Follow Us @soratemplates

Monday 18 February 2019

NHW#3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah



Bismillahirrahmanirrahim ...

Jatuh cinta pada suami dan lihat responnya

Alhamdulillah suami memberikan respon positif. Suami memiliki kelebihan dari sisi kepemimpinan, beberapa amanah penting banyak diserahkan pada beliau, padahal usia beliau relatif lebih muda dibandingkan tokoh-tokoh senior lainnya. Beliau juga sering dimintai pendapat atau saran bagi orang-orang atau kerabat yang ada masalah. Solusi-solusi beliau cenderung menentramkan dan membuat mereka kembali kepada Allah SWT. Suami juga relatif jauh lebih sabar dibandingkan saya. Beliau yang bisa mengambil alih posisi saya ketika emosi sudah mendidih. Hal-hal ini yang membuat saya jatuh cinta dan suami berterima kasih akan pengakuan saya.


Amati anak-anak dan tuliskan potensinya

Anak pertama saya usia 3 tahun 1 bulan. Melihat apa potensinya bagi saya saat ini lebih kepada melihat apa minatnya terlebih dahulu. Aktivitas-aktivitas apa yang seolah membuat matanya berbinar jika melakukannya. Terkait apakah itu yang nanti benar-benar potensial bagi dirinya masih perlu saya biasakan lagi untuk melihat kemahirannya.

Sejauh ini dia berbinar jika diajak olahraga, entah itu sekedar jogging, latihan kempo dengan papinya, main bola, atau sok-sokan bermain bulutangkis. Namun mengingat usianya yang baru 3 tahun, praktiknya memang belum sempurna.

Selain itu dia juga senang aktivitas memasak. Jika saya memasak, dia selalu ingin ikut terlibat. Entah sekedar ikut-ikutan memetik sayur atau memotong-motong bahan masakan. Dia juga sangat antusias jika mendengar suara menggoreng. Misalkan eyangnya sedang menggoreng dan terdengar suara menggoreng (sesuatu yang masuk ke dalam minyak panas) dia pasti langsung berlari ke dapur dan minta gendong untuk melihat gorengannya.

Satu lagi potensi yang saya amati adalah sepertinya dia memiliki kecerdasan musikal. Jika diajari lagu baru oleh eyangnya dengan diulang dua atau tiga kali saja sudah mampu untuk mengikuti lagunya. Pernah juga suatu ketika dia ikut pengajian dan ada sholawatan di sana, beberapa hari setelahnya dia terdengar ikut-ikutan bershalawat padahal sebelumnya kami tidak pernah mengajari.

Untuk anak kedua saya karena baru berusia 5 bulan belum mampu untuk saya gali potensinya. Namun jika saya melihat milestonenya dibandingkan kakaknya saat masih bayi dulu, dia sepertinya cenderung lebih cepat perkembangan dari sisi komunikasi. Responnya jika diajak bicara dan tanggapannya jauh lebih ekspresif dibandingkan kakaknya dulu. Insya Allah akan lebih saya gali lagi terkait perkembangannya ini.


Lihat potensi saya dan mengapa saya dihadirkan di tengah suami dan anak-anak dengan potensi demikian

Salah satu potensi saya secara intrapersonal adalah saya senang melayani dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam bekerja sama pun saya cenderung lebih mengayomi orang lain demi memaksimalkan potensinya dan senang jika mereka bisa bertumbuh. Dari kecenderungan itu saya merenungi barangkali Allah SWT menghadirkan saya di tengah keluarga saya adalah agar saya mengakomodasi potensi-potensi suami dan anak-anak. Mungkin saya diminta untuk melayani mereka, memastikan bahwa potensi-potensi mereka terfasilitasi, dan mendorong agar mereka tumbuh mekar dengan potensi khas mereka masing-masing. Saya jadi lebih menyadari, mungkin saya tak boleh egois pada potensi internal saya saja, melainkan barangkali saya memang harus cenderung sedikit menurunkan ambisi demi melejitkan potensi anak dan suami. Kurang lebih ini seperti kata bu septi, saya fokus di dalam dan nantinya saya sendiri yang akan keluar dengan potensi itu. Mungkin lewat suami dan anak yang mekar itulah maka potensi saya lainnya pun akan ikut bertumbuh pula. Insya Allah ...


Lihat lingkungan dan apa tantangannya, mengapa kami harus tinggal di sini
Saya tinggal bersama ibu mertua. Suami adalah anak terakhir dan anak laki-laki satu-satunya. Maka beliau didaulat untuk mendampingi mertua yang tinggal sendiri dan sudah lanjut usia. Di satu sisi, beberapa bulan setelah saya menikah ibu saya meninggal dunia. Mungkin itu rahasia Allah SWT mengapa saya ditempatkan di rumah mertua. Barangkali saya diminta untuk berbakti total kepada ibu mertua sebagai ganti bakti saya kepada ibu kandung yang sudah tiada. Apakah mudah? Tidak. Tahu sendiri bagaimana persepsi tentang hubungan mertua-menantu di luar sana. Maka ini artinya menjadi tantangan diri saya sendiri untuk menyamankan diri dan pandai-pandai membawa diri. Niatnya satu demi menjadi anak yang berbakti.

Dalam lingkup eksternal, kami ditempatkan di lingkungan dengan ekonomi menengah ke bawah. Suami sendiri diberi amanah sebagai ketua takmir masjid. Jika melihat kondisi tersebut—dengan minat saya untuk melayani dan bekerja sama pula—maka program-program pemberdayaan masyarakat sepertinya bisa menjadi solusi bagi warga. Mungkin saya memang harus kembali fokus dan mengalokasikan waktu untuk mengelola klinik masjid. Barangkali dari situ saya pribadi bisa lebih memberi kemaslahatan bagi warga yang kurang mampu namun membutuhkan akses kesehatan.


Sementara itu dulu hasil perenungan saya. Namun seperti kata Teh Elma saat kuliah pakar, potensi serta misi keluarga ini hasil pengamatan yang didapatkan. Maka masih menjadi PR bagi saya untuk terus mengamati peran kami sekeluarga untuk mendapatkan misi yang paling tepat hingga kami bisa benar-benar saling memberi manfaat. Aamiin ...

No comments:

Post a Comment