Follow Us @soratemplates

Friday 10 June 2022

Mamamu Nekat



Mamamu nekat. Kalimat itu dilontarkan oleh ibu pemilik usaha jasa foto di dekat kampus. Dia berkomentar begitu karena melihat saya membawa adik bayi yang baru satu bulan keluar rumah. Bisa dibayangkan saya menggendong baby sambil membonceng Mas Z dan mengendarai motor sendiri. Saat dikomentari itu, saya cuma tersenyum.


Sebetulnya suami sempat berkomentar saerupa juga sebelumnya. Bahaya! Masa iya mau keluar naik motor sambil bawa adik bayi? Tapi, ya mau gimana lagi. Mas Z mau daftar sekolah dan salah satu persyaratannya adalah melampirkan pas foto. Karena tidak punya, mau tidak mau harus membuat dulu kan. Berhubung tidak ada yang mengantar, suka atau tidak suka harus beraksi sendiri jadinya. Nekat? Ya mau gimana lagi.


Beberapa pekan sebelumnya pun si bayi ini saya bawa praktik sore. Usianya baru 3 pekan tapi sudah saya ajak untuk mengais rejeki. Emang urgent? Dipikirnya segitu amat sih cari uang. Kenapa ga ntar aja. Kasihan kan bayi belum sebulan udah harus diajak pergi. Tapi karena ada pasien yang sudah menghubungi beberapa kali, saya pun mencoba untuk kembali buka. Dan karena support system belum terbentuk, semua pasukan pun diajak serta. Dibilang nekat? Maybe, tapi mau gimana lagi.


Sepekan setelah melahirkan pun saya sudah membuka laptop dan keluar naik motor sendiri. Waktu itu masih cukup waras si jabang bayi tidak saya ajak serta. Seperti yang sudah diduga, ada komentar yang menyertai juga, "Sudah berani naik motor?" Lhah, memang kenapa? Mungkin di benaknya saya dianggap nekat juga. Baru sepekan melahirkan kok sudah mblayang dan mengerjakan apa saja.


Kalau ditelaah mungkin kesannya memang nekat. Tapi terkadang ada kondisi yang mau tidak mau memang harus dilakukan. Sesuatu yang rasanya impossible, suka atau tidak suka akhirnya berubah menjadi i'm possible. Bukannya memforsir atau memaksakan diri, tapi jika memang harus dilalui ternyata bisa juga terlampaui. Mungkin faktor the power of kepepet berlaku di sini.


Setiap orang tidak selalu memiliki kondisi yang 'biasa' dialami oleh mayoritas wanita pada umumnya. Terkadang harus ada kondisi luar biasa yang datang dengan sendirinya. Berhubung ada kondisi luar biasa itulah, dia pun berubah menjadi wanita luar biasa. Sayangnya kondisi yang di luar dari kebiasaan ini kemudian dianggap sebagai sebuah keanehan hingga dianggap nekat bagi sebagian orang.


Namun jika dikaji ulang, nyatanya bisa saja kan wanita itu melakukan hal tak biasa tadi. Bahkan kalau mau songong, bisa saja kita bertanya apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ibu. Ups, ini bukan nyerempet isu tentang emansipasi atau feminisme. Maksudnya gini. Ibarat kata, seorang wanita sudah melahirkan dengan demikian sakitnya hingga akhirnya punya baby. Istilahnya dia sudah mengorbankan separuh nyawanya. Masa iya hanya untuk berjuang pada hal lain yang jelas tidak sampai mengorbankan nyawa saja dia tidak bisa. 


Maka, mewakili emak yang sedang dalam kondisi luar bisa, bukan maksud hati kami untuk berbuat nekat dan di luar nalar kewajaran. Namun situasilah yang menempa kami untuk menyesuaikan diri. Bahwa kami adalah emak tak biasa yang bertransformasi menjadi supermom yang harus mengusahakan segalanya. Jangan anggap kami nekat, tapi lihatlah bahwa kami punya cinta untuk melakukan semuanya.

No comments:

Post a Comment