Follow Us @soratemplates

Wednesday 22 December 2010

Hidup Serba Kekurangan

This is my problem. Ya, hidup serba kekurangan. Ups, jangan salah sangka dulu. Jangan mengira saya akan bersumpah serapah karena kekurangan materi. NO! Anda salah besar. Karena ini adalah blog healthy, so kekurangan yang saya maksud di sini adalah kekurangan dalam hal kesehatan.

Yups. Masalah kesehatan makin lama memang makin terlihat kompleks. Dulu yang terasa biasa-biasa saja, kini mendapat perhatian yang luar biasa. Termasuk yang satu ini. Serba kekurangan dalam kehidupan kesehatan kita.

Akhir-akhir ini saya merenung dan saya menyadari sesuatu bahwa saya hidup serba kekurangan. Kurang darah (anemia), kurang calsium, kurang tekanan darah (hipotensi), dan entah kurang apa lagi. Awalnya sepele, tapi nyatanya tak boleh dianggap remeh.

Anemia
Hm..., taukah Anda, sampai segedhe ini saya belum pernah merasakan yang namanya donor darah. Dua kali saya mendaftar untuk ikut donor darah di SMA, semuanya ditolak dengan alasan yang sama. Hb-nya rendah. Dan hingga saat ini saya frustasi tak mau coba-coba daftar donor darah lagi.
Yap, gara-gara anemia. Tau kan? Di Indonesia, anemia bahkan masuk ke dalam 4 masalah gizi utama, di samping kasus kurang gizi, obesitas, dan GAKI (gangguan akibat kekurangan iodium). Satu dari dua wanita Indonesia diduga menderita anemia. Hm..., 50%. Mengapa sampai sebesar itu? Yah, wajar saja. Setiap bulannya wanita harus mengalami kehilangan darah. Jika asupan untuk kompensasinya tidak mencukupi, risiko anemia menjadi cukup tinggi.
Anemia tergolong dalam beberap jenis. Beberapa anemia akibat defisiensi antara lain defisiensi besi, defisiensi asam folat, atau defisiensi B12. Salah satu penyebabnya yaitu karena kurangnya asupan zat-zat tersebut. Salah satu pemicu terjadinya anemia defisiensi besi pada wanita yaitu adanya 'trend' vegetarian. Wanita yang hanya makan sayur saja tanpa asupan daging, bisa memiliki risiko anemia lebih tinggi. Soalnya, kandungan zat besi dalam daging itu lebih banyak dan lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan kandungan zat besi pada sayuran. So, jangan takut makan daging-dagingan ya...
Ingat, jangan remehkan anemia. Karena ibu yang menderita anemia, kemungkinan besar anaknya juga menderita anemia. Belum lagi dalam proses kehamilan, untuk tumbuh kembang janin dibutuhkan kandungan asam folat yang cukup. So, tambahi asupannya. Oke?

Kurang Calsium

Yup, ini juga menjadi masalah pelik bagi saya. Dari TK hingga hampir lulus SD, saya 5 kali bermasalah dengan tulang saya. Empat masalah di regio antebrachii (lengan bawah) dan satu masalah di os femur (tulang paha). Semua gara-gara si calcium ini. Sampai-sampai saya harus minum obat penambah calcium sebulan penuh. Tak boleh kurang. Bahkan sampai sekarang pun saya masih ingat betul bagaimana bau obat calcium rasa jeruk kental itu. Hm..., benar-benar bikin kapok.
Yah, lupakan masa lalu dan tatap masa depan. Masa lalu saya yang suram dengan kadar calcium biarlah berlalu. Sayangnya, saat saya menatap masa depan pun terlihat cukup mengkhawatirkan. Tau kan risiko kurangnya calcium bagi wanita di kemudian hari? Yup, osteoporosis. Epidemiologi kasus ini juga cukup tinggi. 1 dari 3 wanita Indonesia di atas 65 tahun menderita osteoporosis (kalbe.co.id). Hm...
Mungkin kita bisa bilang, aku ga osteoprosis kok. Tapi siapa yang tau? Osteoporosis memang tidak memiliki gejala klinis yang khas. Tau-tau aja waktu sudah tua, tubuh kita makin melengkung. Yang parah, bisa terjadi fraktur (patah tulang) yang tiba-tiba.
So, apa solusinya? Tambah asupan kalsium untuk menjaga kepadatan tulang. Tapi cuma tambah asupan kalsium saja tidak cukup. Yang penting yaitu banyak melakukan aktivitas fisik. Contohnya seperti di iklan sebuah susu penambah kalsium, gerakan sepuluh ribu langkah sehari. Ya, banyak jalan kaki dan tidak hanya duduk-duduk saja bisa membuat tulang kita terjaga kepadatannya. Satu lagi ni yang cukup sulit saya tinggalkan. Mengurangi asupan kafein. Konsumsi kafein dalam jumlah banyak ternyata bisa menyerap kandungan kalsium di tulang-tulang kita.

Hipotensi
Awalnya saya tidak terlalu concern dengan yang satu ini, tapi setelah cukup 'memakan korban' akhirnya saya mulai care dengan si hipotensi ini. Ceritanya, setiap saya bangun tidur, saya merasa sekeliling saya berputar. Tubuh saya oleng dan beberapa kali saya jatuh. Awalnya mengira, ini pasti gara-gara saya sedang puasa. Tapi ternyata kalau tidak puasa pun beberapa kali saya mengalami hal ini. Usut punya usut, salah satu penyebabnya bisa jadi si hipotensi.
Gejala hipotensi memang tidak terlalu dirasakan penderitanya. Orang dengan tensi 110/90 atau 100/80 sering menganggap apa yang terjadi pada dirinya adalah hal yang biasa saja. Padahal jika ini dibiarkan bisa menyebabkan penurunan tensi yang signifikan. Bisa-bisa tensinya menjadi 90/60 (infopenyakit.com).
Gejala yang muncul biasanya penglihatan kabur dan berkunang-kunang, gelisah, pusing, terasa mau pingsan, mudah mengantuk atau menguap, dan seluruh tubuh terasa lemah. Solusinya? Lagi-lagi harus banyak olahraga. Satu lagi nih, banyak minum air putih dan mengonsumsi makanan yang mengandung garam. Salah satu asupan yang bisa meningkatkan tekanan darah yaitu kafein. Nah lo?

Dari ketiga gejala di atas saja, saya cukup 'bingung' mengombinasikannya. Anemia butuh asupan Fe. Osteoporosis membutuhkan Ca dan mengurangi kafein. Padahal hipotensi dianjurkan sesekali minum kafein. Fe dan Ca juga merupakan 2 zat yang berkompetisi. Kalau Fe yang diserap, maka Ca ga akan terserap. Begitu juga sebaliknya. So, harus ada saat-saat tersendiri untuk mengonsumsi Fe dan saat tertentu untuk mengonsumsi Ca. Tapi, semua gejala di atas bisa diatasi kalau tubuh kita banyak beraktivitas. So, ayo olahraga...


PS:
Ini hanya tulisan superfisial. Insya Allah tulisan mendalam untuk masing-masing gejala bisa didapatkan di catatan kuliah dengan label referensi.

Sumber:
- web yang sudah disebutkan di atas
- mengingat-ingat materi kuliah beberapa blok yang lalu


No comments:

Post a Comment