Follow Us @soratemplates

Monday 26 April 2010

Suatu Sore di Kota Solo

Sore ini tidak seperti biasanya. Langit cerah, padahal biasanya hujan deras. Hari ini pun berbeda, bertepatan dengan hari pemilihan walikota Surakarta dan pengumuman kelulusan SMA. Dan makin berbeda pula karena aku yang biasanya duduk manis di dalam rumah justru berlenggang menunggangi sepeda motorku mengelilingi kota Solo.

Sore ini ibu menyuruhku untuk mengantar beliau ke Solo. Keperluannya untuk menjahit baju dan membeli sesuatu di toko (hm..., tak perlu kuceritakan di sini). Begitu sampai di toko, aku memilih untuk menunggu di tempat parkir saja dan membiarkan ibuku berlalu meninggalkanku yang tetap bertengger di atas motor. Seperti biasa, aku menikmati keadaan sekitarku. Melihat kendaraan yang lalu lalang di hadapanku. Tengah asyik mengamati sekeliling, suara motor terdengar meraung-raung.

Aku melirik jam tanganku, sekitar pukul 17.00. Hm. pengumuman kelulusan sudah diberitahukan. Jadwalnya memang sore hari, pukul 16.00, karena terhalang pelaksanaan pemilihan walikota. Terlintas dalam bayanganku bagaimana rupa anak-anak SMA yang sedang konvoi itu. Namun ketika iringan-iringan motor itu lewat di hadapanku, ternyata bukan anak SMA, melainkan segerombolan pasukan motor dengan memakai kaos seragam bertuliskan JR dan membawa bendera Jo-Dy. Hm..., ternyata ini konvoi kemenangan atas terpilihnya Jokowi-Rudy sebagai walikota Solo lagi. Ah, aku salah tebak.

Belum ada lima menit konvoi pendukung Jo-Dy berlalu, sudah terdengar lagi raungan suara motor. Kali ini lebih keras. Masya Allah, aku baru tersadar. Ini kan daerah rumahnya Rudy. Pantaslah kalo akan bersliweran banyak pendukung Jokowi-Rudy. Alamak...
Tapi begitu iring-iringan motor itu lewat, ternyata aku salah. Yang lewat justru sekelompok siswa SMA yang memakai kemeja dengan penuh coret-coretan sambil berdiri di atas sepeda motornya dan mengklakson bel sepeda motor tak henti-hentinya. Hm, aku salah tebak. Ternyata yang ini justru konvoi kelulusan dan parahnya justru lebih ganas daripada konvoi pendukung Jo-Dy.

Sejenak hening. Alhamdulillah... Semoga saja ibuku segera menyelesaikan belanjanya dan aku bisa segera pergi menjauh dari kawasan rumah Rudy ini. Namun, tak lama kemudian, suara raungan knalpot kembali terdengar. Tapi kali ini tidak terlalu ganas, bahkan lebih 'sepi' dibandingkan yang pertama tadi. Iseng, lagi-lagi aku menebak. Ini konvoi pendukung Jo-Dy atau konvoi anak SMA? Dalam hati aku menebak konvoi pendukung Jo-Dy. Dan begitu lewat di hadapanku, ternyata hanya 2 motor biasa yang dikendarai oleh 4 orang anak kecil usia SD.
Sekarang aku yang bingung. Anak-anak ini konvoi untuk apa? Pendukung Jo-Dy kah? Padahal mereka jauh masih kecil dan sama sekali tidak ikut mencontreng. Kok bisa-bisanya ikut senang dengan kemenangan Jo-Dy? Kalau konvoi kelulusan SMA... wah, dilihat dari wajahnya saja, lulus SD saja mereka belum apalagi lulus SMA. Hm..., apakah hanya karena ikut-ikut dek? Kasihan...

Suasana kembali normal. Suara raungan motor sudah tidak terdengar. Aku kembali asyik mengamati kendaraan sambil menunggu ibuku. Tepat saat ibuku menghampiri sepeda motorku, sebuah sepeda motor berlalu. Unik (bagiku)! Sepeda motor itu dikendarai dengan kecepatan lambat (menurutku), tanpa suara meraung. Penumpang motor itu mengenakan seragam SMA yang penuh dengan coretan, bajunya tak rapi, rambut apa lagi. Tapi yang mengendarai adalah seorang bapak-bapak yang melajukan sepeda motor dengan sangat hati-hati.
Aku ingin tertawa. Ini bapaknya yang begitu sayang pada anaknya hingga menjemput sang anak agar tidak ikut-ikutan konvoi atau anaknya yang konvoi lalu minta dijemput bapaknya untuk pulang? Aduh..., ada-ada saja.

Dan akhirnya aku pulang. Seru saja mengamati tingkah laku orang lain. Pendukung Jo-Dy, siswa SMA, atau anak kecil yang entah meniru siapa. Pendukung Jo-Dy yang banyak tapi tidak terlalu ganas, atau siswa SMA yang jumlahnya tak seberapa namun ganasnya luar biasa. Sempat terpikir ide gila. Kok tidak ada ya konvoi siswa SMA sekaligus pendukung Jo-Dy. Kan bisa sambil menyelam minum air tuh. Senang karena jagoannya menang sekaligus senang karena dirinya lulus. Pasti lebih buanyak dan lebih ganas. Haha... Bercanda! Jangan sampai lah. Mereka saja sudah cukup memekakkan telinga apalagi kalau pendukung Jo-Dy dan siswa SMA bersatu? Hm...tidak...

Hari ini, sore ini, Soloku yang damai berubah menjadi ramai...


Bukan berarti aku setuju dengan konvoi, hanya saja iseng meihat keunikan konvoi yang aku temui sore ini.
'Afwan...

2 comments:

  1. ga papa lah ya mbak,,
    setaun sekali di solo rame pas lulusan sma.
    lima (eh, ato empat ya?) rame gara-gara pemilu,,

    tapi kayanya baru kali ini bisa barengan dua duanya.
    di rumahku kedengeran rame2 sampe malem2nya lho.. parah bgd y?

    ReplyDelete
  2. sabar bil, itung-itung dapat 'rengeng-rengeng' gratis... :-D

    ya itu yang bikin geleng-geleng kepala. kok ya bisa bareng dua-duanya.

    ReplyDelete