Ada sesuatu yang saya dapatkan hari ini. Seharian tadi saya benar-benar memanjakan diri. Sejak pagi, saya sudah stand by di depan laptop. Beberapa film sudah mengantri untuk ditonton. Beberapa majalah sudah sabar menanti giliran. Beberapa buku masih setia menunggu untuk dijamah.
Rasanya banyak sekali daftar ‘senang-senang’ saya seharian
ini. Dari banyaknya macam bacaan atau film itu, saya jadi menyadari sesuatu.
Ketika membaca cerita konyol, saya sedikit menyunggingkan
senyum. Ketika membaca tentang kisah haru, terbayang pula ide-ide membuat puisi
sendu. Ketika melihat film romance, terbawa juga suasana romantis dan tulus
kasih para pemeran. Ketika melihat film pemberontakan, tersulut juga semangat
untuk melakukan perubahan.
Yup, kalau di dunia kesehatan ada istilah you’re what you
eat, rasanya tak salah juga jika dikatakan you’re what you see. You’re what you
read. Dan segala macam you’re what you bla..bla..bla.. lainnya.
Seperti dampak televisi. Seorang anak kecil mendadak menjadi
pegulat karena menonton pertunjukan gulat di TV. Seorang anak juga bisa menjadi
suka jahil dan balas dendam karena melihat film kartun yang lucu namun sarat
contoh keburukan. Ya, mereka adalah apa yang mereka lihat.
Mungkin bisa sedikit dianalogikan dengan hadits yang
mengatakan bermain dengan penjual minyak wangi, bisa jadi tertular wangi.
Bermain dengan pandai besi, bisa jadi tertular bau besi. Nah, karena sering
melihat film atau membaca buku tentang kekerasan, bisa jadi pula mereka
tertular tindakan kekerasan itu.
Ya, sepertinya itu memang memperngaruhi. Dari sini
sebenarnya bisa diambil banyak banyak penerapan. Misal sedang ingin
bersemangat, harusnya menonton flm atau buku yang bisa membakar semangat.
Begitu juga sebaliknya, jika sedang sedih, harusnya tidak menonton film yang
sedih, apalagi musik-musik sedih. Bisa-bisa jadi tambah sedih kan.
Sebenarnya memang tidak mutlak begitu. Bagi seorang penulis
misalnya, membaca berbagai karakter buku bisa meningkatkan kemampuannya. Bagi
seorang guru, melihat film-film kekerasan begitu bisa dijadikan cara untuk
mempersiapkan antisipasi dalam
menghadapi muridnya.
Kuncinya adalah filter. Mampu tidak orang tersebut memfilter
mana yang baik dan mana yang buruk. Jika mampu memilih, tentu semua tak
masalah. Jika tak mampu, hati-hati saja. Kalau tak yakin itu benar-benar baik,
lebih baik tinggalkan saja.
No comments:
Post a Comment