Follow Us @soratemplates

Tuesday 4 October 2011

Baik atau Tidak Sama Sekali


Ada sesuatu yang saya dapatkan hari ini. Seharian tadi saya benar-benar memanjakan diri. Sejak pagi, saya sudah stand by di depan laptop. Beberapa film sudah mengantri untuk ditonton. Beberapa majalah sudah sabar menanti giliran. Beberapa buku masih setia menunggu untuk dijamah.

Rasanya banyak sekali daftar ‘senang-senang’ saya seharian ini. Dari banyaknya macam bacaan atau film itu, saya jadi menyadari sesuatu.

Ketika membaca cerita konyol, saya sedikit menyunggingkan senyum. Ketika membaca tentang kisah haru, terbayang pula ide-ide membuat puisi sendu. Ketika melihat film romance, terbawa juga suasana romantis dan tulus kasih para pemeran. Ketika melihat film pemberontakan, tersulut juga semangat untuk melakukan perubahan.

Yup, kalau di dunia kesehatan ada istilah you’re what you eat, rasanya tak salah juga jika dikatakan you’re what you see. You’re what you read. Dan segala macam you’re what you bla..bla..bla.. lainnya.

Seperti dampak televisi. Seorang anak kecil mendadak menjadi pegulat karena menonton pertunjukan gulat di TV. Seorang anak juga bisa menjadi suka jahil dan balas dendam karena melihat film kartun yang lucu namun sarat contoh keburukan. Ya, mereka adalah apa yang mereka lihat.

Mungkin bisa sedikit dianalogikan dengan hadits yang mengatakan bermain dengan penjual minyak wangi, bisa jadi tertular wangi. Bermain dengan pandai besi, bisa jadi tertular bau besi. Nah, karena sering melihat film atau membaca buku tentang kekerasan, bisa jadi pula mereka tertular tindakan kekerasan itu.

Ya, sepertinya itu memang memperngaruhi. Dari sini sebenarnya bisa diambil banyak banyak penerapan. Misal sedang ingin bersemangat, harusnya menonton flm atau buku yang bisa membakar semangat. Begitu juga sebaliknya, jika sedang sedih, harusnya tidak menonton film yang sedih, apalagi musik-musik sedih. Bisa-bisa jadi tambah sedih kan.

Sebenarnya memang tidak mutlak begitu. Bagi seorang penulis misalnya, membaca berbagai karakter buku bisa meningkatkan kemampuannya. Bagi seorang guru, melihat film-film kekerasan begitu bisa dijadikan cara untuk mempersiapkan  antisipasi dalam menghadapi muridnya.

Kuncinya adalah filter. Mampu tidak orang tersebut memfilter mana yang baik dan mana yang buruk. Jika mampu memilih, tentu semua tak masalah. Jika tak mampu, hati-hati saja. Kalau tak yakin itu benar-benar baik, lebih baik tinggalkan saja.

No comments:

Post a Comment