Orang sering
berkata, menjadi seorang penulis haruslah memiliki gaya. Lebih bagus lagi jika
gaya itu menjadi brand untuk dirinya.
Menyikapi pentingnya gaya dalam berbahasa inilah, maka dalam bab ke-4 buku
Berani Menulis Artikel karya Wahyu Wibowo dikupas tuntas tentang gaya
penulisan, habitus, dan struktur artikel.
Semua penulis
berhak untuk bergaya sesuai dengan kemauannya. Tetapi, sebuah gaya penulisan
tetap akan dinilai baik atau buruk oleh setiap pembaca. Setidaknya, ada tiga
kriteria yang menentukan baik-buruknya sebuah gaya penulisan, yaitu kejujuran,
sopan santun, dan menarik.
Dalam bergaya,
seorang penulis haruslah jujur. Dalam arti, jangan sampai karena terlalu ingin
terlihat ‘gaya’, maka dia memilih diksi yang justru aneh atau berlebihan. Jika
itu terjadi, penulis justru terlihat tidak jujur karena seolah-olah ingin
menyembunyikan makna tulisannya di balik kemegahan diksi yang dipilihnya.
Gaya penulisan yang
baik juga dilihat dari sopan santunnya. Cara bersopan santun kepada pembaca
adalah dengan cara menggunakan kalimat yang efektif dan efisien, jernih dan
jelas. Pembaca tidak akan terbuang waktunya hanya karena bingung menangkap
kalimat kita yang rumit. Inilah cara seorang penulis untuk bersopan santun
kepada pembaca.
Gaya penulisan
juga harus memenuhi kriteria menarik. Jangan hany berpatokan pada prinsip jujur
dan sopan santun lantas melupakan daya tarik tulisan itu sendiri. Jika hanya
berpatok pada dua prinsip sebelumnya, tulisan akan cenderung kaku. Tetapi
dengan menambahkan kriteria menarik, maka tulisan pun akan menjadi lebih enak
dibaca. Usaha untuk membuat menarik itu dapat dilakukan dengan memperhatikan
panjang-pendek kalimat atau struktur kalimat dan tulisan itu sendiri.
Tentunya kita
sudah mengenal bahwa gaya penulisan sangat dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi. Menulis sebuah cerpen, tentu berbeda dengan menulis sebuah karya
ilmiah. Setiap situasi memang membutuhkan gaya tersendiri. Dikenal lima gaya
yang cukup berbeda yaitu gaya bahasa pergaulan resmi, gaya bahasa keilmuan,
gaya bahasa media massa, gaya bahasa sehari-hari, dan gaya bahasa sastra.
Dalam setiap
gaya bahasa tersebut, yang dapat dilakukan adalah menyisipkan unsur-unsur pendukung
gaya bahasa atau yang kadang sering dikenal dengan istilah majas. Ada empat
majas yang bisa digunakan yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas
pertautan, dan majas perulangan.
Yang tak kalah
penting adalah gaya yang digunakan dalam merangkai tulisan itu sendiri. Sebuah
tulisan harus memperhatikan lead (alinea pertama), isi, dan juga aline penutup.
Trik-trik yang digunakan dalam setiap alinea ini juga dapat menciptakan gaya
penulisan yang berbeda.
Untuk membuat lead dapat digunakan beberapa metode.
Metode untuk membuat lead ada
beberapa macam. Seperti metode 5W 1 H yang biasa digunakan dalam berita-berita
atau menggunakan metode pengisahan atau deskriptif yang biasa pada cerpen. Lead
juga bisa dibuat memukau dengan menampilkan sebuah pertanyaan, kutipan
langsung, ucapan kondang, sapaan, atau peribahasa di kalimat pertama.
Penggunaan teknik stakato atau secara langsung menuding pembaca hingga seakan
terlibat dalam penulisan, juga merupakan cara untuk membuat lead yang menarik.
Lead merupakan kunci agar pembaca mau
meneruskan membaca tulisan kita. Setelah lead
kita menarik, yang kita lakukan adalah membuat alinea tubuh yang saling menyatu.
Pembuatan alinea tubuh dapat dilakukan dengan teknik spiral dimana kata kunci
disebutkan dalam setiap paragraf; teknik rekatan dengan menggunakan kata hubung
di setiap awal paragraf baru; model blok dengan menggunakan kata-kata yang
setipe pada awal paragraf dan mengacu pada kata di awal paragraf pertama;
menggunakan teknik tematik yang tiap paragraf menguatkan tema; atau model
kronologis yang disusun berdasarkan urutan waktu.
Yang terakhir
adalah membuat alinea penutup yang menghentak. Alinea penutup dapat disajikan
dengan model simpulan, model menggantung, atau model ringkasan. Model simpulan
dibuat dengan cara menyimpulkan dari awal apa yang telah dipaparkan. Modal
menggantung biasanya dibuat dengan memberikan pertanyaan di kalimat terakhir
sehingga pembaca dibuat menggantung dan dibiarkan untuk menjawab sendiri. Model
ringkasan dibuat dengan merangkum semua paparan dari awal.
Dengan ketiga
teknik tersebut (memenuhi kriteria gaya penulisan yang baik, penggunaan majas
dengan pemilihan gaya bahasa yang sesuai kondisi, serta penulisan alinea awal,
isi, dan penutup yang menarik), maka seorang penulis akan memiliki sebuah gaya
bahasa yang tepat. Dengan memiliki gaya bahasa tersendiri itulah, maka dirinya
akan dikenal sebagai penulis yang handal, penulis yang memiliki ciri khas dan
berkualitas.
No comments:
Post a Comment