Ditulis untuk menghadiri pertemuan penerima manfaat beasiswa aktivis BAKTI NUSA
Jika
kita melihat tokoh-tokoh dan sosok pemimpin yang bertebaran di Indonesia saat
ini, siapakah yang akan kita jumpai? Seorang politikus atau seorang negarawan?
Hampir seluruh pemangku jabatan memiliki latar belakang partai politik. Maka,
secara tak langsung mereka disebut sebagai politikus. Tetapi apakah kita pasti
melihat sosok seorang negarawan dalam diri politikus tersebut? Jawabannya,
belum tentu.
Indonesia
memiliki begitu banyak partai politik. Masing-masing partai politik memiliki
pula kader-kader politikus yang tak terhitung jumlahnya. Rasanya sangat wajar
jika Indonesia memiliki begitu banyak politikus. Bahkan serasa tidak ada
kesulitan untuk mencetak seorang politikus baru. Masukkan saja dalam partai
politik, bentuk, maka jadilah.
Mereka
semua adalah politikus, seseorang yang memiliki latar belakang politik. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa politikus adalah ahli politik,
ahli negara, atau orang yang berkecimpung di dunia politik. Seorang politikus
jelas orang yang berkecimpung di dunia politik. Seseorang yang berkecimpung di
dunia politik wajar jika disebut sebagai ahli politik. Tetapi, apakah benar
jika seorang yang ahli politik dapat dikatakan sebagai ahli negara?
Masih
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ahli negara disebut sebagai
negarawan. Seorang negarawan adalah orang yang ahli dalam kenegaraan, ahli
dalam menjalankan negara (pemerintahan), atau pemimpin politik yang secara taat
asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola
masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Politikus yang setiap hari
mengurus negara wajar jika ahli dalam kenegaraan. Politikus yang menduduki
jabatan pemerintahan wajar disebut negarawan karena dianggap ahli dalam
menjalankan pemerintahan. Tetapi, dalam definisi negarawan yang ketiga
disebutkan bahwa seorang negarawan haruslah memiliki suatu pandangan ke depan
atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Syarat
inilah yang menjadi kunci bahwa semua politikus belum tentu disebut negarawan.
Permasalahannya
adalah dengan carut marutnya problematika yang sedang dihadapi Indonesia saat
ini, siapakah yang dibutuhkan oleh Indonesia? Apakah Indonesia membutuhkan jutaan
politikus atau mengharapkan ribuan negarawan? Dengan definisi politikus dan
negarawan di atas, jelas kiranya jika Indonesia lebih membutuhkan seorang
negarawan dibandingkan politikus semata.
Visi Memberi Solusi
Politikus
hanyalah orang yang memiliki latar belakang politik tetapi belum tentu memiliki
visi ke depan atau mau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan. Berhubung
embel-embel yang tersemat adalah
politikus, maka nuansa politiklah yang melekat pada dirinya. Mulai dari
kampanye, pemilu, pelantikan, masa jabatan, dan kemudian lengser. Orientasi
yang diusung bukan tak mungkin hanyalah jabatan semata. Maka wajar jika visi
yang dikedepankan pun adalah untuk meraih atau mempertahankan jabatan tersebut.
Dilihat dari sudut pandang ini, memang seorang politikus tetap memiliki sebuah
visi. Tetapi jika visi sebatas jabatan saja dan tidak berpikir ke depan untuk
negaranya, maka tak layak rasanya jika politikus tersebut meminta gelar
negarawan tersemat dalam dirinya.
Lain
halnya dengan negarawan. Sesuai kata dasarnya, negarawan memiliki orientasi
terhadap negara. Dia tidak semata-mata memikirkan pemilu untuk meraih jabatan.
Seseorang yang memiliki hasrat memikirkan negaranya tak akan terpengaruh dengan
keadaan apakah dia memiliki jabatan atau tidak. Pemikiran-pemikirannya tak kan
pernah berhenti meskipun terhalang kondisi sebuah kursi.
Atas
nama cintanya terhadap bangsa, seorang negarawan akan selalu tanggap dengan
isu-isu masalah yang sedang melanda negaranya. Ketanggapan itu muncul karena
dorongan dari dalam dirinya yang memang selalu berpikir untuk negaranya.
Aksinya bukan sekedar menunjukkan kepedulian akan masalah semata, melainkan
lebih dari itu. Seorang negarawan selalu ingin negaranya menjadi lebih baik. Maka,
setiap permasalahan yang mendera negaranya akan ia pikirkan dari kacamata
solusi.
Negarawan
bukanlah orang yang paham masalah negaranya saja. Indonesia tidak butuh orang
yang fasih mengumbar masalah. Yang dibutuhkan adalah orang yang tahu
permasalahan dan paham pula mengenai solusi mengentaskan permasalahan itu. Maka
negarawan yang selalu beriorientasi pada negara bukanlah orang yang berpikir
pada masalah bangsa saja, melainkan orang yang berpikir bagaimana menemukan
solusi terhadap segala permasalahan yang sedang melanda.
Inilah
yang membedakan seorang negarawan dengan politikus. Negarawan akan tetap
berpikir negara, sedangkan politikus akan berpikir dalam kacamata politik.
Apakah masalah itu akan menghancurkan citra partai politiknya atau tidak.
Lagi-lagi, bukan sikap ini yang dibutuhkan oleh Indonesia.
Kewibawaan dan Kebijaksanaan
Definisi
lain dari seorang negarawan adalah orang yang memiliki kewibawaan dan
kebijaksanaan dalam mengelola masalah. Kewibawaan tersebut tercipta karena
seorang negarawan memiliki sebuah karakter yang kuat. Makin kuat karakter
seseorang, makin tercetak pula nuansa wibawa dalam dirinya.
Salah
satu karakter yang wajib dimiliki olah seorang negarawan adalah integritas.
Integritas adalah sebuah kejujuran. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa
integritas adalah suatu sifat yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan sebuah kewibawaan.
Dipandang
dari segi individu, seorang negarawan pastilah memiliki integritas. Ia tak akan
bersembunyi di balik kedok apapun. Justru dia akan menampilkan jati dirinya,
salah satunya untuk menciptakan citra baik akan negaranya.
Dalam
sudut pandang negara pun, seorang negarawan pastilah memiliki integritas
bangsa. Tak mungkin seorang negarawan yang selalu berpikir solutif akan masalah
bangsanya tidak memikirkan bagaimana agar bangsanya utuh dan selalu bersatu.
Atas dasar inilah, seorang negarawan akan mempertimbangkan pula apakah
kebijakannya merupakan sebuah kebijaksanaan.
Seorang
negarawan akan berpikir ulang jika tindakannya tidak mencerminkan sikap yang
bijaksana. Contohnya, jika aksinya jusrtu merugikan sebagian golongan yang
justru akan menimbulkan perpecahan bangsa, tentu seorang negarawan akan
berpikir ulang untuk menjalankannya. Hal ini karena seorang negarawan berharap
keutuhan negaranya semata. Maka, wajar kiranya jika seorang negarawan haruslah
memiliki integritas, baik integritas secara individu, maupun integritas bagsa.
Sosok Negarawan Sejati
Di
antara arus besar munculnya politikus di Indonesia, atau bahkan di dunia, saat
ini sedang dirindukan sosok negarawan sejati. Dilihat dari kriteria visi ke
depan, kewibawaan, kebijaksanaan, dan integritas, segelintir orang mulai
memenuhi satu demi satu kriteria tersebut. Tetapi jika kita membutuhkan model,
tak akan ada model yang lebih agung selain Rasulullah Muhammad SAW.
Rasulullah
SAW jelas merupakan seorang sosok yang memiliki integritas tinggi. Kejujuran
sudah melekat pada dirinya sejak beliau belia. Terbukti dengan julukan Al-Amin
yang diakui oleh para kabilah tanpa pandang dulu apakah ia nantinya beriman
atau tidak. Dengan intergritas yang dimiliki ini pulalah, Rasulullah SAW dapat
memiliki kebijaksanaan dalam memecahkan perseturuan di antara para suku
tersebut. Berkat kebijaksanaan itulah, dengan sendirinya kewibawaan tercetak
jelas dalam diri Rasulullah SAW.
Tidak
sebatas pada karakter pribadi Rasulullah SAW, beliau juga memikirkan masalah
yang kala itu melanda. Keadaan masyarakat yang jahililiyah menggelitik
Rasulullah SAW untuk bekhalwat di gua Hiro’. Salah satunya untuk memikirkan
masyarakatnya dan tentunya berharap menemukan solusi atas masalah tersebut.
Sikap ini sebagai bukti bahwa Rasulullah SAW memiliki visi ke depan untuk
mengentaskan masalah masyarakat.
Tidak
bisa dipungkiri lagi bahwa Rasulullah SAW adalah sosok negarawan sejati. Beliau
mampu memimpin masyarakat yang semula terpecah belah menjadi sebuah kesatuan
yang utuh dan menjadi negara yang kuat. Sekali lagi ini menjadi bukti bahwa
seorang negarawan harus memiliki integritas bangsa.
Bukan
menjadi hal asing lagi bahwa negara yang dibangun oleh Rasulullah SAW adalah
negara terkuat dan bahkan bisa mengalahkan negara-negara lainnya. Bahkan
Michael H Hart dalam bukunya The 100 menempatkan Rasulullah SAW sebagai orang
pertama yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia dan tidak ada pemimpin yang
bisa mengalahkan dirinya.
Oleh
karena itu ketika mencari model untuk sosok negarawan sejati, tidak ada pribadi
yang lebih sempurna dibandingkan Rasulullah SAW. Maka, salah satu cara untuk
menjadi seorang negarawan sejati adalah dengan meneladani sifat, sikap, dan
karakter Rasulullah SAW.
Menggagas Negarawan Muda
Menjadi
sebuah bahasan penting ketika kembali membayangkan kebutuhan Indonesia akan
hadirnya sosok negarawan. Mereka yang menduduki kursi saat ini sudah terlanjur
basah tercetak sebagai seorang politikus dan belum tentu sebagai negarawan.
Maka, demi mencukupi kebutuhan negarawan itulah hal yang paling penting adalah
menciptakan sosok-sosok negarawan untuk Indonesia. Persiapan ini tidak salah
lagi layaknya ditujukan kepada para generasi muda, terlebih lagi kepada para
mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa digadang-gadang sebagai iron stock alias simpanan yang bermental
kuat seperti besi. Berbicara dari sudut pandang politikus dan negarawan, tentu
stok yang diingankan bukan`sekedar
stok yang mampu menjadi politikus saja, melainkan stok yang memiliki semangat
akan negaranya hingga pantas disebut sebagai seorang negarawan.
Untuk menjadi seorang negarawan, khususnya
dengan berkiblat pada sosok Rasulullah SAW, maka yang pertama kali dipersiapkan
adalah pembentukan karakter. Karakter menjadi perkara penting karena dengan
karakter inilah akan menentukan bagaimana sikap seseorang. Hal ini menjadi
menarik pula ketika dihadapkan pada diri seorang pemuda. Para pemuda sering
dikatakan sedang mengalami proses pencarian jati diri. Maka, akan lebih baik
kiranya jika proses pencarian jati diri ini diarahkan pada jalan yang benar.
Salah satu jalan tersebut yaitu jalan untuk mencintai bangsanya dan menjadi
sosok negarawan.
Jalan
pertama jelas seorang pemuda harus memiliki intergitas terlebih dahulu.
Pembentukan integritas ini tidak bisa diciptakan dalam sekejap mata. Maka benar
kiranya jika pembentukan karakter ini dimulai sejak muda, bahkan bila perlu
sejak dini. Mental-mental kejujuran harus terpatri dalam diri setiap pemuda.
Semangat-semangat keutuhan bangsa harus mendarah daging pula dalam diri seorang
pemuda. Inilah mengapa pembentukan karakter menjadi upaya penting pertama yang
harus dilakukan.
Apabila
karakter seorang pemuda tersebut telah kuat, dengan sendirinya dia akan
memenuhi syarat negarawan selanjutnya yaitu memiliki kebijaksanaan dan
kewibawaan. Kedua sikap ini muncul secara alamiah pada diri orang yang
berkarakter. Wibawa memang bisa dicipta, bisa dibentuk, bahkan bisa
dimanipulasi. Tetapi karena sejak semula orang tersebut telah memiliki
kejujuran pada dirinya sendiri, maka wibawa yang tercipta dalam dirinya adalah
wibawa murni yang akan kekal dan tak terpengaruh oleh kondisi.
Begitu
kebijaksanaan dan kewibawaan tercipta sebagai manifestasi dari sebuah
kejujuran, maka langkah selanjutnya adalah mengenali permasalahan bangsa dan
berupaya menemukan solusinya. Hanya memiliki karakter kuat saja tidak cukup.
Orang berkarakter tapi tidak memikirkan negaranya, sampai kapan pun tidak akan
disebut sebagai negarawan. Maka, kepekaan terhadap kondisi bangsa menjadi
syarat mutlak yang harus dibina pada generasi muda untuk menjadi seorang
negarawan.
Kepekaan
ini dapat dirangsang dengan berbagai metode. Mahasiswa sebagai manusia
intelektual pastilah paham bagaimana cara mengenali masalah bangsa. Yang
menjadi perkara adalah mampukah belajar untuk menemukan solusinya. Maka, selagi
masih menjadi mahasiswa, upaya yang harus dilakukan tidak hanya mengkaji masalah
saja, tetapi saling bersinergi pula untuk menemukan solusi jitu terhadap
permasalahan bangsa.
Dengan
karakter kuat dan pemikiran ke depan yang matang akan permasalahan bangsa pada
diri generasi muda, bukan hal mustahil jika kelak tercipta milyaran sosok
negarawan di Indonesia. Ketika sosok itu telah jadi, kebijaksanaan pulalah yang
akan menuntun mereka untuk beraksi. Apakah mereka akan menjadi negarawan yang
praktisi, atau negarawan yang politikus. Apapun itu, masalah bangsa insya Allah
akan teratasi. Inilah yang sedang kita cari, bukan hanya seorang politikus
tetapi seorang negarawan di semua lini.
No comments:
Post a Comment