Follow Us @soratemplates

Sunday, 27 March 2011

Walau Hujan


Aku teringat pada sebuah puisi di buku paket Bahasa Indonesia saat masih kelas 3 SD dulu.

Walau hujan, ayah tetap pergi ke kantor

Walau hujan, ibu tetap pergi ke pasar

Walau hujan, aku tetap pergi ke sekolah

Karena hujan adalah rahmat Tuhan

Sebuah bait puisi yang aku ingat betul. Saat ini, puisi itu menyindirku setengah mati.

Beberapa waktu lalu saat ada acara sore di kampus, seorang teman bertanya “Avi bisa datang?” dan aku menjawab, “Insya Allah datang, kalau tidak hujan.” Agh, mengapa hujan dijadikan sebagai alasan?

Lain waktu saat hujan deras di kampus, hari sudah semakin sore dan kebetulan aku tak membawa motor. Resah, menghubungi ibu barangkali saja bisa pulang bersama dengan nebeng mobilnya agar tak perlu berhujan-hujan. Alhamdulillah, ibu sedang di sekitar kampus UNS dan pulanglah aku dengan lega di bawah naungan atap mobil. Tetapi kami tak langsung pulang. Ibu harus ke kampus UNISRI dulu untuk melakukan kewajibannya. Ibu bilang, “Hujan deras begini, mahasiswanya paling sedikit. Tunggu aja kak, paling kuliahnya cuma sebentar.” Aku tak beranjak sedikit pun dari dalam mobil. Seperti biasa, hanya komat-kamit menatap air hujan berharap untuk segera berhenti. Dari kejauhan tampak seseorang berjalan perlahan-lahan dengan memakai payung. Ternyata seorang mahasiswa yang memasuki ruang yang sama dengan ruang yang dituju ibu. Tak berapa lama, sebuah sepeda motor juga melintas dengan pengendara yang memakai mantel. Lagi-lagi pengendara itu memasuki ruang yang sama dengan ibu. Sejurus kemudian, sebuah SMS masuk dari ibu yang memberi tahu bahwa aku disuruh pulang dulu karena mahasiswanya ingin tetap ada kuliah. Hm…, walau hujan mereka tetap pergi kuliah…

Aku pun teringat pada suatu peristiwa. Saat itu hujan deras sekali. Seorang sahabat karib sejati saya nekat keluar menerobos hujan untuk menjemput bapak saya di stasiun. Lagi-lagi, walau hujan. Dulu sekali, seorang sahabat saya yang lain juga rela pergi melintasi negara dan menerobos hujan karena tau sahabat karib saya sedang sendirian sakit dan tak ada teman. Walaupun di Solo saat itu hujan deras. Bahkan banjir dan tanah longsor terjadi di wilayah Solo dan sekitarnya. Ya, walau hujan…

Aku merasa menjadi seorang pengecut. Seseorang yang takut sekali pada hujan deras dengan accesoris petir dan kilatnya yang menyambar. Padahal ketakutan itu hanyalah perkara hati yang dikuatkan karena terus dipupuk oleh ketakutan-ketakutan yang dibenarkan oleh akal pikiran. Padahal seharusnya hujan deras tak sebegitu menakutkan.

Aku akan menjadi orang yang egois jika hanya berdoa, berharap hujan segera reda di setiap hujan deras tiba. Padahal bisa jadi orang di sekitarku sedang membutuhkan hujan saat itu. Entah untuk apa. Atau paling tidak tumbuhan dan hewan di sekitarku. Ya, karena hujan adalah rizqi Allah. Allah-lah yang tahu di mana rizqi-Nya akan ia berikan. Betapa egois jika aku meminta agar rizqi itu dihentikan saja semata-mata untuk mengusir ketakutanku.

Ya, hujan tidak menakutkan. Bahkan waktu kecil aku senang bermain hujan. Saat TK nekat pulang sekolah bersama seorang teman dengan memakai payung pelepah pisang. Persis terinspirasi oleh cerita-cerita yang menggunakan payung pelepah pisang. Sudah pasti basah kuyup, tapi aku senang.

Hanya sepenggal kisah yang membuatku takut dengan hujan deras, selebihnya hujan tak membuat masalah. Hanya karena tubuhku pucat, dingin, dan bibir membiru saat harus berguling-guling di tengah lapangan di bawah guyuran hujan deras saat diklat PMR SMA dulu. Atau saat kedinginan luar biasa dengan tubuh yang basah di tengah sibuknya aktivitas saat menjadi panitia kemah PRADANA di pucuk gunung di Boyolali dulu, dengan sikap yang harus tetap tenang agar tidak membuat peserta makin panik karena tenda-tenda kebanjiran. Atau ketika pulang kuliah di Depok dulu di tengah-tengah hujan deras dengan angin kencang yang membuat payungku terbalik, persis saat kilat menyambar.

Semua itu hanya sepenggal kisah, di antara ratusan moment hujan yang pernah hadir dalam hidupku. Ini bukan karena nila setitik lalu rusak susu sebelanga. Tak seharusnya karena beberapa penggal kisah itu lantas melupakan indahnya karunia Allah berupa hujan. Astagfirullah…

Maka, mulai hari ini kutepis jauh-jauh dari hati dan pikiranku yang mengatakan hujan deras itu menakutkan.

PS:

Untuk Anda yang merasa phobia atau ketakutan setengah mati dengan sesuatu, cobalah untuk melihat dari sudut pandang yang lain. Phobia atau ketakutan itu tak abadi. Buka hati dan pikiran karena phobia itu bisa diubah. Dengan syarat hati dan pikiran yang bersinergi membentuk kekuatan untuk mencintai sesuatu yang diphobiakan. Karena phobia itu hanyalah perkara hati yang dibenarkan dengan akal pikiran.

Tuan Deras, aku benar-benar ingin bersahabat denganmu

Ampuni hamba Ya Allah yang belum bisa memahami semua kehendak-Mu

(Ditulis setelah merenung menatap hujan deras dari balik jendela kamar)



7 comments:

  1. di Bogor, hujan sudah seperti suatu rutinitas.
    datang setiap saat tanpa diminta dan pergi ketika dia sudah selesai melaksanakan tugasnya.
    jadi, di sini there's no excuse if it rain.
    pergi ke kampus dengan sepatu basah, biasa.
    praktikum dengan baju kuyup, sering.
    masuk angin karena hujan, selalu.

    ReplyDelete
  2. bogor kota hujan, tentu akan sangat merepotkan jika harus punya masalah dengan hujan.

    Kalimat terakhir, masuk angin karena hujan. ini satu hal yang sering membuat saya 'takut' hujan karena setiap kena hujan sedikit saja pasti langsung pusing.
    Tapi setelah dipikir-pikir, barangkali lagi-lagi itu hanya mindset saja sehingga membuat badan menjadi merasa meriang betulan. Padahal sebetulnya bisa tidak apa-apa.

    Contohnya hari ini. Karena saya sudah berdamai dengan hujan maka saya mencoba nekat hujan-hujan lagi (walau tinggal gerimis). Nyatanya sampai rumah baik-baik saja dan tidak ada rasa pusing sedikit pun. Barangkali selama ini hanya ketakutan pada hujan saja yang membuat saya sakit.

    Wallahua'lam...

    ReplyDelete
  3. Saya suka hujan. amatsangat.
    bisa doa banyak2 saat itu.. ^.^

    ReplyDelete
  4. Terima kasih kunjungannya...
    Saya juga mulai menyukai hujan.. :)

    ReplyDelete
  5. suka hujaaan :)
    selalu ada suasana sendu setelah hujan , dan selalu ada kenangan yg tertinggal .
    please , follow this :)
    Blackmoccamissrain.blogspot.com

    ReplyDelete
  6. wah, so sweet :)
    terima kasih sudah berkunjung.. :)

    ReplyDelete
  7. puisi yang paling atas yang paling aku ingat.. tapi sama guruku di ganti. ayah tetap pergi ke sawah :D

    ReplyDelete