Mahasiswa adalah siswa dengan embel-embel maha. Ia bukanlah seorang siswa biasa seperti ketika masih menggunakan seragam putih abu-abu, namun siswa yang telah mendapat julukan maha karena dianggap mampu dan luar biasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maha berarti besar. Maka, seorang siswa yang maha berarti seorang pelajar dengan kemampuan yang besar, peran besar, dan tanggung jawab yang besar.
Seorang mahasiswa dituntut untuk
tidak hanya belajar demi kepentingan dan tanggung jawabnya terhadap diri
sendiri, namun juga dibebani beberapa tanggung jawab untuk memikul peran atas
nama kedudukannya sebagai mahasiswa. Mahasiswa diibaratkan sebagai seseorang yang
berada di tengah-tengah. Dia memiliki peran yang bermacam-macam sesuai dengan
lingkungan di sekitarnya yang saling berkaitan.
Mahasiswa merupakan bagian dari
sebuah civitas akademika perguruan tinggi, maka seorang mahasiswa memiliki
peran dan tanggung jawab atas nama perguruan tingginya. Mahasiswa tetap
merupakan bagian dari sebuah masyarakat, maka mahasiswa memiliki peran dan
tanggung jawab kepada masyarakat. Mahasiswa juga tetap menjadi bagian dari
sebuah keluarga pribadi sehingga memiliki peran dan tanggung jawab terhadap
keluarga dan dirinya sendiri.
Peran Atas Nama Perguruan Tinggi
Sebagai bagian tak terpisahkan dari
sebuah perguruan tinggi selayaknya seorang mahasiswa memaknai perannya sesuai
dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ketiga peran tersebut adalah pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.
Ketiga peran tersebut harus dapat dilaksanakan dengan seimbang. Mahasiswa
perguruan tinggi bukan hanya menjadi siswa yang sibuk mengejar pendidikan,
namun lupa dengan kewajiban pengembangan ilmu pengetahuan, atau menjadi
mahasiswa yang terlalu asyik belajar sehingga tak peduli untuk terjun ke
masyarakat. Untuk itu, ketiga peran pendidikan, pengembangan, dan pengabdian
harus tetap dilaksanakan oleh seorang mahasiswa.
Tak dapat dipungkiri bahwa tugas
utama mahasiswa sebagai pelajar adalah untuk belajar. Amanah yang diberikan
orang tua dengan memberikan biaya pendidikan memang agar anak dapat menuntut
ilmu di perguruan tinggi. Untuk itu, seorang mahasiswa tetap harus menjadikan
peran sebagai pembelajar pada urutan pertama. Peran ini tidak serta merta hanya
menerima ilmu yang diberikan oleh dosen, tetapi juga berarti meningkatkan rasa
ingin tahu untuk mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya dari dosen maupun dari
sumber-sumber pustaka.
Hanya menerima atau mencari ilmu saja
bukanlah ciri pembelajar yang sejati. Seorang pembelajar yang benar-benar
menjiwai ilmunya akan merasa tertantang untuk menggali lebih jauh ilmu yang
dipelajarinya. Salah satu bentuk nyata dari sikap tersebut adalah dengan mengadakan
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan dapat diwujudkan
dengan membuat forum-forum diskusi ilmiah atau mengadakan penelitian untuk
menemukan hal-hal baru yang mendukung ilmu pengetahuan.
Tak lupa, fungsi akademis mahasiswa
adalah mengabdi kepada masyarakat. Ilmu akan sia-sia dan tidak menjadi ilmu
yang bermanfaat jika hanya dipendam dan tidak diamalkan. Maka seorang mahasiswa
sebagai penuntut ilmu memiliki kewajiban untuk mengamalkan ilmu tersebut kepada
masyarakat. Pengabdian yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa
mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-sehari sang mahasiswa atau
bisa juga dengan menyampaikan secara langsung isi dari ilmu tersebut kepada
masyarakat melalui pelatihan atau diskusi-diskusi.
Peran terhadap Masyarakat
Terlepas dari kewajibannya sebagai
bagian dari sebuah perguruan tinggi, mahasiswa sering digadang-gadang memiliki
tiga fungsi tambahan yang merupakan manifestasi dari harapan besar masyarakat
terhadapnya. Ketiga peran tersebut adalah mahasiswa diharapkan dapat menjadi agent of change, iron stock, dan moral force.
Sebagai agent of change telah terbukti bahwa mahasiswa memang memiliki
peran yang dapat mengubah suatu keadaan. Soekarno-Hatta sebagai pemimpin bangsa
membuktikan peran tersebut bahwa sebagai mahasiswa yang terpelajar dan terdidik
mampu untuk membuat sebuah perubahan besar. Hal ini bukan suatu perkara
mustahil untuk dilakukan. Kekuatan besar yang dimiliki mahasiswa sekaligus jiwa
muda yang dipenuhi semangat pembaharu dapat menjadi modal utama untuk terus
bergerak dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Mahasiswa dapat memberikan
masukan-masukan sesuai ilmu yang dipelajarinya dan tentunya dengan perkembangan
informasi yang lebih up to date
kepada para pemegang kekuasaan. Upaya ini tak selamanya dilakukan dengan aksi
demo yang terkesan anarki. Mahasiswa dapat memuwujudkannya melalui dialog
ilmiah atau dengan menulis opini kepada media massa. Meskipun tidak serta merta
mengubah keputusan, peran yang dilakukan mahasiswa melalui metode ini akan
disoroti dan menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengambilan keputusan
selanjutnya.
Mahasiswa disebut juga sebagai iron stock. Dikatakan begitu karena
mahasiswa diharapkan sebagai stok cadangan yang keras dan tangguh setangguh
besi. Mahasiswa sebagai seorang intelektual diharapkan dapat mendalami ilmu
sepenuh-penuhnya sehingga kelak dapat diaplikasikan dengan baik. Pengaplikasian
dengan pemahaman yang benar tentunya akan menjadi sebuah kehebatan sendiri.
Jika semua mahasiswa menyiapkan dirinya untuk memenuhi tanggung jawab tersebut,
tak dapat dipungkiri bahwa kelak akan bermunculan pemimpin-pemimpin baru yang
tangguh dan dapat diandalkan sesuai dengan bidang yang dikuasai masing-masing.
Mahasiswa yang dianggap sebagai siswa
dengan pendidikan tinggi diharapkan memiliki kepribadian dan moral yang tinggi
pula. Itulah mengapa mahasiswa juga memiliki perang sebagai moral force. Dengan ilmunya yang tinggi
tentunya mahasiswa memiliki kesadaran dan penalaran yang tinggi pula untuk
membedakan antara yang baik dan buruk. Kesadaran tersebut tak hanya berlaku
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk diterapkan kepada lingkungan di
sekitarnya. Dengan kemampuan ilmunya yang tinggi, mahasiswa diharapkan mampu
mengubah keburukan yang terjadi di sekitarnya mulai dari lingkungan kampus
maupun lingkungan negara dengan vokal menyuarakan protes terhadap ketidakadilan
dan ketidakmoralan yang terjadi dalam lingkup negara.
Peran terhadap Keluarga dan Pribadi
Terlepas dari semua peran yang harus
diemban mahasiswa di luar, mahasiswa tetap memiliki peran dan tanggung jawab
terhadap keluarga dan dirinya sendiri. Peran ini barangkali terkesan sepele dan
dianggap remeh, namun untuk memberikan sebuah peran dan tanggung jawab yang
besar harus dimulai dari sebuah peran dan tanggung jawab yang kecil karena
semuanya dimulai dari yang paling kecil dan paling dekat dengan diri mahasiswa
itu sendiri. Demikian pula Allah SWT mengingatkan agar setiap insan menjaga
diri dan keluarganya dari api neraka (Q.S At-Tahrim ayat 6). Tentunya, kewajiban
ini harus dilakukan sebagai pondasi utama untuk menyelamatkan masyarakat dan
negara dari keburukan lainnya.
Peran ini diwujudkan dengan meningkatkan
integritas setiap mahasiswa sehingga memiliki jati diri yang tangguh dan tak
terpengaruh dengan kondisi yang buruk. Peningkatan integritas merupakan upaya
paling penting yang harus dilakukan karena seseorang tanpa integritas tak akan
mampu menopang segala peran dan tanggung jawab lainnya. Upaya peningkatkan
integritas dapat dilakukan dengan meningkatkan iman dan menggali potensi serta
minat dan bakat masing-masing mahasiswa. Keimanan yang kuat dapat menjadi rem
ampuh bagi mahasiswa dalam menjalankan setiap perannya. Penggalian potensi,
minat, dan bakat dapat menjadi petunjuk khusus bagi mahasiswa agar dapat
berperan dalam jalur yang tepat sehingga peran yang diberikan benar-benar
bermanfaat dan tepat pada sasaran.
Semua peran di atas adalah tanggung
jawab yang dibebankan kepada seorang mahasiswa. Setiap mahasiswa memiliki
kewajiban untuk menjalankan semua peran tersebut tanpa terkecuali. Hal ini
tidak dapat dianggap remeh karena setiap tanggung jawab yang dibebankan kepada
setiap insan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Untuk itu
setiap mahasiswa harus berusaha untuk menjalankan semua peran dan tanggung
jawab tersebut dengan sebaik-baiknya.
Barangkali semua peran tersebut
terkesan banyak dan sangat berat untuk dilaksanakan, namun setiap mahasiswa
harus mengingat bahwa Allah tak akan pernah membebani hamba-Nya di luar batas
kemampuannya (Al-Baqarah 286). Maka, sudah sepantasnya seorang siswa yang maha
memiliki peran maha serta tanggung jawab yang maha pula.
No comments:
Post a Comment