Hidup tidak akan pernah berubah jika tidak terjadi pemberontakan. Jika hanya mengikuti arus, menjadi orang yang lurus-lurus, semua akan sama. Tak akan ada riak, apalagi berharap gelombang ombak yang menggulung. Banyak yang bilang, kita harus berubah!Saya bertanya, bagaimana akan berubah jika tak ada pemberontakan?
Lihat saja orang-orang berpengaruh yang pernah ada. Lihat Soekarno Hatta. Mereka pemberontak. Pemberontak dari penjajahan Jepang dan berkat pemberontakannya Indonesia berubah menjadi merdeka. Lihat pula tokoh-tokoh reformasi yang dengan pemberontakannya Indonesia dapat lepas dari rezim Orde Baru. Masih ingin menyangkal bahwa kita harus memberontak? Kalau begitu, lihat saja Rasulullah Muhammad SAW. Bukankah beliau pemberontak sejati? Pemberontak pada masa Jahiliyah dengan tidak mengikuti arus kaumnya dan memilih berkhalwat, menyendiri di gua Hira'. Bukankah itu bentuk pemberontakan? Dampaknya, kita bisa merasakan perubahan jahiliyah yang tergantikan dengan manisnya Islam.
Lantas, kenapa tak ada pemberontakan? Banyak hal menjadi sebabnya, tapi yang utama adalah nyali. Tak semua orang punya nyali untuk memberontak dan itu berarti tidak semua orang bisa membuat perubahan. Jelas sudah. Bukankah memang banyak orang yang cenderung suka mengekor. Menganggap lebih baik mengikuti apa yang sudah ada agar tidak dipandang beda lalu terasing hingga terbuang. Hei, rasanya saya pun ingin mengatakan "saya ingin menjadi asing". Terlepas dari manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri, terkadang kita masih takut dengan bayang-bayang keterasingan. Padahal untuk apa takut asing. Harusnya bersyukurlah orang-orang yang asing. Tidakkah ingat dengan hal ini "Islam berasal dari suatu hal yang asing dan kelak akan kembali menjadi asing. Berbahagialah orang-orang yang asing karena mereka adalah orang-orang yang benar."
Jadi, jika kamu ingin mengubah dunia, berontaklah. Jika kamu tak sanggup, tanyakan pada nyalimu. Bisakah dunia berubah dengan nyali ciutmu?
Terinspirasi dari film Gie...