Follow Us @soratemplates

Monday, 21 June 2010

Ternyata Langit Malam Tak Kalah Indah

Kelas 2D, SMP Negeri 1 Surakarta
Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua berhambur keluar, tapi tidak bagiku. Aku memilih diam di kelas, tetap duduk manis di bangku dengan segilintir orang yang memilih hal yang sama denganku. Kenapa tidak keluar? Rasanya aku pun menanyakannya pada diriku sendiri. Mau apa di luar? Kantin penuh sesak dan perutku pun masih sanggup menunda orkestranya hingga pulang sekolah. Musholla sedang penuh debu karena renovasi dan kuakui tidak ada daya tarik untuk berlama-lama duduk di sana kala itu. Perpus, rasanya masih asing di telinga. Aku tetap saja memilih kelas sebagai tempat ternyaman dengan penghuni tak lebih dari 5 orang tiap jam istirahat.
Entah sejak kapan aku mulai melakukan rutinitas setiap jam istirahat, menarik sebuah kursi menuju jendela di dinding belakang kelas yang memang dibuat lebih tinggi dari posisi jendela normal. Memang harus membutuhkan kursi untuk membuka atau menutupnya. Dan itu yang kulakukan setiap pagi, pun setiap istirahat. Naik di atas kursi dan berlama-lama membuka jendela lebar-lebar. Hingga kemudian seorang teman bertanya dengan nada heran, "Apa yang kamu lakukan?" dan aku menjawab "Memandang langit..." Sungguh langit telah menemaniku kala sepi sendiri di tengah ramainya suasana di luar sana.

Jaten, 3 tahun kemudian
Rumah akan direnovasi. Orang tuaku bertanya, "Kak, pilih kamar mana?" Aku menjawab, "kamar depan..." Kenapa? Alasannya, biar bisa memandang langit tiap pagi.
Dan memang itulah yang kulakukan. Saat tiap pagi membuka tirai jendela, justru sekaligus menarik kursi. Tapi kali ini sudah tidak seekstrem dulu. Kursi itu tak perlu lagi kunaiki, cukup kududuki. Sambil duduk manis, tanganku menggenggam tralis dan mata mencuri-curi lihat langit pagi ini lewat celah jendela yang memang tak bisa dibuka sepenuhnya. Dan aku cukup puas hanya dengan melihat langit yang cerah, biru cerah dengan hiasan awan putih jernih. Membuatku tergila-gila dengan warna biru langit. Jika langit pagi itu cerah, rasanya hati pun menjadi cerah. Senyum terukir dan hari pun diawali dengan segala hal yang indah. Ah..., betapa langit telah memberiku semangat kala pagi...

Kelas XII IPA 2, SMA Negeri 1 Surakarta
Suntuk, gerah, tegang. Sebuah kepenatan luar biasa di setiap jam kosong pelajaran. Guru tak juga kunjung datang, agaknya sengaja membiarkan kami mengotak-atik soal sendirian. Rasanya ingin berlari ke Masjid AnNur, tempat tersejuk dan ternyaman yang pernah kutemukan. Tapi tak mungkin. Tak baik melarikan diri di sela jam pelajaran begini. Solusi..., keluar kelas sejenak. Merapat di sisi dinding koridor, menatap langit. Aku membiarkan pikiranku kosong, melupakan sejenak segala soal-soal yang melambai-lanbai untuk ditemukan penyelesainnya. Damai... Langit telah membuat pikiran dan perasaanku lepas dari penat yang menghimpit..

Jaten, hari ini
Sudah hampir masuk waktu Isya' tapi aku justru masih harus menjemur baju yang baru saja kucuci. Hm..., sebuah kesalahan karena mencuci terlalu malam. Aku melangkah menuju tempat jemuran untuk mengambil jemuran dan memasukkannya ke garasi. Sudah gelap, dan tanpa sengaja aku menengadah. Sebuah ketidaksengajaan yang justru membuatku diam cukup lama. Langit malam ini jernih sekali.
Baru kali ini aku mengakui kecantikan langit malam. Awalnya aku mengira langit malam itu gelap, yang ada hanyalah bintang gemerlap dan bulan, tapi sang langit kalah tenar dari bulan dan bintang. Lebih-lebih karena keadaan tak memungkinkan untuk memandang langit malam. Tak mungkin jika membuka tirai atau membuka jendela di langit malam. Yang ada orang di luar justru lebih jelas melihat kamarku, ibarat aku ikan dalam akuarium. Tapi nyatanya dari tempat jemuran di samping rumah, aku bisa melihat langit malam yang tak kalah cantik dengan langit pagi hari andalanku. Subhanallah...
Hm.., akankah setelah malam ini aku pun akan berlama-lama di tempat jemuran demi memandang langit malam? Entahlah...



PS:
Subhanallah... Maha Suci Allah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya bagi semua makhluk-Nya. Hanya sebuah langit, namun mampu menemaniku, membuatku semangat, dan menghilangkan penat. Ini baru langit, dan masih ada berjuta nikmat Allah SWT di muka bumi.
Allah SWT begitu sempurna dengan segala penciptaan-Nya. Yang ada hanyalah kita manusia yang kurang pandai membaca karunia-Nya. Seperti diriku yang awalnya hanya mengagumi langit pagi tapi nyatanya nikmat Allah SWT berupa langit malam tak kalah indahnya. Buka mati dan buka hatimu. Resapi nikmat-Nya dan rasakan betapa kita memang sudah selayaknya bersyukur.



7 comments:

  1. (menurut aku) langit terindah adalah langit shubuh.

    ReplyDelete
  2. Ya, kurang lebih langit malam yang menurutku cantik itu hampir mirip dengan langit subuh. Jernih, tidak terlalu pekat.

    Tapi jika disuruh memilih, tetap lebih suka langit dhuha karena terlihat sangat cantik dengan warna biru mudanya.

    ReplyDelete
  3. Jika boleh memilih...saya lebih memilih langit senja
    Perpaduan antara warna keemasan dan kesejukan birunya
    Apalagi kalau ditemani angin sepoi-sepoi dan lantunan ayat suci menjelang magrib saat 'bertengger' di atas genteng, mjd sangat luar biasa menenangkan
    Sungguh, Maha Karya Alloh yang begitu luar biasa..=)

    ReplyDelete
  4. hm...prasasti 'senja'ku kok ya..

    apapun itu
    mau langit sepertiga malam yang syahdu
    langit subuh yang jernih
    langit pagi yang menghangatkan
    langit dhuha yang teduh
    langit siang yang terang
    langit sore yang sejuk
    langit senja yang menawan
    atau langit malam yang berkilauan
    tetaplah semua milik Allah
    Maha Suci Allah atas segala penciptaannya

    ReplyDelete
  5. kalo di Al Qur'an :

    "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." Q.S. Ali Imran : 190-191

    semoga Alloh memasukkan kita kedalam golongan ulul albab. Amiin.

    ReplyDelete