Ada yang tahu istilah SR? Hm..., SR apa dulu nih. Belum-belum kok udah main say no aja.
Di kalangan medis khususnya selama bekerja di klinik perusahaan ada istilah SR buat para pegawai yang sakit. Kalau ga salah maksudnya surat rehat. Sepertinya sih gitu, saya juga ga nanya soalnya haha. Yang jelas para karyawan yang sakit itu dikit-dikit sering minta SR. Dan yaaa ternyata tanpa sadar saya berkata juga, "SR? No!" Hehe bukan apa-apa sih, karena bagaimanapun klinik punya standar kesehatana ala ketenagakerjaan. Kalau dikit-dikit memberi izin pulang karena sakit padahal masih dianggap aman ya jelas mempengaruhi produktivitas pabrik. Well ternyata SR No pun berlaku di sini.
Tapi bukan SR itu yang saya maksud. SR di sini adalah kependekan dari silent reader. Tahu dong fenomena ini di setiap whatsapp grup yang memang sudah menjamur. Orang-orang tipe ini seakan antara ada dan tiada. Mau dia di grup itu atau dia keluar dari grup pun ga berpengaruh apa-apa pada jalannya grup. Fyuh, so sad.
Beberapa waktu lalu saat mengikuti salah satu program di Ibu Profesional, saya baru menyadari ternyata urusan SR itu ga bisa dianggap dengan sekedar masa bodoh aja. "Ya udah lah biarin aja SR", buat orang muka badak kayak saya sih ga bakal dianggap pusing. Tapi, buat manajemen atau orang yang bertanggung jawab dengan program di grup itu rasanya akan amat sangat gatal. Duh ini mau diapain lagi grupnya, diajak begini sunyi, ditawarin begitu sepi. Kan jadi sedih sendiri.
Ketika akhirnya kami ditantang untuk mengatasi perkara per-SR-an ini, ternyata saya tertohok sendiri. Lhah saya kan juga bukan orang yang selalu bikin kehebohan di semua grup whatsapp yang saya punya. Memang di grup tertentu saya ramai luar biasa, tapi di grup lain ada juga yang bahkan sejak masuk belum pernah unjuk nama. Bisa kelihatan kan kalau di anggota grup tidak tertampil nama profil wa-nya haha.
Lalu seperti biasa saya asyik berkontemplasi sendiri. Kenapa ya untuk tipikal kepribadian yang sama bisa-bisanya saya memberi perlakuan yang berbeda pada grup whatsapp itu? Setelah saya renungi, sepertinya saya kurang aktif di beberapa grup karena tidak merasa memiliki. Rasa asing atau sungkan itu muncul karena seakan belum satu frekuensi dengan orang-orang di dalamnya.
Tapi setelah dipikir lagi, bagaimana bisa membaur dan merasa sefrekuensi kalau kita sendiri cuma diam-diam saja. Kalau mau ikut dalam asyiknya arus yang mengalir, jangan cuma berdiri menonton di tepi dan berharap arus akan menyeret dengan sendirinya. Tapi ceburkan saja diri kita ke dalam arus, maka kita akan ikut berenang mengikuti arus.
So, membaurlah dengan grup yang kamu miliki. Bukan karena mereka sok asyik lalu kamu tak dianggap. Tapi karena kamu sendiri yang tak mau menggabungkan diri. Jadi, apakah tetap akan menjadi tim SR? No!
No comments:
Post a Comment