Follow Us @soratemplates

Friday, 12 October 2012

Perjalanan Penyakit (Epidemiologi)


Prof. Bhisma Murti

Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan penyakit pada suatu populasi.
Ingat, yang harus digarasbawahi di sini adalah epidemiologi melihat suatu populasi, bukan sekedar individu.
Artinya, karena melihat populasi nantinya akan muncul data mengenai insidensi dan prevalensi dari suatu penyakit.

Yang dimaksud dengan determinan dari penyakit yaitu melihat faktor-faktor lain yang juga berpengaruh dengan penyakit itu.
Misal, sosial, budaya, perilaku, dll.

Epidemiologi didefinisikan untuk mengendalikan masalah kesehatan.
Maksud mengotrol di sini bukan berarti membuat penyakit itu tidak ada alias hilang. Setidaknya, membuat penyakit itu serendah mungkin dan tidak menjadi suatu masalah kesehatan.
Jadi, mengontrol penyakit beda dengan membasmi/eradikasi penyakit.

Tujuan Penelitian Epidemiologi
1.       Mendeskripsikan status kesehatan
Otomatis kalau data menunjukkan banyak penyakit, status kesehatan jadi lebih buruk
2.       Melihat penting atau tidaknya suatu penyakit
Kalau penyakit tertentu punya tingkat insidensi tinggi berarti bisa dikatakan kalau penyakit itu jadi lebih penting.
Atau dianggap penting karena mematikan
3.       Mengetahui perjalanan penyakit
Dengan epidemiologi bisa diketahui mulai dari orang belum sakit, mulai sakit, sampai sembuh
4.       Menjelaskan kausa penyakit
Ini termasuk di determinan dari penyakit. Termasuk juga melihat faktor risiko/probabilitas terjadinya penyakit itu.
5.       Memprediksi mengapa bisa terjadi penyakit tersebut
Ciri dari ilmu itu kan bisa untuk mencari/megetahui/memprediksi. Di sini mempelajari patofis dll. Nah, epidemiologi juga berperan di sini.
Misal, orang gemuk berarti bisa diprediksi memiliki probabilitas untuk stroke berapa persen. Tapi ini dilihatnya secara populasi, bukan individu A akan punya risiko berapa persen.
6.       Mengevaluasi program pengendalian penyakit
Kalau penyakit ini masih tinggi, mungkin aja artinya program pengendalian penyakitnya masih belum maksimal
7.       Untuk control penyakit
Setelah tau datanya, otomatis akan diterapkan untuk menontrol munculnya penyakit itu

Ilmu epidemiologi ini dapat dibedakan jadi epidemiologi deskriptif, analitik, dan terapan.

Seorang belum sakit, terpapar agen penyebab, terjadi induksi.
Kalau kita terpapar oleh asap rokok, paparan ini akan terjadi pada tahap subklinis
Agen penyebab masuk ke dalam tubuh terjadi infeksi dalam tubuh, terjadi proses patologis dalam jaringan disebut fase inkubasi. Di sini belum tampak adanya gejala klinis.
Ketika proses patologis meningkat, istilahnya disebut promosi.
Ketika muncul tanda gejala klinis dan muncul komplikasi disebut ekspresi.

Masa inkubasi yang panjang sering disebut juga sebagai masa laten.
Waktu masuknya penyakit sampai timbulnya ekspresi penyakit disebut durasi.

Karena adanya masa laten dan durasi ini jadinya akan ada 4 golongan penyakit (termasuk akut dan kronis).



Durasi


Pendek
Panjang
Inkubasi
Pendek
A
B
Panjang
C
D

Golongan A yaitu penyakit dengan inkubasi pendek, durasi pendek.
Contoh ISPA, kolera, dll
Biasanya, penyakit infeksi tergolong dalam kategori A ini. Soalnya inkubasinya cepat, begitu terjangkit langsung muncul ekspresi penyakit. Karena langsung muncul dan ketahuan, maka langsung diobati juga. Jadinya durasinya juga cepat.

Tapi ada pengecualian juga untuk penyakit infeksi HIV. Soalnya kalau HIV inkubasinya lama, durasinya juga lama.

TBC termasuk golongan B (inkubasi pendek, durasi panjang)
Soalnya paparannya pendek (misal ketularan dahak), tapi menderita TBCnya lama.

Kanker termasuk kelompok C (inkubasi panjang, durasi pendek).
Soalnya penderita kena agen karsinogenik sudah sejak lama. Tapi begitu ketahuan kanker tidak lama kemudian terus meninggal.

Hipertensi termasuk golongan D (inkubasi lama, durasi lama).
Soalnya orang kena hipertensi bisa jadi karena pola hidup yang sudah dilakukan sejak lama. Dan kalau udah kena hipertensi bisa bertahan sampai lama juga.

Dengan tahu perbedaan 4 kuadran ini jadinya bisa tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Maksudnya, kalau penyakit itu memiliki inkubasi yang cepat, artinya penyakit itu bersifat urgent dan harus ditangani segera. Kalau misal kalah cepat, bisa-bisa terjadi epidemi.
Tapi ketika penyakit itu inkubasi dan durasinya lama, artinya bisa dijadikan program kesehatan dengan perencanaan yang lebih matang.

Tahap Pencegahan Penyakit
1.       Pencegahan Primer
Dilakukan pada tahap rentan.
Caranya dengan imunisasi, penyuluhan, memakai alat pelindung kerja
2.       Pencegahan Sekunder
Dilakukan pada orang yang sudah mengalami proses patologis tetapi belum ada gejala klinis.
Kuncinya yaitu deteksi dini dan tindakan segera.
Contoh skrining apapun (Misal pap smear pada PSK. Mereka mungkin sudah terkena HPV, tapi belum ada gejala klinis. Maka, terus dilakukan skrining sebagai pencegahan sekunder).
3.       Pencegahan tersier
Agar tidak terjadi akibat dari penyakit.
Misal mencegah kecacatan, atau mencegah terjadinya rekurensi setelah pasien sembuh.
4.       Pencegahan primordial
Pencegahan untuk mempelajari faktor-faktor dari suatu penyakit.
Misal, mempelajari faktor-faktor mengapa orang merokok. Setelah tahu, maka bisa dilakukan pencegahan berdasarkan faktor-faktor itu.

Ketika seseorang pertama kali menunjukkan gejala klinis, disebut sebagai kasus baru.
Misal meneliti sebelum munculnya kasus baru tersebut, maka artinya mempelajari etiologi.
Kalau membicarakan setelah terjadinya gejala klinis tersebut, artinya mempelajari prognosis.

Misal, ada 2 kelompok. Kelompok pertama yaitu penderita TB, kelompok kedua yaitu penderita TB dengan HIV.
Jika mau membandingkan survival ratenya, artinya kita mau mempelajari faktor-faktor prognosis dari TB.

Contoh lain, kelompok orang merokok dan orang merokok dengan PJK.
Jika mau tahu apakah merokok punya kaitan dengan PJK, artinya kita mempelajari faktor-faktor etiologi dari PJK.

PERJALANAN PEYAKIT
Dinamika penyakit pada suatu individu: mulai dari inkubasi, simptomatis, dan non-diseased (bisa berarti sembuh, cacat, atau meninggal).
Dinamika penyakit pada umumnya ini berbeda dengan dinamika penyakit infeksi.

Dinamika penyakit infeksi: mulai dari masa laten, masa infeksi, masa non-infectious.

Masa laten di sini beda dengan masa laten dalam penyakit pada umumnya yang udah kita bahas di awal.
Masa laten pada penyakit infeksi maksudnya seseorang butuh waktu berapa lama dia terinfeksi hingga menginfeksi orang lain.
Jadinya, masa laten panjang lebih menguntungkan. Soalnya kalau dia terkena penyakitnya, dia ga akan dengan segera menulari orag lain.
Contoh: HIV masa latennya pendek. Kena HIV, dalam satu minggu udah bisa menginfeksi orang lain.

Masa infeksi yaitu waktu dimana orang tersebut bisa menginfeksi orang lain.
Kalau masa infeksinya panjang, berarti dia punya waktu panjang juga untuk menginfeksi orang lain.
Artinya, masa infeksi panjang justru tidak menguntungkan.
Contoh HIV masa infeksi panjang. Dia terjangkit sekarang, dalam sepuluh tahun ke depan dia bisa tetap menginfeksi orang lain.

Masa non-infectious tiap penyakit beda-beda. Masa ini artinya ada gejala klinis tapi sudah tidak menginfeksi orang lain.
Contoh: varicella
Ketika gejala klinis varicella muncul, justru pada saat itu dia tidak bisa menularkan ke orang lain.

Ada kondisi yang berbeda justru ketika individu bisa menginfeksi orang lain meskipun dia tidak menimbulkan gejala klinis.
Contoh varicella tadi ya justru ketika gejala klinisnya belum muncul, dia sudah menularkan virus ke orang lain.

Masalah masa laten, masa infeksi, dan masa non-infeksius ini beda-beda untuk setiap penyakit. Makanya dibutuhkan ilmu epidemiologi untuk meneliti masa-masa tersebut. Jadinya bisa mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk setiap penyakit.

Insidensi kumulatif (I atau R (rate))
Jumlah kasus baru dalam suatu periode waktu dibagi populasi berisiko.
Di sini harus dijelaskan dulu periode waktunya. Boleh satu minggu, satu bulan, satu tahun, dst.
Yang dimaksud populasi berisiko itu seperti ini..
Misal ada 100 orang dalam suatu populasi. Ada yang kena TB paru di populasi itu. Karena ada 1 saja yang kena TB, 99 orang yang lain kemungkinan bisa kena juga kan.
Artinya ketika ada 2 orang yang dalam sebulan kemudian terkena TB paru, berarti insiden kumulatifnya 2% (2 orang dari 100 orang di populasi tersebut).
Beda halnya kalau di populasi tersebut ada satu orang yang kena Ca serviks. Berhubung Ca serviks ga langsung menular begitu saja tapi masing-masing individu harus punya risiko karsinogenik, artinya 100 orang itu belum tentu jadi populasi risiko untuk Ca serviks.

Insiden density
Jumlah kasus baru dibagi dengan populasi risiko dengan waktunya berisiko.
Yang membedakan di sini, waktunya bisa beda-beda tergantung waktu risiko dari penyakit tersebut.
Misal penyakit A punya waktu risiko satu minggu, penyakit B satu bulan. Misal sama-sama yang kena 2 orang dalam populasi tersebut, kalau pembagi waktunya antara satu minggu dan satu bulan akan jadi terasa beda. Maksudnya, dalam satu minggu ada 2 orang terjangkit penyakit A dibandingkan dengan dalam satu bulan ada 2 orang terjangkit penyakit B. Artinya, penyakit A jadi terasa lebih cepat menyebar.
Ini nanti bisa untuk melihat kecepatan penyebaran penyakit. Kalau kecepatannya makin tinggi, artinya penyakitnya lebih berbahaya.

Prevalensi
Kasus baru dan kasus lama dibagi dengan populasi.
Ini menunjukkan beban suatu penyakit. Maksudnya baik itu kasus baru atau kasus lama kan tetep jadi beban untuk dilakukan tindakan kesehatan.

 

No comments:

Post a Comment