Follow Us @soratemplates

Wednesday 31 October 2012

Bermain Api



Jangan bermain api jika takut terbakar. Rasanya himbauan itu normatif sekali. Anak kecil pun juga tahu kalau bermain api memang memiliki risiko terbakar. Yup, memang persis seperti kata pepatah "Bermain air basah, bermain api panas". Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada risikonya.

Saya tergelitik dengan frase 'bermain api' itu sendiri. Rasanya jika kita kolot dan memakai kaca mata kuda maka kita akan tutup mata dengan segala kemungkinan berinteraksi dengan api. Yah, mau bagaimana lagi, daripada kita panas atau bahkan terbakar. Barangkali begitu yang dipikirkan. Tapi, mari kita lihat dari sudut pandang lainnya.

Jaman dulu, nenek moyang kita bersusah payah menggosok-gosok kedua batu demi mengeluarkan bara api. Nah, jika beliau-beliau saja bersedia rela berkorban untuk menciptakan api, kenapa sekarang anak cucunya seolah-olah harus menghindari api?

Oke, anggaplah ada seseorang yang protes, "Ini kasus berbeda, Vi. Api nenek moyang kita itu untuk memasak dan menghangatkan badan, mereka tidak bermain-main. Sekarang pun kita juga butuh api untuk memasak dan menghangatkan badan, tapi tidak (jangan sampai) untuk bermain-main. Itu yang berbahaya).

Oke, saya sependapat. Api memang harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Bukankah memang harus demikian adanya perlakuan manusia terhadap apapun di dunia ini? Gunakan sesuai dengan fungsinya, sesuai porsinya, maka semua Insya Allah akan aman-aman saja. Demikian juga dalam kasus api. Ketika digunakan sesuai dengan fungsi dan porsinya, maka ia akan membantu manusia.

Dari kasus di atas, kita akan tergiring bahwa gunakan api untuk memasak dan menghangatkan badan saja, bukan untuk main-main karena itu bahaya. Tapi, benarkah demikian? Benarkah bermain api itu buruk dan menakutkan?

Saya jadi teringat dengan kembang api. Bukankah 'kembang' alias bunga itu indah dan menyenangkan? Sekalipun ia diberi embel-embel 'api', bukankah kembang api juga tetap indah dan menyenangkan? Dan penggunaan api untuk kembang api bukankah memang difungsikan untuk bermain-main semata? Bukan untuk memasak ataupun untuk menghangatkan badan. Jadi, tak bolehkah atau berbahayakah jika bermain-main api untuk kembang api?

Saya memang murni protes di sini. Bukan berarti lantas saya tetap ingin bermain api, hanya saja saya ingin mereka ulang definisi bermain api itu sendiri. Mungkin yang terpenting adalah kita tetap harus ingat segala konsekuensi. Ada aksi, pasti ada reaksi. Ada aksi bermain api, bisa jadi akan ada reaksi panas dan terbakar. Jika tahu itu, mudah-mudahan saja bisa selalu menjaga diri. Agar diri ini tak sampai hangus terbakar, karena kita sadar bahwa terkadang api itu indah dan menyenangkan.


2 comments:

  1. Kalo bermain Avi yang nggak boleh mbak..
    *eh.

    ReplyDelete
  2. Iya zah, jangan bermain-main denganku ya zah?
    *eh juga
    :D

    ReplyDelete