Ada sebuah pelajaran yang saya peroleh dari film korea Dream
High yang tayang beberapa waktu lalu di Indosiar. Film tersebut merupakan film
korea tentang sekolah musik atau menyanyi. Pada suatu adegan, tokoh A telah
sukses mendapatkan debut. Jalan yang diraihnya terasa mudah sekali. Sedangkan
tokoh B, dia mengalami kegagalan berkali-kali. Tokoh B hampir patah semangat,
tapi sang guru berkata, “Tidak masalah kita berjalan lambat. Lihat saja, dari kalian
berdua, siapa yang akan lebih berhasil? Orang yang berjalan cepat atau orang
yang berjalan lambat. Saya percaya, orang yang berjalan lebih lambat akan lebih
berhasil. Karena dia memiliki kesempatan untuk melihat lebih banyak.” Hm…,
menarik!
Secara spontan saja, kata-kata itu mengingatkan saya pada
segudang audisi penyanyi yang sejak beberapa tahun terakhir memenuhi layar
televisi. Puluhan orang telah dinyatakan lulus. Tak sedikit pula yang meraih
gelar juara. Tapi, kalau sekarang diingat-ingat lagi, ke mana perginya mereka
semua? Rasanya mereka hanya tenar ketika sedang berjuang itu saja. Selepasnya?
Blaaar…, menguap. Hanya beberapa saja yang bisa eksis dengan perjuangannya
sendiri.
Ada yang menarik di sini. Suatu hal yang instan sepertinya
tidak bertahan lama. Seperti pembuatannya. Dibuat secara instan, berakhir pula
dengan instan.
Saya jadi teringat komentar guru saya. Sekarang manusia itu
sukanya instan. Mau jadi penulis, pinginnya instan. Bikin tulisan, jadi buku.
Bahkan bukan tak mungkin akan mengerahkan segala cara untuk memenuhi keinstanannya.
Padahal instan belum tentu bagus. Saking ingin instannya, penulis cenderung
manja. Malas ngedit, malas belajar. Inginnya begitu tulisan jadi, langsung jadi
buku.
Hm, cukup menohok sekali. Tapi saya setuju kata-kata yang menyebutkan
kalau instan belum tentu bagus. Lihat saja mie instan. Memang dari segi waktu
sangat praktis, tapi dari segi kesehatan jika dikonsumsi terus-menerus jelas
tidak bagus. Berarti yang instan ga bagus kan.
Memang, ada pepatah yang bilang lebih cepat lebih baik. Tapi
lebih cepat yang bagaimana dulu. Kalau cepat dalam arti instan yang tidak baik,
atau justru terkesan tergesa-gesa, justru jadi tidak baik. Boleh saja cepat,
asal kecepatan itu kecepatan yang baik.
Intinya, bagaimanapun suatu proses itu tetap penting. Kalau
dalam waktu cepat tapi proses yang dilalui sudah cukup ya tak masalah. Tapi
jika memang belum, lebih baik sedikit mengambil waktu dulu. Karena dalam waktu
ya dilalui bisa jadi ada sebuah pengalaman baru atau informasi baru yang justru
akan mendulang kesuksesan itu.
So, ayo berproses. Entah lebih cepat lebih baik, atau
pelan-pela saja.
wahh,, yang soal malas ngedit aku banget ituu,, hahaha
ReplyDeletesetuju, Vi',, banyak lo yang menyadari bahwa segala yang instan itu gak baik, tp tetep aja tdk sedikit pula yang menginginkan segala sesuatu dengan cara instan,, ckckckc,, dasar manusia
ngomong2,, kalimatmu yang terakhir,, ada kata2 "so" nya, jadi inget pak mario teguh,, heheee,,
Haha, aku malah ga tahu kalau itu gayanya Mario Teguh. Ga pernah nonton soalnya..
ReplyDelete