Follow Us @soratemplates

Tuesday 28 February 2012

Konseling Pemberian ASI

22:50 0 Comments
 
Sikap seorang dokter ketika menjumpai pasien adalah mengetahui 4 tahapan tindakan.
1.       Subjektif: tau bagaimana keluhan yang dirasakan pasien
2.       Objektif: tau keadaan pasien berdasarkan pemeriksaan fisik
3.       Assassment: penilaian terhadap diagnosis penyakit atau masalah yang dialami
4.       Planning konseling gizi

Konseling gizi pada anak-anak dilakukan dengan memperhatikan
-          Penyakit yang saat itu derita
-          Penyakit yang kemungkinan dapat diderita
-          Status gizi
-          Riwayat imunisasi

Konseling pada orang tua khsususnya terkait gizi anak/bayi dimulai mengenai ASI, meliputi:
-          Pemberian ASI selama 2 tahun
-          Pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan
-          Pemberian makanan pendamping pada usia 6 bulan

Pemberian makanan pendamping harus diberikan pada usia 6 bulan. Hal ini ditujukan untuk pengenalan bayi secara dini terhadap ragam makanan.
Jika tidak dilakukan, kemampuan bayi untuk makan justru akan buruk sehingga dapat menyebabkan gizi buruk atau terkena alergi.

Inisiasi dini diberikan secara dini yaitu dalam 1 jam setelah bayi lahir tanpa dimandikan (bayi hanya boleh dilap saja).

Pada kasus kelahiran cesar, inisiasi dini tetap harus dilakukan.
Kelahiran cesar (yang cenderung ‘dipaksakan’) memang sering menyebabkan ASI tidak segera keluar. Tetapi dengan inisiasi dini, karena adanya luapan perasaan bahagia ibu, akan menyebabkan perasaan bahagia sehingga mempengaruhi hormone dan menyebabkan ASI bisa keluar.

Insiasi dini juga menjadi salah satu cara pengenalan alergen terhadap bayi.
Bayi menjilat-jilat kulit ibu yang tidak steril, dengan demikian akan memberi kesempatan bayi untuk terpapar terhadap alergen.
Hal ini penting agar bayi segera memiliki keseimbangan antara Th1 dan Th2.

Pada saat dalam kandungan, aktivitas Th1 janin dihambat sehingga Th2 menjadi dominan. Apabila lahir dan kondisi Th2 masih dominan, maka kecenderungan alergi akan meningkat. Karena Th2 nantinya akan mengativasi sel plasma, eosinofil, basofil untuk mengeluarkan zat kimia sehingga muncul manifestasi alergi.
Tetapi dengan adanya inisiasi dini, maka bayi akan segera mengenal alergen dan Th1 dan Th2 menjadi seimbang dan kemungkinan mengalami alergi akan berkurang.

Yang penting diperhatikan ketika menyusui yaitu
1.       Posisi
o   Kepala, leher, dan tubuh bayi dalam keadaan sejajar. Jadi, bayi dipastikan tidak dalam keadaan ‘mluntir’.
o   Bayi menghadap ke arah ibu
o   Tubuh dekat dengan ibu. Jadi, tidak hanya kepalanya saja yang mendekat ke payudara ibu.
o   Kedua tangan ibu harus menyangga bayi. Fungsinya untuk memastikan bayi dekat dan sejajar. Jadi, tidak hanya kepalanya saja yang dipegang, sedangkan badannya dipangku.
2.       Perlekatan
o   Areola mammae semua dihisap. Artinya, tidak hanya bagian putting saja yang masuk ke dalam mulut bayi.
o   Mulut bayi terbuka lebar. Dengan begitu semua aerola bisa masuk.
o   Bibir bawah bayi terbuka ke luar. Maksudnya, tidak tertekuk ke arah dalam.
o   Dagu bayi menempel ke payudara ibu


3.       Efektif
Dikatakan efektif jika hisapan lambat, dalam, dan ada waktu istirahat.

Bayi seharusnya mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Apabila memang tidak bisa, dapat diganti dengan susu formula, tetapi jangan dicampur gula atau madu.

Pemberian ASI dilakukan secara on demand. Artinya, ketika bayi minta, ibu harus segera memberikan.
Pemberian ASI tidak bisa diatur pada jam-jam tertentu. Tetapi umumnya tiap 2-3 jam sekali, bayi akan minta diberi ASI sehingga dalam sehari minimal pemberian ASI sebanyak 8-12 kali.
Bayi akan kencing dalam sehari sebanyak minimal 6 kali.

Ibu menyusui sampai bayi melepas sendiri payudara ibu. Artinya, ibu tidak dibenarkan menghentikan proses penyusuan. Hal ini ditujukan agar bayi mendapat lemak-lemak di akhir proses susuan yang mana akan memberikan rasa kenyang.

Ketika ibu sakit, diupayakan tetap memberi ASI. Kecuali pada penyakit-penyakit tertentu seperti HIV.
Tetapi terdapat pengecualian pada masyarakat tidak mampu. Barangkali jika tidak mampu membeli susu formula, lantas menghemat susu dengan mengencerkan dan menambah gula. Ini justru tidak dibenarkan karena bayi dikhawatirkan menderita kwashiorkor akibat kekurangan protein.
Atau karena ingin menghemat lalu sesekali diberikan ASI dan lain waktu diberikan susu formula. Ini juga tidak dianjurkan karena percampuran antara ASI dengan susu formula justru akan menyebabkan perlukaan pada intestinum bayi sehingga memungkinkan virus HIV masuk.
Maka, yang terpenting adalah pemilihan ASI penuh atau susu formula penuh.

Dalam proses konseling dengan orang tua anak, yang harus diperhatikan yaitu
-          Bertanya: menanyakan apa usaha yang telah dilakukan orang tua untuk memenuhi gizi anaknya
-          Mendengarkan
-          Memberi informasi sesuai keterangan berdasarkan usaha yang dilakukan orang tua
-          Memberikan apresiasi apabila tindakan sudah benar
-          Memberi masukan apabila ada kesalahan

Simpel dan Asyik Lestarikan Budaya bagi Kawula Muda

03:12 0 Comments

Melestarikan budaya rasanya masih menjadi tugas berat di mata generasi muda. Bahkan tak jarang mereka bersikap apriori terhadap tugas mulia tersebut. Sikap itu dapat terjadi karena kebanyakan mereka menganggap melestarikan budaya adalah tugas serius yang butuh pelaksanaan dengan cara serius pula. Memang benar tugas ini adalah tugas serius. Namun, apakah harus dilaksanakan dengan cara serius yang terkesan kaku?
Barangkali mereka membayangkan cara menunjukkan budaya Indonesia adalah dengan menguasai tari-tarian daerah lantas menjadi duta pariwisata demi menunjukkannya. Hanya dengan membayangkannya saja, cara ini sudah terkesan berat. Atau mereka membayangkan cara melestarikan budaya dengan setiap hari mengenakan pakaian adat daerah masing-masing. Cara ini juga terkesan tidak visible. Padahal, ada cara mudah untuk tetap bisa melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa, sebuah cara simpel dan asyik yang cocok untuk kawula muda.
Di era  globalisasi seperti sekarang ini, hampir semua kawula muda melek akan teknologi. Lihat saja berapa banyak pengguna facebook, twitter, blog, dan beberapa website atau situs jejaring sosial lainnya. Sebuah kekuatan maya yang tanpa sadar kita miliki ini dapat menjadi sebuah cara ampuh untuk melestarikan budaya. Kita bisa menunjukkan kualitas budaya dan tingginya nilai luhur budaya kita secara langsung maupun tidak langsung melalui semua media teknologi di atas.
Secara langsung, kita bisa membuat website yang mempromosikan keunggulan budaya kita.  Saat ini tak jarang kita jumpai website atau blog yang menampilkan keunikan daerah masing-masing. Mulai dari wisata kuliner, tempat rekreasi, situs-situs sejarah, pakaian dan tarian adat, hingga lahan-lahan perekonomian yang menjadi potensi daerah tersebut.
Cara di atas adalah cara paling jelas untuk mempromosikan budaya dan nilai luhur kita. Kita secara to the point telah berusaha melestarikan budaya Indonesia di mata dunia. Cara ini bukan sebuah cara yang mustahil untuk dilakukan, tetapi memang tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua generasi muda tertarik untu menuliskan potensi daerahnya dalam sebuah blog atau website.
Maka, ada cara yang lebih simpel dan asyik yaitu dengan memanfaatkan situs jejaring sosial. Apa yang lakukan? Tak jauh berbeda dengan cara via website, kita juga dapat mempromosikan daerah kita melalui note atau status-status kita.
Mengingat jejaring sosial adalah sebuah wadah untuk menjalin hubungan sosial, maka ada cara khusus untuk melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa melalui media ini. Caranya yaitu dengan menunjukkan sikap bangsa yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Kita bisa membiasakan untuk tetap bersikap sopan dan ramah dalam status-status kita di facebook. Kita juga bisa menekan sikap amarah dan tetap menjunjung tinggi sikap menghormati dan menjaga keluhuran dalam setiap tweet kita. Bukankah ini sebuah cara yang mudah?
Memang cara di atas terkesan tidak to the point melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa. Tetapi, coba bayangkan jika jutaan pengguna facebook, twitter, dan situs jejaring sosial lainnya di Indonesia selalu menunjukkan sikap ramah dan sopan santun yang menjadi ciri khas adat timur. Bukankah di mata dunia akan terpola sebuah gambaran bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang ramah dan menjunjung nilai luhur adat ketimuran?
Jadi, tak ada alasan sulit bagi kawula muda untuk melestarikan budaya karena ada cara simpel dan asyik untuk bisa menerapkannya.

Sunday 26 February 2012

Mahasiswa Mahaperan Mahatanggung jawab

03:10 0 Comments

            Mahasiswa adalah siswa dengan embel-embel maha. Ia bukanlah seorang siswa biasa seperti ketika masih menggunakan seragam putih abu-abu, namun siswa yang telah mendapat julukan maha karena dianggap mampu dan luar biasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maha berarti besar. Maka, seorang siswa yang maha berarti seorang pelajar dengan kemampuan yang besar, peran besar, dan tanggung jawab yang besar. 
Seorang mahasiswa dituntut untuk tidak hanya belajar demi kepentingan dan tanggung jawabnya terhadap diri sendiri, namun juga dibebani beberapa tanggung jawab untuk memikul peran atas nama kedudukannya sebagai mahasiswa.  Mahasiswa diibaratkan sebagai seseorang yang berada di tengah-tengah. Dia memiliki peran yang bermacam-macam sesuai dengan lingkungan di sekitarnya yang saling berkaitan.
Mahasiswa merupakan bagian dari sebuah civitas akademika perguruan tinggi, maka seorang mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab atas nama perguruan tingginya. Mahasiswa tetap merupakan bagian dari sebuah masyarakat, maka mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab kepada masyarakat. Mahasiswa juga tetap menjadi bagian dari sebuah keluarga pribadi sehingga memiliki peran dan tanggung jawab terhadap keluarga dan dirinya sendiri.
Peran Atas Nama Perguruan Tinggi
Sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah perguruan tinggi selayaknya seorang mahasiswa memaknai perannya sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ketiga peran tersebut adalah pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Ketiga peran tersebut harus dapat dilaksanakan dengan seimbang. Mahasiswa perguruan tinggi bukan hanya menjadi siswa yang sibuk mengejar pendidikan, namun lupa dengan kewajiban pengembangan ilmu pengetahuan, atau menjadi mahasiswa yang terlalu asyik belajar sehingga tak peduli untuk terjun ke masyarakat. Untuk itu, ketiga peran pendidikan, pengembangan, dan pengabdian harus tetap dilaksanakan oleh seorang mahasiswa.
Tak dapat dipungkiri bahwa tugas utama mahasiswa sebagai pelajar adalah untuk belajar. Amanah yang diberikan orang tua dengan memberikan biaya pendidikan memang agar anak dapat menuntut ilmu di perguruan tinggi. Untuk itu, seorang mahasiswa tetap harus menjadikan peran sebagai pembelajar pada urutan pertama. Peran ini tidak serta merta hanya menerima ilmu yang diberikan oleh dosen, tetapi juga berarti meningkatkan rasa ingin tahu untuk mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya dari dosen maupun dari sumber-sumber pustaka.
Hanya menerima atau mencari ilmu saja bukanlah ciri pembelajar yang sejati. Seorang pembelajar yang benar-benar menjiwai ilmunya akan merasa tertantang untuk menggali lebih jauh ilmu yang dipelajarinya. Salah satu bentuk nyata dari sikap tersebut adalah dengan mengadakan pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan dapat diwujudkan dengan membuat forum-forum diskusi ilmiah atau mengadakan penelitian untuk menemukan hal-hal baru yang mendukung ilmu pengetahuan.
Tak lupa, fungsi akademis mahasiswa adalah mengabdi kepada masyarakat. Ilmu akan sia-sia dan tidak menjadi ilmu yang bermanfaat jika hanya dipendam dan tidak diamalkan. Maka seorang mahasiswa sebagai penuntut ilmu memiliki kewajiban untuk mengamalkan ilmu tersebut kepada masyarakat. Pengabdian yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-sehari sang mahasiswa atau bisa juga dengan menyampaikan secara langsung isi dari ilmu tersebut kepada masyarakat melalui pelatihan atau diskusi-diskusi.
Peran terhadap Masyarakat
Terlepas dari kewajibannya sebagai bagian dari sebuah perguruan tinggi, mahasiswa sering digadang-gadang memiliki tiga fungsi tambahan yang merupakan manifestasi dari harapan besar masyarakat terhadapnya. Ketiga peran tersebut adalah mahasiswa diharapkan dapat menjadi agent of change, iron stock, dan moral force.
Sebagai agent of change telah terbukti bahwa mahasiswa memang memiliki peran yang dapat mengubah suatu keadaan. Soekarno-Hatta sebagai pemimpin bangsa membuktikan peran tersebut bahwa sebagai mahasiswa yang terpelajar dan terdidik mampu untuk membuat sebuah perubahan besar. Hal ini bukan suatu perkara mustahil untuk dilakukan. Kekuatan besar yang dimiliki mahasiswa sekaligus jiwa muda yang dipenuhi semangat pembaharu dapat menjadi modal utama untuk terus bergerak dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Mahasiswa dapat memberikan masukan-masukan sesuai ilmu yang dipelajarinya dan tentunya dengan perkembangan informasi yang lebih up to date kepada para pemegang kekuasaan. Upaya ini tak selamanya dilakukan dengan aksi demo yang terkesan anarki. Mahasiswa dapat memuwujudkannya melalui dialog ilmiah atau dengan menulis opini kepada media massa. Meskipun tidak serta merta mengubah keputusan, peran yang dilakukan mahasiswa melalui metode ini akan disoroti dan menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengambilan keputusan selanjutnya.
Mahasiswa disebut juga sebagai iron stock. Dikatakan begitu karena mahasiswa diharapkan sebagai stok cadangan yang keras dan tangguh setangguh besi. Mahasiswa sebagai seorang intelektual diharapkan dapat mendalami ilmu sepenuh-penuhnya sehingga kelak dapat diaplikasikan dengan baik. Pengaplikasian dengan pemahaman yang benar tentunya akan menjadi sebuah kehebatan sendiri. Jika semua mahasiswa menyiapkan dirinya untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa kelak akan bermunculan pemimpin-pemimpin baru yang tangguh dan dapat diandalkan sesuai dengan bidang yang dikuasai masing-masing.
Mahasiswa yang dianggap sebagai siswa dengan pendidikan tinggi diharapkan memiliki kepribadian dan moral yang tinggi pula. Itulah mengapa mahasiswa juga memiliki perang sebagai moral force. Dengan ilmunya yang tinggi tentunya mahasiswa memiliki kesadaran dan penalaran yang tinggi pula untuk membedakan antara yang baik dan buruk. Kesadaran tersebut tak hanya berlaku untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk diterapkan kepada lingkungan di sekitarnya. Dengan kemampuan ilmunya yang tinggi, mahasiswa diharapkan mampu mengubah keburukan yang terjadi di sekitarnya mulai dari lingkungan kampus maupun lingkungan negara dengan vokal menyuarakan protes terhadap ketidakadilan dan ketidakmoralan yang terjadi dalam lingkup negara.
Peran terhadap Keluarga dan Pribadi
Terlepas dari semua peran yang harus diemban mahasiswa di luar, mahasiswa tetap memiliki peran dan tanggung jawab terhadap keluarga dan dirinya sendiri. Peran ini barangkali terkesan sepele dan dianggap remeh, namun untuk memberikan sebuah peran dan tanggung jawab yang besar harus dimulai dari sebuah peran dan tanggung jawab yang kecil karena semuanya dimulai dari yang paling kecil dan paling dekat dengan diri mahasiswa itu sendiri. Demikian pula Allah SWT mengingatkan agar setiap insan menjaga diri dan keluarganya dari api neraka (Q.S At-Tahrim ayat 6). Tentunya, kewajiban ini harus dilakukan sebagai pondasi utama untuk menyelamatkan masyarakat dan negara dari keburukan lainnya.
 Peran ini diwujudkan dengan meningkatkan integritas setiap mahasiswa sehingga memiliki jati diri yang tangguh dan tak terpengaruh dengan kondisi yang buruk. Peningkatan integritas merupakan upaya paling penting yang harus dilakukan karena seseorang tanpa integritas tak akan mampu menopang segala peran dan tanggung jawab lainnya. Upaya peningkatkan integritas dapat dilakukan dengan meningkatkan iman dan menggali potensi serta minat dan bakat masing-masing mahasiswa. Keimanan yang kuat dapat menjadi rem ampuh bagi mahasiswa dalam menjalankan setiap perannya. Penggalian potensi, minat, dan bakat dapat menjadi petunjuk khusus bagi mahasiswa agar dapat berperan dalam jalur yang tepat sehingga peran yang diberikan benar-benar bermanfaat dan tepat pada sasaran.
Semua peran di atas adalah tanggung jawab yang dibebankan kepada seorang mahasiswa. Setiap mahasiswa memiliki kewajiban untuk menjalankan semua peran tersebut tanpa terkecuali. Hal ini tidak dapat dianggap remeh karena setiap tanggung jawab yang dibebankan kepada setiap insan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Untuk itu setiap mahasiswa harus berusaha untuk menjalankan semua peran dan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya.
Barangkali semua peran tersebut terkesan banyak dan sangat berat untuk dilaksanakan, namun setiap mahasiswa harus mengingat bahwa Allah tak akan pernah membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya (Al-Baqarah 286). Maka, sudah sepantasnya seorang siswa yang maha memiliki peran maha serta tanggung jawab yang maha pula. 

Saturday 25 February 2012

Dinner Romantis

21:29 2 Comments

Aku tak menyangka kalau secepat ini akan mendapat dinner romantis dengan seorang pria.

Malam minggu. Selepas magrib aku sudah bersiap. Bercermin sejenak dan memutuskan segera beranjak. Persiapan sudah matang. Candlelight dinner!

Aku duduk di kursi menghadap meja bundar yang menakjubkan. Cahaya dua buah lilin di sisi kiri dan kanan berpendar menambah keromantisan. Berbagai hidangan tersaji di atas meja. Beberapa camilan dan sebagian makanan yang bagiku semula terasa asing dan mewah tersaji dengan tatanan begitu indah. Spaghetti. Hm, orang bilang kencan sungguh romantis jika dinner dengan hidangan spaghetti. Dan itu terjadi padaku, malam ini.

Aku mulai gelisah. Sosok laki-laki di hadapanku hanya berdiam diri. Dia sama sekali tak berani menatapku. Entah karena suasanya yang memang remang-remang, atau dia grogi dan tak kuasa mengungkapkan perasannya. Baiklah, aku akan setia menunggu.

Rupanya dia sudah tak tahan. Gejolak dalam dirinya terlalu sulit untuk diredam. Akhirnya ia menatapku dengan wajah memelas penuh pengharapan, seraya berkata:

“Kak, makan aja, yuk! Daripada kelaparan nunggu listrik nyala,” kata adikku yang sudah tak sabar menahan gejolak rasa lapar dari perutnya.

^^V


Wednesday 22 February 2012

Berani Menulis Artikel #4: Bergaya dalam Berbahasa

08:32 0 Comments



Orang sering berkata, menjadi seorang penulis haruslah memiliki gaya. Lebih bagus lagi jika gaya itu menjadi brand untuk dirinya. Menyikapi pentingnya gaya dalam berbahasa inilah, maka dalam bab ke-4 buku Berani Menulis Artikel karya Wahyu Wibowo dikupas tuntas tentang gaya penulisan, habitus, dan struktur artikel.
Semua penulis berhak untuk bergaya sesuai dengan kemauannya. Tetapi, sebuah gaya penulisan tetap akan dinilai baik atau buruk oleh setiap pembaca. Setidaknya, ada tiga kriteria yang menentukan baik-buruknya sebuah gaya penulisan, yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Dalam bergaya, seorang penulis haruslah jujur. Dalam arti, jangan sampai karena terlalu ingin terlihat ‘gaya’, maka dia memilih diksi yang justru aneh atau berlebihan. Jika itu terjadi, penulis justru terlihat tidak jujur karena seolah-olah ingin menyembunyikan makna tulisannya di balik kemegahan diksi yang dipilihnya.
Gaya penulisan yang baik juga dilihat dari sopan santunnya. Cara bersopan santun kepada pembaca adalah dengan cara menggunakan kalimat yang efektif dan efisien, jernih dan jelas. Pembaca tidak akan terbuang waktunya hanya karena bingung menangkap kalimat kita yang rumit. Inilah cara seorang penulis untuk bersopan santun kepada pembaca.
Gaya penulisan juga harus memenuhi kriteria menarik. Jangan hany berpatokan pada prinsip jujur dan sopan santun lantas melupakan daya tarik tulisan itu sendiri. Jika hanya berpatok pada dua prinsip sebelumnya, tulisan akan cenderung kaku. Tetapi dengan menambahkan kriteria menarik, maka tulisan pun akan menjadi lebih enak dibaca. Usaha untuk membuat menarik itu dapat dilakukan dengan memperhatikan panjang-pendek kalimat atau struktur kalimat dan tulisan itu sendiri.
Tentunya kita sudah mengenal bahwa gaya penulisan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Menulis sebuah cerpen, tentu berbeda dengan menulis sebuah karya ilmiah. Setiap situasi memang membutuhkan gaya tersendiri. Dikenal lima gaya yang cukup berbeda yaitu gaya bahasa pergaulan resmi, gaya bahasa keilmuan, gaya bahasa media massa, gaya bahasa sehari-hari, dan gaya bahasa sastra.
Dalam setiap gaya bahasa tersebut, yang dapat dilakukan adalah menyisipkan unsur-unsur pendukung gaya bahasa atau yang kadang sering dikenal dengan istilah majas. Ada empat majas yang bisa digunakan yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
Yang tak kalah penting adalah gaya yang digunakan dalam merangkai tulisan itu sendiri. Sebuah tulisan harus memperhatikan lead (alinea pertama), isi, dan juga aline penutup. Trik-trik yang digunakan dalam setiap alinea ini juga dapat menciptakan gaya penulisan yang berbeda.
Untuk membuat lead dapat digunakan beberapa metode. Metode untuk membuat lead ada beberapa macam. Seperti metode 5W 1 H yang biasa digunakan dalam berita-berita atau menggunakan metode pengisahan atau deskriptif yang biasa pada cerpen.  Lead juga bisa dibuat memukau dengan menampilkan sebuah pertanyaan, kutipan langsung, ucapan kondang, sapaan, atau peribahasa di kalimat pertama. Penggunaan teknik stakato atau secara langsung menuding pembaca hingga seakan terlibat dalam penulisan, juga merupakan cara untuk membuat lead yang menarik.
Lead merupakan kunci agar pembaca mau meneruskan membaca tulisan kita. Setelah lead kita menarik, yang kita lakukan adalah membuat alinea tubuh yang saling menyatu. Pembuatan alinea tubuh dapat dilakukan dengan teknik spiral dimana kata kunci disebutkan dalam setiap paragraf; teknik rekatan dengan menggunakan kata hubung di setiap awal paragraf baru; model blok dengan menggunakan kata-kata yang setipe pada awal paragraf dan mengacu pada kata di awal paragraf pertama; menggunakan teknik tematik yang tiap paragraf menguatkan tema; atau model kronologis yang disusun berdasarkan urutan waktu.
Yang terakhir adalah membuat alinea penutup yang menghentak. Alinea penutup dapat disajikan dengan model simpulan, model menggantung, atau model ringkasan. Model simpulan dibuat dengan cara menyimpulkan dari awal apa yang telah dipaparkan. Modal menggantung biasanya dibuat dengan memberikan pertanyaan di kalimat terakhir sehingga pembaca dibuat menggantung dan dibiarkan untuk menjawab sendiri. Model ringkasan dibuat dengan merangkum semua paparan dari awal.
Dengan ketiga teknik tersebut (memenuhi kriteria gaya penulisan yang baik, penggunaan majas dengan pemilihan gaya bahasa yang sesuai kondisi, serta penulisan alinea awal, isi, dan penutup yang menarik), maka seorang penulis akan memiliki sebuah gaya bahasa yang tepat. Dengan memiliki gaya bahasa tersendiri itulah, maka dirinya akan dikenal sebagai penulis yang handal, penulis yang memiliki ciri khas dan berkualitas.