Baru saja ujian blok berakhir. Ujian...ujian... Begitulah yang memang harus aku hadapi setiap bulan. Belum termasuk pretest ataupun responsi yang mewarnai perjalanan tiap bulannya. Sejatinya, kehidupan di kampus penuh ujian. Segala macam ujian...
Kemarin, seorang teman bertanya, "sudah siap ujian? bagaimana jika remed?"
Tak jarang juga aku mendengar kawan-kawanku berkata, "Aku mau nilai A! Aku tidak mau remed!" Sebatas itukah? Dan mereka balik bertanya, "memangnya apa lagi?"
Di lain waktu teman yang lain kelabakan, "Ah..., aku tak siap ujian...Dosennya tidak memberi kisi-kisi..., materinya banyak, waktunya sempit..." Mengeluh dan menyalahkan keadaan...
Tidakkah ingat bahwa Allah menjadikan hidup ini memang sebagai ujian. Dan Allah tidak akan menguji suatu kaum-Nya di luar batas kemampuannya. Jadi, ujian ini 'pasti' (dengan ijin Allah) bisa dilewati. Jadi, kenapa harus takut?
Lalu ada yang membantah. "Tapi, aku tak mampu. Bukannya ada remed? Itu bukti bahwa ada yang tidak mampu"
Ya, memang. Itulah kenapa manusia diwajibkan berusaha. Bukankah Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri? Allah memang berjanji akan menguji hamba-Nya sesuai kemampuannya, tapi kemampuan itu hanya didapatkan jika manusia mau mengubah dirinya. So, kenapa tidak berusaha?
Dan itulah romantika menjelang ujian. Warna-warni hidup yang kutemui hingga detik-detik lembaran soal dibagikan.
Namun kehidupan tetap berwarna, saat ujian dan pasca-ujian...
Miris, di tengah sibuknya memeras otak, sebuah suara menggelegar, "Mbak, kerjakan sendiri..."
Hening.
Selepas ujian, semua tertawa. Antara tawa kemenangan dan tawa masa bodoh. Satu lagi tawa yang membuatku heran. Tawa kebahagiaan atas sebuah kerja sama. "Jawabannya beda-beda. Jawabanku sama jawabannya si A beda. Satu deret aku, A, B, C, beda semua..."
Dan aku bungkam..
Duhai kawan, ini ujian. Tak semata-mata beberapa lembar kertas soal ujian. Ada makna lain di balik ujian.
Ujian, menguji kita, menguji kemampuan kita. Bukankah kita ini manusia pembelajar. Bukankah kita ada di kampus untuk belajar. Bukankah ini proses persiapan untuk menghadapi kehidupan sesungguhnya kelak. Menghadapai pasien kita nantinya. Apakah nanti saat kita berhadapan dengan pasien kita juga akan tengok kanan kiri, sms ke sana ke mari untuk bertanya, "hey..., diagnosisnya apa nih? terapinya gimana?" Tidak kan kawan...
Dan ujian ini tak hanya di lembar jawaban saja. Kita mengaku mahasiswa, yang sering mengumbar aksi antikorupsi, tapi kenapa masih ada bibit-bibit korupsi. Kenapa kita sendiri berlatih untuk korupsi. Mulai dari hal terkecil. Korupsi pembelajar dengan nilainya hingga korupsi pekerja dengan uangnya.
Tak jarang terdengar, kita menggugat malpraktik. tapi kita sendiri melakukan malpraktik. Malpraktik, kesalahan yang disengaja. Apakah begitu dokter-dokter Indonesia nantinya?
Ada yang membantah "Ah, ya nggak lah! Kita juga belajar kok. Kita juga akan jadi dokter yang kompeten kok. Kita nggak akan melakukan malpraktik kok. Ah, cuma beberapa nomor saja. Kita juga mikir kok. Cuma memastikan jawaban dengan teman."
Hm..., aku hanya diam. Beberapa kali aku diberi tahu tentang teori Breaking Window, sebuah kebiasaan kecil yang remeh namun berdampak menjadi kebiasaan yang tak bisa ditinggalkan hingga dewasa. Dan aku merasa (aku takut tepatnya), ini bisa menjadi sebuah kebiasaan.
Yah, semoga saja tidak. Aku berharap begitu.
Ayo kawan, kita menjadi dokter yang jujur.
Ayo menjadi mahasiswa kedokteran yang baik. Mahasiswa yang ikhlas belajar demi membantu pasien-pasiennya kelak.
Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan berkah kepada ilmu kita. Amin...
Ditulis sebagai refreshing bagi otak yang sudah bekerja keras berpikir dan hati yang sudah mencoba memahami keadaan sekitar.
'Afwan...
Jadi inget pesan kakak tingkat 2006 di theme song OSMARU dulu
"Jadi dokter ga cuma IPK...
Gali potensi yang ada...
Push your limit..."
subhanallah . . . inspiratif banget . . .
ReplyDeleteBismillah...
ReplyDeleteMudah-mudahan semuanya bisa ikhlas menjalani proses pembelajaran ini, mulai kuliah hingga ujian nanti.
Amin...
Amiin
ReplyDeletesubhanalloh.
ReplyDeleteinspiratif,
^^
lho, acha. komennya sama kayak temenku di atas.
ReplyDeletehm.., masa aku bales komennya sama kayak di atas juga. hehe...
subhanalloh.
ReplyDeleteInspiratif
^^
hm.., nita ikut-ikutan.
ReplyDeleteya udah, komenku juga aku copy paste saja kalau gitu.
Bismillah...
Mudah-mudahan semuanya bisa ikhlas menjalani proses pembelajaran ini, mulai kuliah hingga ujian nanti.
Amin...