Follow Us @soratemplates

Wednesday 2 June 2021

Pencapaian Diri, Sudah Sampai Mana Saat Ini?

 


Ada yang mengusik saya beberapa waktu ini. Bukan orang, bukan benda, atau apapun, melainkan tentang pencapaian diri. Awalnya karena menonton sebuah sharing dari seorang teman. Dia bisa hebat dan tampak begitu kuat. Pun pagi buta ini saya membuka sharing lainnya dan tampaklah sosok memukau berikutnya. MasyaAllah.


Rasanya saya sudah khatam tentang pepatah rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau daripada rumput sendiri. Syukur Alhamdulillah, saya tidak sedang iri pada mereka. No, tidak sama sekali. Saya paham betul bahwa itu memang rumput mereka, dan jelas-jelas rumputnya tak akan indah jika ditanam di rumah saya. Pun saya sadar pula bahwa saya juga punya rumput sendiri. Pertanyaannya adalah, apakah rumput saya sudah tumbuh baik layaknya rumput mereka?


Saat menyimak kisah teman, ada statement menarik di sana. "Saya menjejakkan KM 0 saya 14 tahun yang lalu." Jalannya tak mudah. Bahkan sepuluh tahun pertama seperti jalan santai saja. Namun karena berada di tempat yang tepat, dia pun menghebat di empat tahun terakhir.


Begitu pula dengan teman yang satunya. Dia juga tak menyangka akan berada di pencapaiannya saat ini. Awalnya hanya sekedar menekuni hobi, sharing, dan ternyata tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, lantas tanpa sadar berdampak begitu saja. Semula pun hanya jalan di tempat setahun lamanya, sampai akhirnya melejit karena lagi-lagi menemukan tempat yang tepat.


Lalu saya merenung, bagaimana dengan saya? Apa pencapaian saya? Atau apakah sebenarnya yang ingin saya capai?


Dari dua obrolan kawan saya tersebut ada dua poin yang saya garis bawahi. Pertama tentang memulai titik nol. Semua keahlian pasti dimulai dengan langkah awal. Saya bahkan pernah menuliskannya di blog ini saat masih kuliah dulu bahwa semua yang mahir bermula dari amatir. Tak ada anak yang tahu-tahu bisa berjalan, tak ada musisi yang saat memegang alat langsung bisa menghasilkan melodi.


Semua berangkat dari titik nol. Tinggal bagaimana titik nol ini dikembangkan hingga menjadi pencapaian tersendiri. Artinya di sini butuh konsistensi, karena jika tidak konsisten bagaimana mungkin kita bisa segera mencapai kilometer tertentu yang akan kita tuju. Contoh, bagaimana mungkin seseorang akan dikatakan penghafal alquran kalau dia hanya hafalan seminggu sekali. Bagaimana bisa dia akan hafal 30 juz kalau hanya ziyadah dan murojaah setahun sekali saat Ramadhan? It's impossible.


Poin kedua setelah menentukan titik nol dan konsisten on track sesuai tujuan adalah dengan menemukan tempat yang tepat. Boleh jadi perjalanan kita mencapai tujuan akan terasa jauh dan membosankan. Maka teman-teman seperjalanan yang seritme akan memberi warna yang membahagiakan. Bahkan boleh jadi teman-teman ini akan saling 'memberikan boncengan' hingga tanpa sadar kita sampa di tujuan lebih cepat dari prediksi semula.


Ya, dua poin itu yang saya renungi pagi ini. Ada di kilometer berapa saya saat ini dan dengan siapa saya akan melangkah bersama?



No comments:

Post a Comment