Dalam sebuah keluarga sudah layaknya dibuka banyak ruang diskusi. Hm, tentu bukan literally ruang-ruang berbatas atap, dinding, dan lantai, melainkan sebuah kesempatan untuk saling bicara dan menyampaikan apapun dalam hati dan pikirannya.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hal yang mudah saja. Apalagi manusia dikenal sebagai makhluk yang tak bisa diam kan. Sayangnya, bagi orang yang cenderung hemat kata, mungkin membuka sesi diskusi seolah butuh meluangkan waktu tersendiri. Rasanya buat apa banyak berkata-kata kalau hanya basa-basi. Fyuh...
Di sebuah sesi kajian online Ustadz Oemar Mita berkata, "2/3 dari pernikahan itu adalah ngobrol"
Iya ga sih. Ada dua orang (bahkan lebih kalau sudah beranak pinak) ga mungkin dong hanya sunyi senyap begitu saja. Tapi coba deh disimak lagi. Obrolan yang ada di rumah kita tuh ngomongin apa sih? Apakah sekedar bertanya sudah makan belum, sudah mandi belum, dan pertanyaan beruntun seolah mengecek to do list aktivitas harian. Atau sudah meningkat dengan pertanyaan gimana tadi di sekolah, ujiannya bisa, dst yang bertubi-tubi seolah pertanyaan interogasi. Atau jangan-jangan sudah menjadi obrolan panas mengomentari debat capres cawapres misalnya. Beuh...
Ajakan sering ngobrol juga sering digaungkan di Ibu Profesional, bahkan menjadi salah satu mantra yaitu main bareng - ngobrol bareng - beraktivitas bareng. Memang tig aktivitas ini menjadi jimat untuk membangun bonding di keluarga. Kalau ga pernah main bareng ya gimana suasana mau cair. Kalau ga pernah ngobrol bareng, ya gimana mau saling memahami. Kalau ga pernah beraktivitas bareng, ya gimana mau saling support.
Rasulullah SAW sendiri juga memberikan contoh bagaimana membangun sebuah keluarga melalui ruang-ruang diskusi. Beliau mencontohkan waktu-waktu yang tepat untuk mengajak ngobrol dengan anak. Misalnya ketika sedang dalam perjalanan.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan Rasulullah SAW sedang menunggang unta bersama Ibnu Abbas. Alih-alih menghabiskan waktu perjalanan dengan murojaah misalnya, Rasulullah SAW justru memanfaatkan momen itu untuk memberikan pesan-pesan berharga pada anak kecil kesayangannya itu.
Di lain waktu, Rasulullah SAW memberikan nasihat pada anak-anak kecil ketika sedang menyantap hidangan makan bersama. Waktu-waktu seperti ini ruang diskusi akan lebih mudah dicerna seiring santapan yang masuk ke pencernaan juga.
Apapun itu, membuka sesi saling bicara memang perlu diagendakan jika memang belum menjadi sebuah kebiasaan atau spontanitas harian. Tentu saja karena penghuni rumah bukan cenayang yang bisa menebak apa isi hati dan pikiran.
Yuk ngobrol!
No comments:
Post a Comment