk menonton film, tapi lebih untuk mengajak bagaimana bisa
berekspresi. Tak masalah seperti apa ekspresinya. Contohnya teman saya yang
waktu main ke rumah kemarin menyanyikan lagu ciptaannya. Itu bentuk
ekspresinya. Atau sejatinya menulis pun menjadi wujud ekspresi perasaan dari
jiwa.
Apapun itu, mari kita buat hidup kita lebih ekspresif. Karena
ekspresif itu menyenangkan, membuat hati lebih ringan dan menjalani kehidupan
dengan nyaman. Dan mari kita banyak belajar dari kehidupan melalui ekspresi
yang begitu banyak mengandung pelajaran. Agar kita lebih bijak menjalani hidup
ini lewat pelajaran yang dipetik dengan penuh ekspresif. Yup, ekspresikan
aksimu!
PS: Terima kasih untuk semuanya, yang telah memberikan
wahana bagi saya untuk belajar mengekspresikan diri.
Btw, film apa ya yang harus saya tonton liburan ini? Hm… :)
No comments:
Post a Comment