Ini kalau bukan karena peninggalan Belanda, nggak mungkin ada di Indonesia
Kalimat itu dilontarkan oleh salah seorang saudara saya ketika kami bersilaturahim yang rutenya melewati gunung dan hutan. Ya, sebagai warga asli sekitar daerah tersebut, saudara saya sangat merasakan betapa bedanya kualitas peninggalan Belanda dengan buatan Indonesia. Dia berucap, "Bendungan yang awet dan bisa dimanfaatkan sampai sekarang justru bendungan lama buatan Belanda. Bendungan yang bikin sendiri, malah udah rusak. Kalau bukan gara-gara Belanda juga ga mungkin ada jalan nembus hutan gunung begini".
Komentarnya membuat hati saya tergelitik. Saya tidak sedang ingin membicarakan apakah bendungan yang sekarang dikorupsi atau tidak, atau tentang kualitas SDM Indonesia yang mungkin berbeda dengan orang Belanda. Lebih-lebih tentang konstruksi dan lain sebagainya yang saya tak paham. Saya justru tertarik pada diksi munculnya Belanda sebagai pembanding.
Jika menengok sejarah sepertinya yang terlintas adalah Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Begitu banyak kekejaman dan ketidakmanusiawian yang Belanda lakukan. Image yang ditangkap dari Belanda adalah sosok penjajah yang menyengsarakan. Kesannya, buruk semua tanpa ada baik-baiknya.
Tapi, ternyata saudara saya justru 'berterima kasih' pada Belanda. Karena Belanda lah yang mampu membuat bendungan awet hingga sekarang sehingga padi-padinya di sawah bisa tetap dapat air. Plus berkat Belanda lah ia bisa melintas kota dengan jarak lebih dekat karena jalan-jalan yang sudah masuk desa. Sesuatu yang sepertinya tidak semua orang mau mengucapkan terima kasih, sekalipun ucapan terima kasih itu tak disadarinya. Namun jelas dari komentarnya dia berterima kasih Belanda pernah hadir di Indonesia.
Di sini saya tersadar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sejatinya pasti memiliki sebuah manfaat. Untuk ukuran penjajah yang buruk saja nyatanya tetap ada manfaat yang bisa diberikan. Begitu pula seharusnya pada setiap fase hidup manusia. Jikalau hidup di rasa sulit, boleh jadi sebenarnya ada hikmah di balik kesulitan itu. Hanya saja saat ini kita masih belum tahu.
Tantangannya adalah bagaimana kita mampu berpikir jernih untuk mencari sisi positif dari sesuatu yang negatif sekalipun. Karena boleh jadi sesuatu yang buruk itu hanyalah prasangka kita belaka. Sedangkan prasangka belum tentu benar adanya.
Namun selalu berpikir positif juga bukan berarti permisif terhadap kemunkaran. Maka doa agar ditunjukan jalan yang lurus dan ditunjukkan bahwa yang benar nyata-nyata benar serta yang salah nyata-nyata salah memang harus terus dilafalka. Karena dengan doa itu pula kita juga bisa diberikan ilham bahwa prasangka negatif kita barangkali salah dan justru mengandung nilai-nilai positif.
Apakah mudah? Belum tentu. Tapi bukan suatu hal yang mustahil kan? Maka latih saja dan semoga kita bisa menuai hikmah dan mampu berterima kasih pada sesuatu yang semula kita sangka negatif belaka. Insya Allah
No comments:
Post a Comment