Follow Us @soratemplates

Saturday, 26 June 2010

Lebih Baik Masak!


Sebuah cerita dari keresahan mencari sesuap nasi dan sesendok sayur.

Hari sudah menjelang senja, perut sudah mulai meronta. Kubuka tudung saji penutup meja makan. Hm..., kosong. Itu menurutku. Ada seiris tempe sebetulnya, tapi tak ada sayur dan tak mungkin tempe sepotong itu cukup untuk porsi besar makanku, makan adikku, ibu, atau mbak Yatmi.
Mbak Yatmi sedang sakit, sama sekali tak berkutik dari tempat tidurnya. Keputusan makan ada di tanganku dan adikku. Hendak memberi hadiah apa untuk cacing-cacing perut kita malam ini? Mau beli sayur di luar, rasanya sudah malas sekali. Membayangkan sayur yang itu-itu saja yang dijajakan di warung makan.
Iseng kubuka kulkas, menyurvai ada makanan apa saja yang kiranya bisa kita babat habis malam ini. Tak ada makanan siap saji, yang ada beberapa ikat kacang panjang, tahu mentah, dan ayam yang sudah dibumbui tapi belum digoreng. Sip, keputusan dibuat. Aku memasak oseng-oseng kacang panjang plus tahu dan adikku menggoreng ayam yang tinggal goreng saja. Malam itu, perut kami beres.

Beberapa hari berikutnya, keadaan terulang kembali. Sayur dan lauk pauk yang sudah dimasak tadi pagi ternyata tidak bisa mempertahankan dirinya hingga malam menjelang. Lagi-lagi urusan perut ada di tanganku dan adikku. Sempat kulirik kulkas, tapi kali ini tidak ada sesuatu yang bisa kami modifikasi. Hm, terpaksa membeli sayur di warung makan yang memang buka setiap malam.
Berbekal uang Rp20.000,00 kiranya uang itu cukup untuk membeli sayur matang plus beberapa lauk untuk santap malam. Dan apa yang terjadi? Uang itu pas. Dengan sebungkus sayur trancam, beberapa potong tempe goreng, lele kesukaan adikku, dan rempela ati kebutuhanku. Pulang dengan geleng-geleng kepala, semahal itukah sebuah kebutuhan untuk urusan perut?

Keesokan harinya, menemani Mbak Yatmi belanja di tukang sayur dadakan. Berhubung isi kulkas kosong, belanja kali ini cukup banyak. Satu paket sayur untuk menu cah kangkung, sop sosis, dan sambal goreng tholo. Lengkap dengan bahan lauk bandeng presto, tempe, dan tempura. Habisnya tidak sampai seratus ribu rupiah.
Dalam perjalanan pulang, aku berdialog dengan Mbak Yatmi. Kalau masak sendiri, uang seratus ribu bisa untuk makan 3 hari dengan 1 harinya makan 3 kali. Tapi kalau beli di luar, uang Rp20.000,00 hanya bisa untuk 1 kali makan saja. Hm..., sebuah selisih yang cukup signifikan.

Meskipun Mbak Yatmi akhir-akhir ini mengeluh harga sayur dan lauk sedang melonjak, bagaimanapun memasak sendiri di rumah tetap lebih baik. Selain lebih hemat, kita juga bisa lebih memilih variasi makanan seperti yang kita mau, pun tentunya jadi lebih sehat karena kita sendiri yang memasaknya. So, ayo masak!!!

Jadi heran dengan beberapa tetangga yang tiap hari membeli sayur di luar. Apakah tidak bosan? Dan bukankah justru lebih mahal? Hm...

7 comments:

  1. setuju sama mbak Avi..

    memang masak itu lebih memuaskan mbak dibandingkan beli diluar.
    Tapi masalahnya buat aku yang anak kos gini ni ya mau nggak mau tetep aja beli di luar.
    kalau masak untuk sendiri ndak sebanding mbak..diluar ada yang murah, 2500 itu udah dapat sayur dan lauk yg enak.

    hehe..jadi klo masak paling cuma masak mi, nasi goreng atau telor.
    makanan anak kos.
    ^^

    ReplyDelete
  2. hm..., betul juga.
    rasanya ada toleransi untuk anak kos. justru lebih hemat jika beli sayur di luar.

    ReplyDelete
  3. Tenan...
    Statementnya di sini adalah lebih baik masak di rumah daripada beli di luar. Perkara saya di rumah amat sangat jarang sekali memasak dan setiap hari yang masak adalah mbak Yatmi, itu urusan lain. ^-^

    Oblok-oblok??? Hm...

    ReplyDelete
  4. makan apaan 2500? Sayur apa lauk apa ya? Hehe

    ReplyDelete
  5. Hm..., sepertinya pertanyaan itu tidak ditujukan untuk saya, tapi untuk teman saya 'viva medica'.

    Kalau di belakang kampus UNS, ada sebuah tempat makan yang sangat ramai.
    Untuk sebungkus nasi dengan porsi besar (dibandingkan warung-warung pada umumnya),
    ditambah sayur (bisa sop, bayam, oseng-oseng, tumis kangkung, sayur daun singkong, gudheg, dll),
    ditambah 1 lauk (tempe goreng/bacem, tahu goreng/bacem, tahu isi, atau bakwan jagung/bakwan sayur)
    hanya 2000 rupah....

    kalo istilahnya, porsi kuli harga mahasiswa..:)

    ReplyDelete
  6. hehe, makan 2500 lauknya bisa dapat perkedel 1000, sayur 1000 dan tempe nya 500
    :D

    lumayanlah,apalagi buat mahasiswa.

    betul mbak Avi, saya setuju dengan porsi kuli harga mahasiswa..
    menyenangkan rasanya, bisa makan banyak tapi tetep murah.
    hoho

    *btw, viva medica itu dulunya saya..heuheu
    ndak nyambung yak..

    ReplyDelete
  7. hehe... iya acha...

    ga jauh beda harganya. cuma aku lebih suka banyak sayurnya daripada lauknya. jadi lauknya 1 aja. bisa 2000 deh..

    hehe...

    ReplyDelete