Prof. Bhisma Murti
Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan penyakit
pada suatu populasi.
Ingat, yang harus digarasbawahi di sini adalah epidemiologi melihat
suatu populasi, bukan sekedar individu.
Artinya, karena melihat populasi nantinya akan muncul data mengenai
insidensi dan prevalensi dari suatu penyakit.
Yang dimaksud dengan determinan dari penyakit yaitu melihat
faktor-faktor lain yang juga berpengaruh dengan penyakit itu.
Misal, sosial, budaya, perilaku, dll.
Epidemiologi didefinisikan untuk mengendalikan masalah kesehatan.
Maksud mengotrol di sini bukan berarti membuat penyakit itu tidak ada
alias hilang. Setidaknya, membuat penyakit itu serendah mungkin dan tidak
menjadi suatu masalah kesehatan.
Jadi, mengontrol penyakit beda dengan membasmi/eradikasi penyakit.
Tujuan Penelitian
Epidemiologi
1.
Mendeskripsikan status kesehatan
Otomatis kalau data menunjukkan
banyak penyakit, status kesehatan jadi lebih buruk
2.
Melihat penting atau tidaknya suatu penyakit
Kalau penyakit tertentu punya
tingkat insidensi tinggi berarti bisa dikatakan kalau penyakit itu jadi lebih
penting.
Atau dianggap penting karena
mematikan
3.
Mengetahui perjalanan penyakit
Dengan epidemiologi bisa
diketahui mulai dari orang belum sakit, mulai sakit, sampai sembuh
4.
Menjelaskan kausa penyakit
Ini termasuk di determinan dari
penyakit. Termasuk juga melihat faktor risiko/probabilitas terjadinya penyakit
itu.
5.
Memprediksi mengapa bisa terjadi penyakit
tersebut
Ciri dari ilmu itu kan bisa
untuk mencari/megetahui/memprediksi. Di sini mempelajari patofis dll. Nah,
epidemiologi juga berperan di sini.
Misal, orang gemuk berarti bisa
diprediksi memiliki probabilitas untuk stroke berapa persen. Tapi ini
dilihatnya secara populasi, bukan individu A akan punya risiko berapa persen.
6.
Mengevaluasi program pengendalian penyakit
Kalau penyakit ini masih tinggi,
mungkin aja artinya program pengendalian penyakitnya masih belum maksimal
7.
Untuk control penyakit
Setelah tau datanya, otomatis akan
diterapkan untuk menontrol munculnya penyakit itu
Ilmu epidemiologi ini dapat dibedakan jadi epidemiologi deskriptif,
analitik, dan terapan.
Seorang belum sakit, terpapar agen penyebab, terjadi induksi.
Kalau kita terpapar oleh asap rokok, paparan ini akan terjadi pada
tahap subklinis
Agen penyebab masuk ke dalam tubuh terjadi infeksi dalam tubuh,
terjadi proses patologis dalam jaringan disebut fase inkubasi. Di sini belum tampak adanya gejala klinis.
Ketika proses patologis meningkat, istilahnya disebut promosi.
Ketika muncul tanda gejala klinis dan muncul komplikasi disebut ekspresi.
Masa inkubasi yang panjang sering disebut juga sebagai masa laten.
Waktu masuknya penyakit sampai timbulnya ekspresi penyakit disebut durasi.
Karena adanya masa laten dan durasi ini jadinya akan ada 4 golongan
penyakit (termasuk akut dan kronis).
|
|
Durasi
|
|
|
|
Pendek
|
Panjang
|
Inkubasi
|
Pendek
|
A
|
B
|
Panjang
|
C
|
D
|
Golongan A yaitu penyakit dengan inkubasi pendek, durasi pendek.
Contoh ISPA, kolera, dll
Biasanya, penyakit infeksi tergolong dalam kategori A ini. Soalnya
inkubasinya cepat, begitu terjangkit langsung muncul ekspresi penyakit. Karena
langsung muncul dan ketahuan, maka langsung diobati juga. Jadinya durasinya
juga cepat.
Tapi ada pengecualian juga untuk penyakit infeksi HIV. Soalnya kalau
HIV inkubasinya lama, durasinya juga lama.
TBC termasuk golongan B (inkubasi pendek, durasi panjang)
Soalnya paparannya pendek (misal ketularan dahak), tapi menderita
TBCnya lama.
Kanker termasuk kelompok C (inkubasi panjang, durasi pendek).
Soalnya penderita kena agen karsinogenik sudah sejak lama. Tapi begitu
ketahuan kanker tidak lama kemudian terus meninggal.
Hipertensi termasuk golongan D (inkubasi lama, durasi lama).
Soalnya orang kena hipertensi bisa jadi karena pola hidup yang sudah
dilakukan sejak lama. Dan kalau udah kena hipertensi bisa bertahan sampai lama
juga.
Dengan tahu perbedaan 4 kuadran ini jadinya bisa tahu apa yang
seharusnya dilakukan.
Maksudnya, kalau penyakit itu memiliki inkubasi yang cepat, artinya
penyakit itu bersifat urgent dan harus ditangani segera. Kalau misal kalah
cepat, bisa-bisa terjadi epidemi.
Tapi ketika penyakit itu inkubasi dan durasinya lama, artinya bisa
dijadikan program kesehatan dengan perencanaan yang lebih matang.
Tahap Pencegahan Penyakit
1.
Pencegahan Primer
Dilakukan pada tahap rentan.
Caranya dengan imunisasi,
penyuluhan, memakai alat pelindung kerja
2.
Pencegahan Sekunder
Dilakukan pada orang yang sudah
mengalami proses patologis tetapi belum ada gejala klinis.
Kuncinya yaitu deteksi dini dan
tindakan segera.
Contoh skrining apapun (Misal
pap smear pada PSK. Mereka mungkin sudah terkena HPV, tapi belum ada gejala
klinis. Maka, terus dilakukan skrining sebagai pencegahan sekunder).
3.
Pencegahan tersier
Agar tidak terjadi akibat dari
penyakit.
Misal mencegah kecacatan, atau
mencegah terjadinya rekurensi setelah pasien sembuh.
4.
Pencegahan primordial
Pencegahan untuk mempelajari
faktor-faktor dari suatu penyakit.
Misal, mempelajari faktor-faktor mengapa
orang merokok. Setelah tahu, maka bisa dilakukan pencegahan berdasarkan
faktor-faktor itu.
Ketika seseorang pertama kali menunjukkan gejala klinis, disebut
sebagai kasus baru.
Misal meneliti sebelum munculnya kasus baru tersebut, maka artinya
mempelajari etiologi.
Kalau membicarakan setelah terjadinya gejala klinis tersebut, artinya
mempelajari prognosis.
Misal, ada 2 kelompok. Kelompok pertama yaitu penderita TB, kelompok
kedua yaitu penderita TB dengan HIV.
Jika mau membandingkan survival ratenya, artinya kita mau mempelajari
faktor-faktor prognosis dari TB.
Contoh lain, kelompok orang merokok dan orang merokok dengan PJK.
Jika mau tahu apakah merokok punya kaitan dengan PJK, artinya kita
mempelajari faktor-faktor etiologi dari PJK.
PERJALANAN PEYAKIT
Dinamika penyakit pada suatu individu: mulai dari inkubasi,
simptomatis, dan non-diseased (bisa berarti sembuh, cacat, atau meninggal).
Dinamika penyakit pada umumnya ini berbeda dengan dinamika penyakit
infeksi.
Dinamika penyakit infeksi: mulai dari masa laten, masa infeksi, masa
non-infectious.
Masa laten di sini beda dengan masa laten dalam penyakit pada umumnya
yang udah kita bahas di awal.
Masa laten pada penyakit infeksi maksudnya seseorang butuh waktu
berapa lama dia terinfeksi hingga menginfeksi orang lain.
Jadinya, masa laten panjang lebih menguntungkan. Soalnya kalau dia
terkena penyakitnya, dia ga akan dengan segera menulari orag lain.
Contoh: HIV masa latennya pendek. Kena HIV, dalam satu minggu udah
bisa menginfeksi orang lain.
Masa infeksi yaitu waktu dimana orang tersebut bisa menginfeksi orang
lain.
Kalau masa infeksinya panjang, berarti dia punya waktu panjang juga
untuk menginfeksi orang lain.
Artinya, masa infeksi panjang justru tidak menguntungkan.
Contoh HIV masa infeksi panjang. Dia terjangkit sekarang, dalam
sepuluh tahun ke depan dia bisa tetap menginfeksi orang lain.
Masa non-infectious tiap penyakit beda-beda. Masa ini artinya ada
gejala klinis tapi sudah tidak menginfeksi orang lain.
Contoh: varicella
Ketika gejala klinis varicella muncul, justru pada saat itu dia tidak
bisa menularkan ke orang lain.
Ada kondisi yang berbeda justru ketika individu bisa menginfeksi orang
lain meskipun dia tidak menimbulkan gejala klinis.
Contoh varicella tadi ya justru ketika gejala klinisnya belum muncul, dia
sudah menularkan virus ke orang lain.
Masalah masa laten, masa infeksi, dan masa non-infeksius ini beda-beda
untuk setiap penyakit. Makanya dibutuhkan ilmu epidemiologi untuk meneliti
masa-masa tersebut. Jadinya bisa mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk
setiap penyakit.
Insidensi kumulatif (I atau
R (rate))
Jumlah kasus baru dalam suatu periode waktu dibagi populasi berisiko.
Di sini harus dijelaskan dulu periode waktunya. Boleh satu minggu,
satu bulan, satu tahun, dst.
Yang dimaksud populasi berisiko itu seperti ini..
Misal ada 100 orang dalam suatu populasi. Ada yang kena TB paru di
populasi itu. Karena ada 1 saja yang kena TB, 99 orang yang lain kemungkinan
bisa kena juga kan.
Artinya ketika ada 2 orang yang dalam sebulan kemudian terkena TB
paru, berarti insiden kumulatifnya 2% (2 orang dari 100 orang di populasi
tersebut).
Beda halnya kalau di populasi tersebut ada satu orang yang kena Ca
serviks. Berhubung Ca serviks ga langsung menular begitu saja tapi
masing-masing individu harus punya risiko karsinogenik, artinya 100 orang itu
belum tentu jadi populasi risiko untuk Ca serviks.
Insiden density
Jumlah kasus baru dibagi dengan populasi risiko dengan waktunya
berisiko.
Yang membedakan di sini, waktunya bisa beda-beda tergantung waktu risiko
dari penyakit tersebut.
Misal penyakit A punya waktu risiko satu minggu, penyakit B satu bulan. Misal sama-sama yang kena 2 orang dalam populasi tersebut, kalau pembagi waktunya antara satu minggu dan satu bulan akan jadi terasa beda. Maksudnya, dalam satu minggu ada 2 orang terjangkit penyakit A dibandingkan dengan dalam satu bulan ada 2 orang terjangkit penyakit B. Artinya, penyakit A jadi terasa lebih cepat menyebar.
Misal penyakit A punya waktu risiko satu minggu, penyakit B satu bulan. Misal sama-sama yang kena 2 orang dalam populasi tersebut, kalau pembagi waktunya antara satu minggu dan satu bulan akan jadi terasa beda. Maksudnya, dalam satu minggu ada 2 orang terjangkit penyakit A dibandingkan dengan dalam satu bulan ada 2 orang terjangkit penyakit B. Artinya, penyakit A jadi terasa lebih cepat menyebar.
Ini nanti bisa untuk melihat kecepatan penyebaran penyakit. Kalau
kecepatannya makin tinggi, artinya penyakitnya lebih berbahaya.
Prevalensi
Kasus baru dan kasus lama dibagi dengan populasi.
Ini menunjukkan beban suatu penyakit. Maksudnya baik itu kasus baru
atau kasus lama kan tetep jadi beban untuk dilakukan tindakan kesehatan.
No comments:
Post a Comment