Menengok NHW#1
Di NHW#1 saya menulis bahwa saya ingin mendalami ilmu inspirasi. Alasannya karena saya ingin lebih banyak berpikir positif melalui muhasabah sekaligus menyebarkannya sebagai pengikat pesan moral yang didapat. Ternyata ketika mendapat contoh tugas NHW#4, mencari sekaligus memberi inspirasi kurang tepat jika dijadikan jurusan ilmu kehidupan, melainkan justru sebagai misi dan peran hidup. Maka saya kupas lagi keinginan saya tersebut di sini.
Di tugas NHW#1 pula saya menjawab bahwa cara untuk memberikan inspirasi adalah dengan membagikannya kepada orang lain lewat social media (facebook, instagram, blog), mengadakan event-event, atau contoh teladan pada keluarga kecil. Dari penjabaran itu saya mengkaji, salah satu media saya untuk berbagi inspirasi adalah lewat tulisan. Maka untuk menjalankan misi dan peran saya tersebut agaknya akan lebih tepat jika saya mendalami ilmu kepenulisan. Nyatanya ketika saya telaah kembali, ilmu tentang tulis-menulis ini memang yang membuat saya berbinar-binar. Jika ilmu kepenulisan ini saya dalami, tentu tulisan saya akan semakin berkualitas. Jika tulisan saya berkualitas, maka inspirasi yang tertuang dalam tulisan itu pun akan tersampaikan dengan lebih baik pula. Tujuan untuk menebar inspirasi tetap tercapai dengan ilmu ini. Maka di NHW#4 ini saya ikrarkan untuk mendalami ilmu kepenulisan.
Menengok NHW#2
Di NHW#2 fokus saya untuk bisa profesional menebar inspirasi adalah dengan mengelola emosi saya terlebih dahulu. Alhamdulillah checklist sudah dibuat dan sudah dijalankan. Ada yang cukup mudah dilakukan hingga sudah terbiasa dalam hampir dua minggu ini. Namun ada pula yang masih sulit luar biasa. Bahkan untuk satu kali check pun belum sempurna sesuai standar patokannya. Mungkin kadarnya perlu disesuaikan lagi agar bisa tercapai.
Namun mengingat di NHW#4 ini mulai mengerucut untuk menebar inspirasi lewat tulisan maka poin-poin tentang dunia literasi belum terlalu banyak dicantumkan dalam checklist. Artinya masih ada yang perlu saya perbaharui lagi.
Menengok NHW#3
Apa kira-kira maksud Allah SWT menciptakan saya di muka bumi? Untuk menjawab pertanyaan ini saya tergelitik dengan pertanyaan lain. Karena pertanyaan ini berujung pada jawaban peran apa yang akan diambil di muka bumi, pikiran saya justru terasosiasikan dengan istilah personal branding. Sepertinya tak jauh berbeda pertanyaan tersebut dengan membuat pertanyaan baru, ingin dikenal sebagai siapakah saya di muka bumi ini?
Di NHW#3 kemarin—berhubung dihadapkan pada surat cinta pada suami dan mengenali potensi anak—saya memilih peran potensi saya sebagai motivator atau pendukung potensi-potensi suami dan anak-anak. Di sini saya mengambil peran sebagai seorang istri dan ibu. Padahal saya juga memiliki peran secara komunal dan universal. Di sinilah yang belum saya jabarkan di tugas NHW#3 kemarin.
Jika saya dihadapkan pada orang-orang, maka branding apakah yang mereka tangkap akan diri saya? Peran apakah yang sudah—dan akan—saya ambil di muka bumi? Sejauh ini yang saya tangkap adalah peran dengan profesi saya sebagai seorang dokter sekaligus penulis. Orang lebih mengenal saya sebagai dokter yang punya ciri khas sebagai penulis. Jika dikaitkan dengan jurusan ilmu kemarin, branding sosok dokter yang suka memberikan inspirasi lewat tulisan sepertinya bisa dilekatkan dalam diri saya.
Untuk bidang yang akan saya kuasai masih menjadi tantangan tersendiri untuk ditemukan. Sejauh ini inspirasi yang didapat sekaligus dibagikan adalah tentang pengembangan diri dari sudut pandang pribadi saya. Saat masih menjadi mahasiswa dan single dulu, tema-tema inspirasi tentang mahasiswa dan muslimah berkualitas menjadi bahan tulisan saya sehari-hari. Berhubung saat ini saya memiliki peran sebagai istri dan ibu—di luar peran profesi dokter—sedikit banyak tema-tema tulisan saya terkait tentang rumah tangga dan pengasuhan anak. Mengingat peran itu, maka barangkali tidak ada salahnya jika saya ikut mendalami ilmu pendidikan ibu dan anak pula, karena pada dasarnya adalah untuk memberikan inspirasi dalam rangka pengembangan diri. Tanpa menutup kemungkinan jika saya juga akan mendalami ilmu kedokteran dan kepenulisan sebagai tema inspirasi pula di tahapan selanjutnya.
Maka di sini saya tetapkan:
Misi : memberikan inspirasi pengembangan diri pada orang lain
Bidang : pendidikan ibu dan anak
Peran : inspirator (melalu profesi sebagai dokter dan penulis)
Menetapkan Ilmu
Dari penentuan misi, bidang, dan peran di atas maka untuk saat ini saya cukup fokus pada pendidikan ibu dan anak terlebih dahulu. Harapannya saya mampu menjadi seorang dokter yang juga penulis tanpa melupakan peran utama sebagai istri dan ibu bagi anak-anak. Dari gabungan peran inilah inspirasi-inspirasi itu yang akan saya bagikan pada orang lain, bahwa seseorang dengan multiperan juga harus tetap profesional. Tahapan ilmu yang akan saya ambil sudah sangat sesuai dengan jenjang yang ada di IIP.
Di kelas Bunda Sayang: saya akan mencari inspirasi tentang pengasuhan anak, dengan menyesuaikan peran saya sebagai seorang dokter dan penulis
Di kelas Bunda Cekatan: saya akan mencari inspirasi tentang pengelolaan rumah tangga yang tidak terbengkalai sekalipun mengambil peran di ranah publik sebagai dokter dan penulis
Di kelas Bunda Produktif: saya akan mencari inspirasi tentang mengasah potensi sehingga makin memaksimalkan peran publik sebagai dokter dan penulis yang produktif
Di kelas Bunda Shaleha: saya akan mencari ilmu bagaimana menyebarkan inspirasi dengan lebih efektif sehingga dapat memberi manfaat lebih banyak bagi orang lain
Menetapkan Milestone
Mengingat bahwa bidang ilmu yang akan dipelajari menyesuaikan dengan kurikulum IIP, maka tahapan milestone pun mengkuti rentang waktu yang ditetapkan oleh IIP. Milestone ini ditetapkan pada tahun 2019 saat usia saya akan memasuki 29 tahun.
KM 0—1 (tahun 1) : menguasai ilmu bunda sayang
KM 1—2 (tahun 2) : menguasai ilmu bunda cekatan
KM 2—3 (tahun 3) : menguasai ilmu bunda produktif
KM 3—4 (tahun 4) : menguasai ilmu bunda shaleha
Tantangannya adalah bagaimana saya bisa bertahan belajar di masing-masing bidang ilmu sepanjang satu tahun. Karena jika dalam satu tahap kalah, artinya diri saya belum berkembang. Padahal ilmu pengembangan diri—khususnya dalam peran sebagai istri dan ibu—inilah yang saya jadikan modal utama untuk berbagi inspirasi.
Mengoreksi Checklist NHW#2
Berhubung bidang pelajaran pendidikan ibu dan anak secara resmi dimulai saat kelas bunda sayang, maka selama tahap matrikulasi dan persiapan menuju kelas tersebut saya belum bisa memasukkan poin pelajaran ini dalam checklist. Namun sebagai bahan persiapan, saya akan melatih diri untuk mengalokasikan waktu kurang lebih 8 jam per hari untuk mulai belajar. Terkait pilihan jurusan ilmu saya untuk menebar inspirasi lewat tulisan tentang pengembangan diri sebagai istri dan ibu, maka sebagai persiapan sambil menunggu kelas bunda sayang tak ada salahnya jika saya membiasakan diri dengan mempelajari ilmu tersebut terlebih dahulu.
Dalam hal menebar insipirasi lewat kepenulisan, saya menambahkan checklist menulis satu tulisan tiap hari dengan panjang minimal 300 kata. Tulisan diposting via blog paling lambat sebelum tidur malam. Terkait ilmu kepenulisan sendiri, saya menambahkan alokasi waktu untuk menambah skill writing dengan membaca materi-materi di grup kepenulisan, tiap hari minimal 1 artikel materi. Dalam hal bidang pelajaran pendidikan ibu dan anak, saya menambahkan checklist untuk membaca materi parenting baik melalui buku atau media sosial dan grup parenting minimal 1 materi tiap hari, kemudian materi tersebut disarikan dalam bentuk tulisan yang akan diposting di blog. Tiga checklist itu dulu barangkali yang perlu saya tambahkan dan saya biasakan dalam 8 jam per hari untuk menjawab misi saya menyebar inspirasi terkait pendidikan ibu dan anak lewat tulisan.
Lakukan!
Bismilillahirrahmanirrahim .... Insya Allah akan saya mulai hari ini, tepat saat selesai memposting tugas NHW#4 ini. Semoga Allah SWT meridhai. Aamiin ....
No comments:
Post a Comment