Follow Us @soratemplates

Saturday 5 June 2021

Masih Mau Nulis? Kenapa?




Menulis menulis menulis. Oh, no! Bahasan ini hits lagi di beberapa hari terakhir episode hidupku.


Ngikutin obrolan di wag KLIP jadi bikin merem melek sendiri. Ada hawa-hawa tak diundang yang tiba-tiba menelusup di kalbu. Rasanya sudah hampir-hampir insecure. Tapi buru-buru menarik diri. No! Aku punya jalan sendiri, dan saatnya melakukan JOMO alias joy of missing out.


Awalnya ngomongin tentang orang yang bisa kelar nulis buku atau novel dalam sebulan. Masya Allah keren banget kan. Tapi ya gimana kalau habis itu trus jadi vacuum cleaner alias vakum bin super bersih ga ada karya yang ditorehkan lagi. Ya tetap keren sih dengan pencapaian bukunya, cuma jadi ga keren paripurna gitu lho karena macet dan mogok seketika.


Lalu mulai ngomongin duit. Aih, ternyata yang punya pengalaman menjelajah media tuh banyak juga. Ada yang bisa dapat cuan belasan juta dari naskahnya. Ada yang sekali kirim media langsung publish hari itu juga. Ada yang berkali-kali lolos di media yang sama. Aih, bikin mupeng kan? Iya sih bener, tapi kalau cuma mupeng doang trus jadi bikin insecure ya buat apa.


Ditambah lagi kebetulan juga nengok sosial media. Eh, lihat teman makin bersinar dengan kiprah menulis di sebuah media bonafide di Indonesia. Mupeng lagi? Yah, wajar lah namanya juga manusia. Tapi apakah iri? Ga juga sih. Gampangnya gini, kalau posisi itu diberikan padaku, apakah aku juga akan mau dan mampu? Hm, ternyata dengan logika dan hati kecilku, aku langsung bisa menjawab tidak. So, biarkan peran itu keren untuk dirinya yang belum tentu keren untuk diriku.


Lalu teman yang lain memposting karya baru antologinya. Mupeng lagi? Ga juga lah kali ini. Toh, bukankah aku juga beberapa waktu lalu membuat naskah antologi dan ternyata rasanya cuma gitu-gitu aja. Lagi-lagi aku balik bertanya pada diri sendiri, apa aku mau di posisi itu? Mupeng punya karya baru tentu iya, tapi kalau untuk berada di posisinya sepertinya aku akan sontak menjawab, "Tidak, terima kasih, lain kali saja."


Pun bahasan kemarin tentang orang-orang yang hits dengan naskah fiksinya lewat platform menulis online. Mupeng lagi? Duh, hidupku ya mupeng mulu. Iya sih gimana ga happy kalau karyanya tenar dan dibaca banyak orang. But, lagi-lagi apakah aku akan tertarik untuk mencoba? Sepertinya sebelum memulai pun aku sudah melambaikan bendera ke kamera.


Yup, semua orang punya jalannya masing-masing. Sama-sama penulis fiksi, ada yang menulis di aplikasi nulis, ada yang berwujud karya cetak hingga berjilid-jilid. Sama-sama penulis nonfiksi, ada yang bisa kirim naskah ke media, ada yang jadi buku hits di kalangan pembaca. Sama-sama blogger, ada yang dapat cuan dari tulisannya, ada yang hepi sekedar bisa mengalirkan rasa.


Ah, semua punya jalannya sendiri. Mupeng dengan jalan orang lain boleh saja, tapi bahagia dengan jalan pilihan kita jauh lebih utama. Dan itulah alasan terpendamku kenapa aku masih mau menulis: bahagia!

No comments:

Post a Comment