Follow Us @soratemplates

Tuesday 30 March 2010

Diagnosis Molekuler dan Aspek Genetik Hematologi


diambil dari catatan dan slide kuliah

Tahono, dr, SpPD (K)


Aplikasi biologi molekuler

1. Prenatal diagnostic

Misal pada pasangan suami istri thalasemia minor, dilakukan prenatal diagnostic untuk mengecek apakah anak yang diahirkan akan menderita thalasemia mayor.

Caranya dengan biopsy amnion atau vili chorealis.

2. Pre-implantation diagnostics

Pemeriksaan pendahuluan sebelum diagnostik

3. Gene therapy

Misalnya pada kasus Alzheimer.

4. Kultur organ

Dikultur agar bisa berkembang organnya.

5. Genetics alteration


Algoritma diagnostic penyakit keganasan

- Ada gambaran klinik

- Cek morfologi

- Imunohistochemistry (intinya sama kayak morfologi)

- Immunophenotyping (lihat CDnya)

- Molecular Genetic studies

Jadi urutan diagnosisnya : cek morfologi, imunophenotyping, studi molekuler.


Suatu penyakit hematologi, bisa bersifat community.

- Misal pada daerah tertentu kurang fe, jadi defisisiensi anemia fe endemic.

- Di Indonesia banyak thalasemia HbE


Adanya defect pada DNA, berturut-turut akan menimbulkan defect pada RNA dan protein. Lalu fungsi protein akan terganggu. Akibatnya muncul gejala klinis.

Dari gejala klinis itulah, bisa dilakukan penanganan dan diketahui prognosisnya.


Pada pemeriksaan immunophenotyping akan terlihat adanya ekspresi CD. Untuk kasus AML:

- Pada fase awal progenitor : terlihat HLA-DR, CD33, CD34

- Fase akhir prognitro : muncul CD13

- Mieloblast : muncul MPO dan CD15, CD34 sudah tidak muncul

- Promielosit : muncul CD 11b, HLA-DR tidak

- Mielosit : muncul CD14, CD16

- PMN : muncul CD10


Fungsi dari immunophenotyping ini untuk melihat akut/kronis dari leukemia dengan melihat CD apa yang ditemukan. Bisa juga untuk membedakan limfosit T atau B.


Penyakit-penyakit tertentu juga bisa memicu munculnya leukemia. Misal:

- Sindrom down : ALL, AML

- Bloom syndrome : ALL, AML


Jadi dari situ bisa dilihat bahwa ada hubungan positif antara congenital dengan leukemia.


TRANSLOKASI

v t(9;22)/ BCR-ABL1

- Kemungkinan penyakit : CML (paling besar), limfoblastik, AML anak-anak

- Ada deregulasi dari ABL tirosin kinase shg ada proliferasi, apoptosis, adhesi

- Diagnosis : RT-PCR, FISH


v del 4q12/FIP1L1-PDGFRA

- Penyakit : hipereosinofilik sindrom

- Ada deregulasi PDGFR alfa tirosin kinase

- Diagnosis : lebih baik pake FISH daripada RT PCR


v t(15;17)/PML-RAR alfa

- Penyakit : AML

- Ada protein fusi

- Cek : RT-PCR dan FISH


v FLT3 mutation DNA PCR

- Penyakit : AML

- Ada mutasi FLT3 tirosin kinase

- Cek : DNA PCR


v T(1;19)/E2A-PBX1RT-PCR

- Pre-b cell ALL anak

- Fusi protein

- Cek : RT PCR


Hubungan antara abnormalitas dengan prognosis pada anak-anak

- Baik : jika 52 kromosom lebih, t(12;21)

- Buruk : t(1;19), t(9;22), 11q23, kurang dari 40 kromosom


Etiologi CML

- Ada translokasi dari 9 ke 22

- Jika abl gen (dari 9) bergabung ke 22 akan menjadi Philadelphia kromosom


Klasifikasi AML dari segi genetic (berkaitan dengan translokasi atau dengan MDS). Kalau klasifikasi yang lain (bukan genetic) dibedakan dari AML M0 sampai M7.


Klasifikasi ALL dari segi gen dibedakan jadi precursor B dan T. Tapi, dari segi morfologi dibedakan jadi ALL 1, 2,3.

ALL 1 : sel berukuran kecil-kecil, homogen

ALL 2 : sel berukuan kecil dan ada yang besar, heterogen

ALL 3 : sel berukuran besar, kromosm lebih jelek


Anemia Hemolitik Herediter

Penyebabnya

- Defect metabolic. Paling sering karena glukosa 6 phosfat dehidorgenase. Misal karena minum obat terus jadi anemia. Begitu obat habis, sudah tidak anemia lagi.

- Defect hemoglobin. Pada sintesisnya atau variasi abnormal.


Hemoglobin terbentuk dari

- heme (ikatan fe dan porfirin) dan globin (ikatan rantai alfa dan non alfa).

- Jadi kalo hemoglobin pecah, juga akan terbentuk itu lagi.

- Fe yang dipecah akan digunakan lagi. Porfirin digunakan untuk buat bilirubin


Pada spehositosis terdapat kekosongan Hb, shg akibatnya air banyak yang masuk ke dalam eritrosit (dehidrasi eritrosi). Jika pada orang normal, kan ga ada kelainan jumlah. Jadi, jika ada air yang masuk baru sedikit, akan lisis karena tempatnya terbatas.


Eritrosit cacat sedikit saja sudah ditolak dan dirusak oleh lien. Jadi solusi pengambilan lien bisa mengurangi risiko dimakannya eritrosit oleh lien.


Thalassemia

- Indonesia cenderung kemungkinan thalasemia Hg E, kecuali papua. Tapi dampaknya Papua jadi rentan terhadap malaria.

- Beda thalasemia dan hemogobinopati. Thalasemia kuantitas berkurang, kalo hemoglobinopati kualitasnya yang turun.

- Koomposisi kromosom:

o Hb F : alfa 2 gama 2

o Hb A2 : alfa 2 delta 2

o Hb A : alfa 2 beta 2

Pemeriksaan

- HbH bentuk seperti bola golf

- Pemeriksaan Hb belum cukup, lakukan analisa DNA

- Penting pemeriksaan feritin daripada fe.

Jika dari pemeriksaan feritin menurun, berarti defisiensi besi. Tapi jika meningkat, bisa jadi thalasemia.

- Kalo ada sel target, hipokromik, sel fragmen, maka curiga pada thalasemia

- Jika berat, kelihatan eritroblas


Hemofili

- Defek factor 8 atau 9

- Ada gangguan pada von wllebrand factor sehingga ga bisa menghentikan perdarahan.

- Hemofili A pada factor 8, hemofili B pada factor 9



Silakan download...
Diagnosis Molekuler

No comments:

Post a Comment