Bunda selalu berkata
Berwasiat pada putra putrinya
Dengarlah kata Bunda
Kala aku terbata-bata mengeja
Bunda lantas berkata
“Kau harus pandai membaca
Segalanya, tak terkecuali Al-Qur’an
Bacalah hingga kau rutin khatam tiap bulannya”
Namun kala aku ketagihan membaca
Bunda menjejaliku setumpuk buku
Komik, novel, bahkan sastra
Habis kulahap semua hingga khatam tiap harinya
Al-Qur’an?
Antrian terakhir dari daftar khatamku
Saat aku bermain-main dengan pena
Bunda kembali berkata
“Kau harus mahir menulis
Menulislah dengan rapi nan indah
Tak terkecuali tulisan Al-Qur’an
Tulislah layaknya kaligrafi yang menarik hati”
Namun saat kugenggam pena pertama kalinya
Bunda membimbing tanganku menggoreskan tinta
Membentuk alphabet maupun angka
Dan bukan alif ba ta tsa
Waktu aku mulai fasih berbicara
Lagi-lagi Bunda berkata
“Kau harus mempelajari bahasa
Kuasai Bahasa Arab
Agar kau tak buta
Kala ayat Al-Qur’an ada di hadapan mata”
Namun waktu aku menginjak remaja
Bunda menuntunku memasuki lembaga bimbingan bahasa
Bukan untuk Bahasa Arab
Melainkan Bahasa Inggris
Hingga aku fasih layaknya turis
Semenjak aku mencicip rasa sekolah
Bunda selalu berkata
“Kau harus rajin belajar
Kuasai semua tak terkecuali Al-Qur’an
Agar kau paham kandungan maknanya”
Namun tiap malam tiba
Bunda mengawasiku
Menuntaskan PR yang menggunung
Menghafakan materi sekolah
Tapi Al-Qur’an tidak terjamah
Kini aku hampir bergelar sarjana
Tapi tulisan Al-Qur’anku masih biasa saja
Segera khatam Al-Qur’an pun aku tak kuasa
Bahasa Arab aku tak mampu
Lebih-lebih paham Al-Qur’an di luar kepala
Lantas Bunda,
Engkau hendak berkata apa?
No comments:
Post a Comment